Penghargaan terhadap profesi guru di daerah terpencil sudah lebih dari cukup, meski pun guru, tidak pernah mengharapkan penghargaan dan pujian. Itulah yang dirasakan Yusuf Bane, Kepala Sekolah SMAN 1 Kimaam, Kabupaten Merauke, kepada Bintang Papua usai mengikuti pelantikan kepala sekolah di swiss-belHotel International Merauke, Selasa (4/12) kemarin.
Laporan : Lidya Salmah Ahnazsyiah-Merauke
“Ini sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai seorang guru untuk mencerdaskan anak didik saya, sehingga kami sama-sama menjemput impian mereka,” ucapnya bangga.
Yusuf tak menampik di daerah terpencil salah satu kendala dalam proses belajar mengajar yaitu, masih minimnya tenaga guru si setiap sekolah. Karena itu, para guru harus pandai-pandai mengatur waktu agar anak didik bisa memperoleh pelajaran pada jam yang sama. Tidak jarang, seorang guru harus mengajar di sejumlah kelas dalam waktu yang bersamaan. Meski bukan ‘pesulap’, guru dituntut mampu ‘berakrobat’ sehingga anak didik tetap memperoleh pelajaran
“Karena guru kurang, maka guru yang ada harus berperan ganda di kelas lainnya,” terangnya.
Sementara itu, Distrik Kimaam meskipun terpencil namun saat ini sudah ada jaringan handphone. Karena itu, ia tidak merasa jauh dari keluarganya yang bermukim di kota Merauke maupun di kampung halaman untuk menjaga tali silaturahim dalam kekerabatan
“Tidak ada masalah dalam komunikasi saat ini, baik untuk keperluan dinas maupun dalam keluarga sejak ada jaringan Telkomsel,” aku Yusuf istri dan anaknya sudah terlebih dulu diboyong ke tempat tugas.
Selanjutnya Yusuf berpesan kepada guru-guru lainnya jangan pernah melihat sebuah tempat tugas sekalipun di daerah terpencil sebagai beban yang memberatkan diri ketika melaksanakan tugas mulia ini. “Harapan saya, janganlah memandang tempat tugasnya, tapi pikirkanlah nasib anak-anak kita, karena pendidikan mereka ada di tangan kita,” tandasnya. (***)