MERAUKE,-Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke bekerja sama dengan Universitas Tribhuwana Tunggadewa Malang, menggelar diskusi penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja dan dunia industri. Kegiatan berlangsung di Aula Kantor Bappeda Kabupaten Merauke, Senin (22/10) dan dihadiri perwakilan dari Universitas Musamus Merauke, perusahaan-perusahaan, SKP dan beberapa instansi terkait lainnya.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendorong pendidikan yang berkualitas, khususnya pendidikan yang ada di Kabupaten Merauke sehingga bisa diterima di dunia kerja. Latar belakang terjadinya ketidak penyelarasan dikarenakan kesenjangan antara jumlah lulusan dengan jumlah kebutuhan dunia kerja (dimensi kuantitas), kesenjangan kompetensi lulusan dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja (dimensi kualitas).
Selanjutnya, wilayah tidak mampu menyerap lulusan dan lokasi setempat (dimensi waktu), tidak tersedia lulusan yang dibutuhkan di suatu wilayah dan perubahaan kondisi (ekonomi) baik lokal, nasional dan global dan lead time pendidikan (dimensi waktu). Sedangkan prioritas pembangunan nasional merupakan peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, relevan dan efisien menuju terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi pekerti dan karakter bangsa yang kuat.
Sedangkan pembangunan pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan. Menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan dan menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja.
Yang menjadi pertanyaan saat ini, mengapa industri merekrut sedikit sarjana? Karena, kemampuan SDM yang tidak memadai dalam aspek teknik, terlalu mahal untuk perusahaan bila merekrut sarjana dan sarjana memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih rendah. Kepala LPPM Universitas Tribhuwana Tunggadewa Ir.Taufik Iskandar kepada ARAFURA News di sela-sela diskusi mengatakan dalam dunia pendidikan menghasilkan sarjana, apakah penghasilan dari dunia pendidikan dapat menunjang atau sudah sesuai dengan dunia usaha yang ada di suatu daerah khususnya di daerah Merauke? Jika tidak menunjang maka pendidikan yang ada di Merauke tidak ada manfaatnya karena tidak bisa dimanfaatkan.
“Makanya kita usahakan, kita diskusikan. Kita harus mengaturnya supaya ada keseimbangan antara dunia pendidikan yang kita keluarkan sesuai dengan kebutuhan usaha yang ada di Merauke,”tuturnya. Ia menambahkan, dengan adanya diskusi yang telah mereka lakukan dibeberapa tempat di Indonesia mendapatkan tanggapan positif dari berbagai pihak dan mampu menyadarkan masyarakat bahwa ternyata pendidikan yang terjadi saat ini banyak yang tidak sesuai dengan dunia usaha.
Besar harapannya dari hasil diskusi ini bisa menghasilkan satu kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan ke depan di dunia usaha, dimana pendidikan harus sesuai dengan dunia usaha seperti kelapa sawit, tebu dan usaha-usaha lainnya. Dengan demikian terciptanya lapangan kerja yang baik dan dampaknya dapat mengurangi angka pengangguran di daerah Merauke.
Untuk mengatasi agar permasalah ini segera teratasi, maka pihaknya akan terus mengadakan diskusi di beberapa daerah yang dinilai punya banyak potensi usaha.(Get)
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendorong pendidikan yang berkualitas, khususnya pendidikan yang ada di Kabupaten Merauke sehingga bisa diterima di dunia kerja. Latar belakang terjadinya ketidak penyelarasan dikarenakan kesenjangan antara jumlah lulusan dengan jumlah kebutuhan dunia kerja (dimensi kuantitas), kesenjangan kompetensi lulusan dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja (dimensi kualitas).
Selanjutnya, wilayah tidak mampu menyerap lulusan dan lokasi setempat (dimensi waktu), tidak tersedia lulusan yang dibutuhkan di suatu wilayah dan perubahaan kondisi (ekonomi) baik lokal, nasional dan global dan lead time pendidikan (dimensi waktu). Sedangkan prioritas pembangunan nasional merupakan peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, relevan dan efisien menuju terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi pekerti dan karakter bangsa yang kuat.
Sedangkan pembangunan pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan. Menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan dan menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja.
Yang menjadi pertanyaan saat ini, mengapa industri merekrut sedikit sarjana? Karena, kemampuan SDM yang tidak memadai dalam aspek teknik, terlalu mahal untuk perusahaan bila merekrut sarjana dan sarjana memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih rendah. Kepala LPPM Universitas Tribhuwana Tunggadewa Ir.Taufik Iskandar kepada ARAFURA News di sela-sela diskusi mengatakan dalam dunia pendidikan menghasilkan sarjana, apakah penghasilan dari dunia pendidikan dapat menunjang atau sudah sesuai dengan dunia usaha yang ada di suatu daerah khususnya di daerah Merauke? Jika tidak menunjang maka pendidikan yang ada di Merauke tidak ada manfaatnya karena tidak bisa dimanfaatkan.
“Makanya kita usahakan, kita diskusikan. Kita harus mengaturnya supaya ada keseimbangan antara dunia pendidikan yang kita keluarkan sesuai dengan kebutuhan usaha yang ada di Merauke,”tuturnya. Ia menambahkan, dengan adanya diskusi yang telah mereka lakukan dibeberapa tempat di Indonesia mendapatkan tanggapan positif dari berbagai pihak dan mampu menyadarkan masyarakat bahwa ternyata pendidikan yang terjadi saat ini banyak yang tidak sesuai dengan dunia usaha.
Besar harapannya dari hasil diskusi ini bisa menghasilkan satu kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan ke depan di dunia usaha, dimana pendidikan harus sesuai dengan dunia usaha seperti kelapa sawit, tebu dan usaha-usaha lainnya. Dengan demikian terciptanya lapangan kerja yang baik dan dampaknya dapat mengurangi angka pengangguran di daerah Merauke.
Untuk mengatasi agar permasalah ini segera teratasi, maka pihaknya akan terus mengadakan diskusi di beberapa daerah yang dinilai punya banyak potensi usaha.(Get)

Artikel 