Profesi dukun beranak masih punya tempat istimewa di banyak masyarakat Indonesia terutama di perkampungan seperti Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Kabupaten Merauke. Meski sudah ada bidan yang ditunjuk Dinas Kesehatan setempat di kampung perbatasan RI-PNG itu, namun penduduk kampung yang notabene kaum ibu lebih suka menggunakan jasa dukun beranak untuk proses persalinan mereka. Apa alasannya? Berikut bincang-bincangnya dengan Bintang Papua.
Lidya Salmah Ahnazsyiah- Merauke
“Jadi mama ini sebenarnya bukan dukun beranak, hanya tenaga penolong saja,”katanya meluruskan ketika membuka obrolan dengan wartawan media ini di Yanggandur, Selasa (21/2) pagi.
Mama Magda yang Senin pagi itu ditemani sang suami, Agustinus Sanggra (Sekretaris Kampung Yanggandur), kakak perempuannya Modesta Ndiken dan menantu perempuannya bernama Opiana Mayoa, tengah duduk santai di para-para (tempat duduk dari kayu, red) di depan rumahnya. Sembari menyirih, Mama Magda bercerita panjang lebar soal awal mulanya ia terjun membantu kaumnya dalam proses melahirkan. Ia berkisah, menolong ibu melahirkan sudah dilakukan sejak ia menikah dan menetap bersama sang suami di Yanggandur, lantaran masyarakat pada umumnya yang tinggal di perkampungan lebih mempercayakan dukun untuk membantu proses persalinannya.
“Jadi untuk dukun beranak sendiri sebenarnya sudah turun temurun. Dan mama sendiri pun melahirkan bukan melalui proses bersalin di rumah sakit atau tenaga bidan, tapi lebih kepada dukun,” jelasnya sembari menyeka percikan pinang di sekitar mulutnya.
Hingga sekarang pun masyarakat masih menjagokan tenaga penolong bersalin seperti dirinya. Meski sudah ada seorang bidan yang ditugaskan sejak Puskesmas Pembantu Yanggandur di bangun tahun 2007, namun kemampuannya masih tetap diandalkan. Apa sebabnya? Mama Magda menjawab dengan berbagai fakta yang ada di lapangan, dimana kendati bidan sudah ditugaskan, namun kehadiran bidan tersebut rupanya tidak intensif seperti yang diharapkan masyarakat. Begitupun dengan peran bidan bersangkutan yang dinilai masyarakat, yakni sedikit apatis dengan penduduk yang didominasi warga pribumi.
Bintang papua