Keberadaan pasir dan kerikil di Kali Ambonggo, nampaknya menjadi mata pencaharian bagi warga setempat. Salah seorang warga setempat Benediktus Anom saat ditemui bersama beberapa warga lainnya sedang memisahkan pasir dan kerikil yang berhasil dikumpulkan dari kali itu.
Untuk mengumpulkan pasir dan kerikil dari kali yang tidak terlalu besar itu, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Pasalnya, pasir dan kerikil yang dikumpulkan itu berada di bawah dasar kali, meski tidak terlalu dalam tapi jika tidak hati-hati bisa-bisa yang terangkat kerikilnya saja sedangkan pasirnya habis terbawa air.
Menurut Benediktus Anom, mengumpulkan pasir dan kerikil sudah dilakukan sejak Tahun 1993 yang lalu. Untuk mendapatkan 1 truk pasir atau kerikil (sekitar 2 meter kubik,red) dibutuhkan waktu 3-4 hari. Bahkan bisa sampai 1 minggu jika saat musim kemarau.
''Kerjanya juga setengah mati, apalagi pada saat musim kemarau. Jika musim hujan agak mudah karena pasir dan kerikilnya banyak,''katanya. Pasir bercampur kerikil itu, kemudian diangkat dari air ke atas daratan. Setelah itu kemudian dikumpulkan pada satu tempat lalu kembali dipisahkan antara pasir dan kerikil. ''Kami ayak lagi setelah terkumpul untuk pisahkan pasir dan kerikilnya,'' jelasnya.
Untuk ukuran 1 truk dijual dengan harga Rp 650.000, baik pasir maupun kerikil harganya sama. Dari Rp 650.000 itu, Rp 100.000 bagian sopir truk, Rp 100.000 bagi pemilik hak ulayat, Rp 50.000 bagian yang mengangkat ke atas truk dan Rp 400.000 merupakan bagian mereka. ''Selama 3-4 hari, kami bisa dapatkan Rp 400.000. Tapi tidak selamanya begitu, kadang-kadang 1 minggu,'' katanya.
Senada dengan Benediktus Anom, mama Forentina Kanyom yang menggeluti pekerjaan ini mengaku telah banyak teman-teman mereka yang berhasil dengan cara mengumpulkan pasir dan kerikil itu. ''Ada yang dilakukan dengan sistem barter, mengambil beberapa ret pasir atau kerikil ditukar dengan semen atau atap seng. Ada pula dengan cara menabung setelah terkumpul baru membeli bahan bagunan lainnya,'' katanya Florentina Kayom yang saat itu memperlihatkan 1 buah HP Merk Nokia keluaran lama yang menurutnya ditukar dengan 1 ret pasir.(ulo)
Sumber : Cenderawasih Pos
Untuk mengumpulkan pasir dan kerikil dari kali yang tidak terlalu besar itu, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Pasalnya, pasir dan kerikil yang dikumpulkan itu berada di bawah dasar kali, meski tidak terlalu dalam tapi jika tidak hati-hati bisa-bisa yang terangkat kerikilnya saja sedangkan pasirnya habis terbawa air.
Menurut Benediktus Anom, mengumpulkan pasir dan kerikil sudah dilakukan sejak Tahun 1993 yang lalu. Untuk mendapatkan 1 truk pasir atau kerikil (sekitar 2 meter kubik,red) dibutuhkan waktu 3-4 hari. Bahkan bisa sampai 1 minggu jika saat musim kemarau.
''Kerjanya juga setengah mati, apalagi pada saat musim kemarau. Jika musim hujan agak mudah karena pasir dan kerikilnya banyak,''katanya. Pasir bercampur kerikil itu, kemudian diangkat dari air ke atas daratan. Setelah itu kemudian dikumpulkan pada satu tempat lalu kembali dipisahkan antara pasir dan kerikil. ''Kami ayak lagi setelah terkumpul untuk pisahkan pasir dan kerikilnya,'' jelasnya.
Untuk ukuran 1 truk dijual dengan harga Rp 650.000, baik pasir maupun kerikil harganya sama. Dari Rp 650.000 itu, Rp 100.000 bagian sopir truk, Rp 100.000 bagi pemilik hak ulayat, Rp 50.000 bagian yang mengangkat ke atas truk dan Rp 400.000 merupakan bagian mereka. ''Selama 3-4 hari, kami bisa dapatkan Rp 400.000. Tapi tidak selamanya begitu, kadang-kadang 1 minggu,'' katanya.
Senada dengan Benediktus Anom, mama Forentina Kanyom yang menggeluti pekerjaan ini mengaku telah banyak teman-teman mereka yang berhasil dengan cara mengumpulkan pasir dan kerikil itu. ''Ada yang dilakukan dengan sistem barter, mengambil beberapa ret pasir atau kerikil ditukar dengan semen atau atap seng. Ada pula dengan cara menabung setelah terkumpul baru membeli bahan bagunan lainnya,'' katanya Florentina Kayom yang saat itu memperlihatkan 1 buah HP Merk Nokia keluaran lama yang menurutnya ditukar dengan 1 ret pasir.(ulo)
Sumber : Cenderawasih Pos