AMBON--MI: Film sekuel Melody Kota Rusa yang menceritakan sekelompok pemuda Papua dengan dialek dan joke khas provinsi paling timur di Indonesia itu laris di Kota Ambon dan sekitarnya.
Stok film yang dibuat dengan mengambil lokasi di Desa Muting, perbatasan Indonesia-Papua Nugini, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua itu laris dan dicari warga sejak dua bulan terakhir. Misalnya, di toko kaset Perdana Jaya yang terletak di pusat perbelanjaan Ambon Plaza hanya tersisa 20 dari 800 keping DVD.
"Kami sudah empat kali memesan DVD film ini dari salah satu distributor di Ambon, masing-masing 400 keping pada bulan Agustus dan September," kata Ari, karyawan toko Perdana Jaya, Rabu (29/9).
Dia mengakui film yang telah beredar di Indonesia dalam bentuk DVD orisinal sejak Mei 2010 itu selalu habis terjual dan menjadi rebutan warga. "Kami baru mendatangkan 200 keping tambahan dari distributor pada Sabtu (25/9) lalu dan saat ini hanya tersisa 20 keping karena 180 lainnya telah terjual dengan harga Rp15.000 per keping," katanya.
Ia mengemukakan hal itu sambil menunjukkan sisa kepingan DVD yang terletak di antara deretan film Indonesia di toko itu. Menurut dia, banyak peminat yang "menyerbu" film garapan sutradara Irham Acho Bahtiar dan diproduseri Iwan Trilaksana Bahtiar di bawah bendera Merauke Enterprice itu.
"Harganya sangat terjangkau, apalagi latar belakang ceritanya yang kental dengan nuansa komedi membuat film yang dirilis di Merauke pada 20 Januari lalu itu pun laris di pasaran," ujarnya.
Hingga akhir bulan ini, seluruh DVD film tersebut terjual habis dan minat pasar masih tinggi, karena itu pihaknya akan memesan ulang ke distributor yang ada di Ambon. "Pemesanan disesuaikan dengan kondisi pasar, apalagi informasinya versi kedua film ini akan segera digarap," ujar Ari.
Selain film Melody Kota Rusa, film Red Cobex yang menceritakan tentang aksi lima ibu multi etnis, termasuk Ambon, yang membela kebenaran dengan melakukan hal-hal yang kocak, juga cukup laris di kota Ambon.
Film ini yang direkam pada kepingan DVD kombo berisikan tujuh film lainnya dalam satu keping itu dijual seharga Rp15 ribu. "Red Cobex cukup lucu tapi penjualannya masih belum bisa mengungguli rating Melody Kota Rusa. Stoknya sudah masuk sejak hari Senin (27/9) lalu sebanyak 50 keping dan sekarang tersisa 30 keping," tandasnya.
Penjual DVD lainnya di Ambon Plaza, Udin, mengakui dari stok 60 keping DVD film Melodi Kota Rusa yang didatangkan sejak Kamis (22/9) lalu, sudah laku 30 keping. "Sekarang tersisa 20 keping dan dijual dengan Rp10 ribu per keping," katanya.
Dia mengakui, sebelumnya telah menjual habis 50 keping film ini pada pada 8 September lalu. "Film-film asal Papua memang laris di Ambon, termasuk film 'Senandung di Atas Awan' yang disutradarai Ari Sihasale bersama istrinya Nia Zulkarnaen yang menggambarkan perjuangan tokoh Denias dan kawan-kawan empat tahun lalu," tandasnya.
Salah seorang mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Habib, yang ditemui saat mencari beberapa DVD film terbaru pada salah satu toko kaset di Ambon Plaza, mengaku sudah menonton film Melodi Kota Rusa yang berdialek penduduk Desa Muting itu.
"Saya sudah menontonnya dua minggu lalu. Ayah saya malah menontonnya setiap hari. Bahasa dan mop-nya (humor khas Papua) benar-benar kocak sehingga banyak ditiru anak-anak," katanya.
Habib juga mengaku terkesan dengan alur dan pesan cerita Izakod bekai Izakod Kai (bahasa Muting) yang artinya satu hati satu tujuan dan terkandung dalam inti cerita film itu. "Ceritanya unik dan mengajarkan kita untuk selalu menghargai persahabatan serta tidak mudah putus asa saat kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan," katanya.
Film itu menggambarkan perjuangan lima orang anak muda asal desa Muting yakni Kanib, Enob, Yosep, Minggus, Dodi bersama seorang pendatang, Suroso untuk mengangkat budaya dan derajat hidupnya mereka melalui sebuah kelompok grup musik hingga terkenal. (Ant/OL-2)
Stok film yang dibuat dengan mengambil lokasi di Desa Muting, perbatasan Indonesia-Papua Nugini, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua itu laris dan dicari warga sejak dua bulan terakhir. Misalnya, di toko kaset Perdana Jaya yang terletak di pusat perbelanjaan Ambon Plaza hanya tersisa 20 dari 800 keping DVD.
"Kami sudah empat kali memesan DVD film ini dari salah satu distributor di Ambon, masing-masing 400 keping pada bulan Agustus dan September," kata Ari, karyawan toko Perdana Jaya, Rabu (29/9).
Dia mengakui film yang telah beredar di Indonesia dalam bentuk DVD orisinal sejak Mei 2010 itu selalu habis terjual dan menjadi rebutan warga. "Kami baru mendatangkan 200 keping tambahan dari distributor pada Sabtu (25/9) lalu dan saat ini hanya tersisa 20 keping karena 180 lainnya telah terjual dengan harga Rp15.000 per keping," katanya.
Ia mengemukakan hal itu sambil menunjukkan sisa kepingan DVD yang terletak di antara deretan film Indonesia di toko itu. Menurut dia, banyak peminat yang "menyerbu" film garapan sutradara Irham Acho Bahtiar dan diproduseri Iwan Trilaksana Bahtiar di bawah bendera Merauke Enterprice itu.
"Harganya sangat terjangkau, apalagi latar belakang ceritanya yang kental dengan nuansa komedi membuat film yang dirilis di Merauke pada 20 Januari lalu itu pun laris di pasaran," ujarnya.
Hingga akhir bulan ini, seluruh DVD film tersebut terjual habis dan minat pasar masih tinggi, karena itu pihaknya akan memesan ulang ke distributor yang ada di Ambon. "Pemesanan disesuaikan dengan kondisi pasar, apalagi informasinya versi kedua film ini akan segera digarap," ujar Ari.
Selain film Melody Kota Rusa, film Red Cobex yang menceritakan tentang aksi lima ibu multi etnis, termasuk Ambon, yang membela kebenaran dengan melakukan hal-hal yang kocak, juga cukup laris di kota Ambon.
Film ini yang direkam pada kepingan DVD kombo berisikan tujuh film lainnya dalam satu keping itu dijual seharga Rp15 ribu. "Red Cobex cukup lucu tapi penjualannya masih belum bisa mengungguli rating Melody Kota Rusa. Stoknya sudah masuk sejak hari Senin (27/9) lalu sebanyak 50 keping dan sekarang tersisa 30 keping," tandasnya.
Penjual DVD lainnya di Ambon Plaza, Udin, mengakui dari stok 60 keping DVD film Melodi Kota Rusa yang didatangkan sejak Kamis (22/9) lalu, sudah laku 30 keping. "Sekarang tersisa 20 keping dan dijual dengan Rp10 ribu per keping," katanya.
Dia mengakui, sebelumnya telah menjual habis 50 keping film ini pada pada 8 September lalu. "Film-film asal Papua memang laris di Ambon, termasuk film 'Senandung di Atas Awan' yang disutradarai Ari Sihasale bersama istrinya Nia Zulkarnaen yang menggambarkan perjuangan tokoh Denias dan kawan-kawan empat tahun lalu," tandasnya.
Salah seorang mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Habib, yang ditemui saat mencari beberapa DVD film terbaru pada salah satu toko kaset di Ambon Plaza, mengaku sudah menonton film Melodi Kota Rusa yang berdialek penduduk Desa Muting itu.
"Saya sudah menontonnya dua minggu lalu. Ayah saya malah menontonnya setiap hari. Bahasa dan mop-nya (humor khas Papua) benar-benar kocak sehingga banyak ditiru anak-anak," katanya.
Habib juga mengaku terkesan dengan alur dan pesan cerita Izakod bekai Izakod Kai (bahasa Muting) yang artinya satu hati satu tujuan dan terkandung dalam inti cerita film itu. "Ceritanya unik dan mengajarkan kita untuk selalu menghargai persahabatan serta tidak mudah putus asa saat kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan," katanya.
Film itu menggambarkan perjuangan lima orang anak muda asal desa Muting yakni Kanib, Enob, Yosep, Minggus, Dodi bersama seorang pendatang, Suroso untuk mengangkat budaya dan derajat hidupnya mereka melalui sebuah kelompok grup musik hingga terkenal. (Ant/OL-2)