MERAUKE - Rencana pemerintah mengubah kurikulum pendidikan nasional pada 2013 mendatang menuai pro dan kontra bagi sejumlah guru di Kabupaten Merauke. Ada yang menyesalkan karena perubahan kurikulum hanya akan membuat repot guru dan tenaga pendidik. Namun ada juga yang mendukung demi kemajuan pendidikan di republik ini, khususnya di Merauke.
Salah satu guru yang enggan namanya dikorankan mengatakan, kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sekarang diterapkan sebenarnya sudah sangat bagus mengingat kurikulum ini memberdayakan para guru dan sekolahnya, sehingga membuat sekolah mandiri.
Menurut guru di salah satu SMA Negeri di Merauke ini, apabila ada rencana perubahan kurikulum, maka seharusnya kurikulum yang sebelumnya dievaluasi terlebih dahulu.
“Korban perubahan kurikulum adalah anak didik. Guru juga akan kewalahan untuk mengimplementasikan kurikulum yang baru,” ujarnya kepada Bintang Papua, Selasa (4/12) kemarin.
Baginya kurikulum bisa diubah apabila ada alasan mendasar yang rasional, misalnya kurikulum yang ada sudah tidak update lagi.
“ Ya, seharusnya kurikulum tidak diubah setiap berganti menteri. Idealnya, perubahan kurikulum dilakukan apabila kurikulum tersebut memang ketinggalan zaman,” tegasnya.
“Poin penting dari pelaksanaan kurikulum adalan monitoring dan evaluasi,” timpalnya lagi.
Setali tiga uang dengan rekan gurunya, Sarno salah satu guru juga mengakui perubahan kurikulum sangat memusingkan pihak guru, karena harus mengejar target kurikulum tersebut.
“Yang pasti guru sebagai ujung tombak yang sangat merasakan kendala dari setiap pergantian kurikulum ini. Karena setiap perubahan otomatis cara penyampaian kita kepada murid pun berubah. Apalagi materinya kan berganti-ganti, seperti pelajaran yang dulu di SMP sekarang sudah ada di SD,” akunya.
Di bagian lain guru yang mendukung perubahan kurikulum pendidikan mengakui hal itu perlu dilakukan karena tuntutan zaman. Tujuannya tidak lain yakni, agar peserta didik mampu bersaing di masa depan.
“Zaman kan sudah berubah, maka kompetensi yang diberlakukan untuk pengembangan intelektual siswa pun harus berubah. Soalnya tantangan yang mereka hadapi tak akan sama dengan masa sekarang,” terang seorang guru lainnya. (lea/achi/LO1)