Proyeksi lahan di Kawasan Taman Nasional Wasur yang diperuntukkan bagi percetakan tanaman padi bagi kesejahteraan masyarakat yang mendiami kawasan Taman Nasional dinilai tidak memegang prinsip sustainability.
Pasalnya, selain ditanam di kawasan yang dilarang menurut aturan konservasi, juga hanya sebatas proyek sementara yang ketika panen kemudian tidak dilanjutkan dengan penanaman selanjutnya. Demikian diungkapkan Kepala Balai Taman Nasional Wasur, Ir. Tri Siswo Rahardjo,M.Si ketika dijumpai diruang kerjanya.(3/3). "Kecenderungan yang terjadi, warga mau menanam padi hanya karena diberikan modal oleh pemerintah, setelah panen pertama, warga tidak menanam lagi." kata Rahardjo sembari mengatakan bahwa penyebab masalah tersebut terkait dengan budaya masyarakat setempat yang tidak diawali dengan studi diagnostik oleh pemerintah setempat.
Akibat dari tidak ditanamnya kembali tanaman padi tersebut, maka banyak tercipta lahan tidur yang penuh dengan belukar di dalam kawasan Taman Nasional Wasur. Dirinya juga menyayangkan sikap pemerintah yang tidak mau bekerjasama dalam mengembangkan kawasan taman nasional terutama masyarakat lokal yang berada di dalamnya. "Banyak hal yang sebenarnya bisa digarap sesuai dengan potensi daerah. Mengapa masyarakat tidak didukung untuk melakukan penangkaran rusa? Malah mengembangkan tanaman padi yang bukan budaya masyarakat lokal. Saya rasa kita harus berkaca dan kembali pada budaya agar pemberdayaan masyarakat sesuai harapan dan tepat sasaran." tukasnya. (drie/Merauke)
Sumber : Tabloid Jubi
Pasalnya, selain ditanam di kawasan yang dilarang menurut aturan konservasi, juga hanya sebatas proyek sementara yang ketika panen kemudian tidak dilanjutkan dengan penanaman selanjutnya. Demikian diungkapkan Kepala Balai Taman Nasional Wasur, Ir. Tri Siswo Rahardjo,M.Si ketika dijumpai diruang kerjanya.(3/3). "Kecenderungan yang terjadi, warga mau menanam padi hanya karena diberikan modal oleh pemerintah, setelah panen pertama, warga tidak menanam lagi." kata Rahardjo sembari mengatakan bahwa penyebab masalah tersebut terkait dengan budaya masyarakat setempat yang tidak diawali dengan studi diagnostik oleh pemerintah setempat.
Akibat dari tidak ditanamnya kembali tanaman padi tersebut, maka banyak tercipta lahan tidur yang penuh dengan belukar di dalam kawasan Taman Nasional Wasur. Dirinya juga menyayangkan sikap pemerintah yang tidak mau bekerjasama dalam mengembangkan kawasan taman nasional terutama masyarakat lokal yang berada di dalamnya. "Banyak hal yang sebenarnya bisa digarap sesuai dengan potensi daerah. Mengapa masyarakat tidak didukung untuk melakukan penangkaran rusa? Malah mengembangkan tanaman padi yang bukan budaya masyarakat lokal. Saya rasa kita harus berkaca dan kembali pada budaya agar pemberdayaan masyarakat sesuai harapan dan tepat sasaran." tukasnya. (drie/Merauke)
Sumber : Tabloid Jubi