MERAUKE, KOMPAS.com - Untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua, pengiriman BBM dilakukan melalui jalur darat dan laut sekaligus. Kelangkaan ini dipicu gelombang tinggi yang akhirnya menghambat pengiriman BBM menggunakan kapal.
Selama ini pengiriman BBM dilakukan melalui jalur laut dan sungai karena jalan darat menuju Boven Digoel dari Merauke rusak parah. Akibat kelangkaan BBM di Boven Digoel, warga terpaksa harus membeli premium eceran yang harganya melonjak sampai Rp 30.000 per liter.
Kepala Unit Pemasaran VIII Pertamina Depot Merauke, Pengasian Habeahan, membenarkan adanya kelangkaan BBM di Boven Digoel. Hal itu terjadi karena cuaca buruk dan gelombang tinggi di luat Arafuru sehingga pengiriman BBM ke Boven Digoel dan Asmat tertunda.
Kapal pengangkut BBM yang sudah sempat berangkat terpaksa kembali lagi ke Merauke. Kapal sudah mencoba berangkat tiga kali namun kembali lagi karena gelombang tinggi, katanya.
Untuk mengatasi kendala itu, Habeahan mengatakan, sebagian pengiriman BBM ke Boven Digoel melalui jalur darat. Pengiriman melalui jalur darat sudah dilakukan tiga kali sejak Senin-Rabu (6-8/2) lalu.
Pengiriman pertama sebanyak 16 kiloliter (Kl) premium. Pengiriman kedua dan ketiga masing-masing 12 Kl. Hari ini pengiriman BBM dengan kapal juga sudah sampai di Tanah Merah. Kami berharap akan bisa mengatasi persoalan di sana, katanya.
Pengiriman BBM dengan kapal ke Boven Digoel mengangkut premium sebanyak 50 Kl, solar 80 Kl, dan minyak tanah 85 Kl. Adapun pengiriman tujuan Asmat masih dalam perjalanan yakni membawa 60 Kl premium, 25 Kl solar, dan 60 Kl minyak tanah.
Masyarakat diharapkan tidak terpancing membeli BBM secara berlebihan karena akan mempercepat habisnya stok BBM di APMS sehingga kembali memicu kelangkaan.