Jumlah pengidap HIV-AIDS di Papua terus meningkat. Jika tahun sebelumnya dibawah sepuluh ribuan jiwa, di tahun 2012 sudah menembus angka 13 ribuan jiwa. Dan penyebarannya 98 persen melalui hubungan seks.
‘’Pengidap HIV-AIDS terus meningkat, bila tahun 2010 masih sekitar 6 ribu, untuk tahun ini tepatnya per Oktober sudah mencapai 13 ribu jiwa,’’ ungkap Josep Rinta, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Sabtu (15/12).
Peningkatan jumlah pengidap HIV-AIDS di Papua karena kesadaran masyarakat untuk memeriksakan dirinya semakin tinggi.
‘’Angka ini diketahui, tidak terlepas dari kesadaran masyarakat untuk bersedia diperiksa apakah terinveksi HIV-AIDS atau tidak,’’ ucapnya. Namun disisi lain, lanjutnya, perilaku seks menyimpang dari masyarakat juga menjadi pemicu utama meningkatnya penyebaran virus ini. ‘’Sembilan puluh delapan persen penyebaran HIV-AIDS di Papua melalui hubungan seks. Perilaku gonta-ganti pasangan tanpa pengaman (dengan orang yang terinfeksi) menjadi pemicu utama,’’paparnya.
Dari 13 ribu jiwa pengidap HIV-AIDS di Papua, persentase Laki-laki maupun perempuan jumlahnya sama. ‘’Pria dan wanita jumlahnya seimbang 50:50 persen,’’ jelasnya.
Adapun Kabupaten di Papua yang paling tinggi jumlah pengidap HIV-AIDS adalah Kabupaten Mimika, menyusul Kota Jayapura, Nabire dan Merauke. ‘’Mimika yang merupakan kawasan tambang menduduki urutan teratas dengan jumlah sekitar 2300 jiwa pengidap, menyusul Kota Jayapura sebagai Ibukota Provinsi, serta Nabire dan Merauke, yang angkanya tidak jauh beda dengan Mimika,’’ucapnya.
Tingginya angka pengidap di Kota Jayapura, karena menjadi kota rujukan dari kabupaten lain. ‘’Kota Jayapura menjadi penerima beban dari daerah-daerah lain karena menjadi kota rujukan,’’tukasnya.
Jadi, sambungnya, warga Kota Jayapura menjadi daerah yang beresiko besar terjangkit virus HIV-AIDS. ‘’Karena menerima beban dari daerah lain, pengidap banyak yang tinggal di Jayapura, sehingga warganya memiliki potensi besar terjangkit, jika tidak segera ada sosialisasi,’’ imbuhnya.
Untuk usia pengidap HIV-AIDS sebagian besar adalah usia 15 sampai 40 tahun. ‘’80 persen yang terjangkit adalah usia potensial,’’singkatnya.
Sementara untuk Balita saat ini jumlahnya 150 jiwa, mereka terinfeksi dari orang tua. ‘’150 bayi yang terinfeksi dari orang tua, jadi bukan saja penyebarannya hanya karena hubungan seks,’’tandasnya. (jir/bom/lo2)
‘’Pengidap HIV-AIDS terus meningkat, bila tahun 2010 masih sekitar 6 ribu, untuk tahun ini tepatnya per Oktober sudah mencapai 13 ribu jiwa,’’ ungkap Josep Rinta, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Sabtu (15/12).
Peningkatan jumlah pengidap HIV-AIDS di Papua karena kesadaran masyarakat untuk memeriksakan dirinya semakin tinggi.
‘’Angka ini diketahui, tidak terlepas dari kesadaran masyarakat untuk bersedia diperiksa apakah terinveksi HIV-AIDS atau tidak,’’ ucapnya. Namun disisi lain, lanjutnya, perilaku seks menyimpang dari masyarakat juga menjadi pemicu utama meningkatnya penyebaran virus ini. ‘’Sembilan puluh delapan persen penyebaran HIV-AIDS di Papua melalui hubungan seks. Perilaku gonta-ganti pasangan tanpa pengaman (dengan orang yang terinfeksi) menjadi pemicu utama,’’paparnya.
Dari 13 ribu jiwa pengidap HIV-AIDS di Papua, persentase Laki-laki maupun perempuan jumlahnya sama. ‘’Pria dan wanita jumlahnya seimbang 50:50 persen,’’ jelasnya.
Adapun Kabupaten di Papua yang paling tinggi jumlah pengidap HIV-AIDS adalah Kabupaten Mimika, menyusul Kota Jayapura, Nabire dan Merauke. ‘’Mimika yang merupakan kawasan tambang menduduki urutan teratas dengan jumlah sekitar 2300 jiwa pengidap, menyusul Kota Jayapura sebagai Ibukota Provinsi, serta Nabire dan Merauke, yang angkanya tidak jauh beda dengan Mimika,’’ucapnya.
Tingginya angka pengidap di Kota Jayapura, karena menjadi kota rujukan dari kabupaten lain. ‘’Kota Jayapura menjadi penerima beban dari daerah-daerah lain karena menjadi kota rujukan,’’tukasnya.
Jadi, sambungnya, warga Kota Jayapura menjadi daerah yang beresiko besar terjangkit virus HIV-AIDS. ‘’Karena menerima beban dari daerah lain, pengidap banyak yang tinggal di Jayapura, sehingga warganya memiliki potensi besar terjangkit, jika tidak segera ada sosialisasi,’’ imbuhnya.
Untuk usia pengidap HIV-AIDS sebagian besar adalah usia 15 sampai 40 tahun. ‘’80 persen yang terjangkit adalah usia potensial,’’singkatnya.
Sementara untuk Balita saat ini jumlahnya 150 jiwa, mereka terinfeksi dari orang tua. ‘’150 bayi yang terinfeksi dari orang tua, jadi bukan saja penyebarannya hanya karena hubungan seks,’’tandasnya. (jir/bom/lo2)