ASMAT- Bupati Asmat Yuvensius A. Biakai, SH dengan tegas mengatakan tidak akan memindahkan ibukota Asmat di Agats ke tempat lain. Penegasan tersebut disampaikan Bupati menanggapi pertanyaan Cenderawasih Pos terkait rencana pemindahan ibukota Asmat.
’’Soal ibukota Asmat yang diwacanakan pindah, jangan harap akan dipindahkan dari Agats. Agats akan tetap ibukota karena mana yang lebih penting membangun infrastruktur atau membangun manusianya. Kalau membangun manusianya lebih penting berarti ibukota tetap dan tidak akan pindah,’’ tandasnya.
Menurut Bupati, jika ibukota dipindahkan, maka sama saja dengan mematikan moralitas orang asli Asmat. Sebab, secara psikologis, orang Asmat tidak dapat dipaksa naik gunung yang notabene adalah orang rawa atau pelaut.
‘’Ibukota tidak boleh dipindahkan. Karena semua orang ada di pantai. Kalau daerah pedalaman sangat sedikit. Harus diketahui bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan pahlawannya. Harus ingat, bagi orang Asmat, lumpur Agats itu suci. Jangan orang pikir batu itu suci dan bersih. Membangun rumah batu bisa mendatangkan penyakit TBC karena tidur di lantai. Tetapi kalau masyarakat tidur di rumah kayu itu sangat aman,’’ katanya.
Terkait dengan kekuatiran sebagian orang, hutan kayu khususnya kayu besi akan habis, jika ibukota Asmat tidak segera dipindahkan, menurut Bupati Yuven Biakai, membangun Asmat sekarang tidak lagi harus berbicara kayu. Karena sistemnya akan dirubah dengan penggunaan material yang dirubah.
‘’Misalnya sekarang kita bangun komposit beton. itu namanya pembangunan berdampak lingkungan. Karena jika dengan penggunaan kayu terus otomatis pasti akan habis. Karena setiap dua tahun tentu kayu diganti dan hutan akan dibabat. Makanya salah satu jalan adalah tiang tiang yang ada dicor dengan semen sehingga bertahan lama. (ulo/nan)
http://www.cenderawasihpos.com/index.php?mib=berita.detail&id=4862
’’Soal ibukota Asmat yang diwacanakan pindah, jangan harap akan dipindahkan dari Agats. Agats akan tetap ibukota karena mana yang lebih penting membangun infrastruktur atau membangun manusianya. Kalau membangun manusianya lebih penting berarti ibukota tetap dan tidak akan pindah,’’ tandasnya.
Menurut Bupati, jika ibukota dipindahkan, maka sama saja dengan mematikan moralitas orang asli Asmat. Sebab, secara psikologis, orang Asmat tidak dapat dipaksa naik gunung yang notabene adalah orang rawa atau pelaut.
‘’Ibukota tidak boleh dipindahkan. Karena semua orang ada di pantai. Kalau daerah pedalaman sangat sedikit. Harus diketahui bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan pahlawannya. Harus ingat, bagi orang Asmat, lumpur Agats itu suci. Jangan orang pikir batu itu suci dan bersih. Membangun rumah batu bisa mendatangkan penyakit TBC karena tidur di lantai. Tetapi kalau masyarakat tidur di rumah kayu itu sangat aman,’’ katanya.
Terkait dengan kekuatiran sebagian orang, hutan kayu khususnya kayu besi akan habis, jika ibukota Asmat tidak segera dipindahkan, menurut Bupati Yuven Biakai, membangun Asmat sekarang tidak lagi harus berbicara kayu. Karena sistemnya akan dirubah dengan penggunaan material yang dirubah.
‘’Misalnya sekarang kita bangun komposit beton. itu namanya pembangunan berdampak lingkungan. Karena jika dengan penggunaan kayu terus otomatis pasti akan habis. Karena setiap dua tahun tentu kayu diganti dan hutan akan dibabat. Makanya salah satu jalan adalah tiang tiang yang ada dicor dengan semen sehingga bertahan lama. (ulo/nan)
http://www.cenderawasihpos.com/index.php?mib=berita.detail&id=4862