Sejumlah warga di Asmat, Papua meminta pemerintah setempat agar lebih banyak meloloskan putera asli daerah dalam tes CPNS (Calon Pegawai Negara Sipil) tahun 2009. Tes CPNS itu dilakukan untuk formasi penerimaan sebanyak 88 orang. 28 fomasi diantaranya adalah untuk tamatan SMU dan SMK.
Wilshon Ranteubun, seorang aktivis parpol di Agats menilai kesempatan penerimaan CPNS kali ini bukan merupakan peluang bagi warga dan orang Asmat. Namun telah menambah luka bagi orang asli Asmat termasuk orang Papua umumnya. Pasalnya, dari 2000-an kartu kuning yang dikeluarkan dinas Pemukiman dan Tenaga Kerja Kabupaten Asmat selama tahun 2008, sekitar 80 persen adalah non Papua. “Ini hanya sebuah tekanan bagi orang Papua dan orang Asmat, sementara pejabat di era otsus belum bisa mengambil kebijakan yang memihak dan memproteksi orang lokal dalam mengikuti kesempatan menjadi PNS," ujar Wilson di Agats, Sabtu (14/2).
Sementara itu, Elisabet salah satu pendaftar calon PNS mengatakan, kebiasaan penitipan calon PNS sejak tahun sebelumnya selalu didominasi oleh pejabat. “Jangan seperti tahun lalu, baru kami yang lain ini apa? Kecuali kalau punya kemampuan mengoperasikan komputer boleh?” ujar wanita yang pernah 3 kali mengikuti tes CPNS namun tak pernah lolos itu.
Secara terpisah, Norbertus, warga Distrik Atsj, Asmat menuturkan, dirinya mengikuti tes CPNS karena mendengar dari seorang temannya di Jayapura. Norbertus lalu memutuskan untuk kembali ke Agats untuk mengikuti tes tersebut. “Ya, dengan 9 teman saya yang lain hanya pakai ijazah SMA, jadi tidak tahu hasilnya nanti,” jelas Norbertus, seorang mahasiswa yang kini sementara menyelesaikan skripsi di Uncen (Universitas Cenderawasih) Jayapura.
Dikatakannya, tidak adanya kebijakan pemerintah daerah terhadap orang asli Asmat, telah menunjukkan bahwa kesempatan Tes PNS ternyata hanya terbuka untuk mereka yang datang dari luar papua. Dia berharap, pemerintah setempat dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penduduk asli yang berpendidikan baik. (Willem Bobi/Agats)
Sumber : Tabloid Jubi
Wilshon Ranteubun, seorang aktivis parpol di Agats menilai kesempatan penerimaan CPNS kali ini bukan merupakan peluang bagi warga dan orang Asmat. Namun telah menambah luka bagi orang asli Asmat termasuk orang Papua umumnya. Pasalnya, dari 2000-an kartu kuning yang dikeluarkan dinas Pemukiman dan Tenaga Kerja Kabupaten Asmat selama tahun 2008, sekitar 80 persen adalah non Papua. “Ini hanya sebuah tekanan bagi orang Papua dan orang Asmat, sementara pejabat di era otsus belum bisa mengambil kebijakan yang memihak dan memproteksi orang lokal dalam mengikuti kesempatan menjadi PNS," ujar Wilson di Agats, Sabtu (14/2).
Sementara itu, Elisabet salah satu pendaftar calon PNS mengatakan, kebiasaan penitipan calon PNS sejak tahun sebelumnya selalu didominasi oleh pejabat. “Jangan seperti tahun lalu, baru kami yang lain ini apa? Kecuali kalau punya kemampuan mengoperasikan komputer boleh?” ujar wanita yang pernah 3 kali mengikuti tes CPNS namun tak pernah lolos itu.
Secara terpisah, Norbertus, warga Distrik Atsj, Asmat menuturkan, dirinya mengikuti tes CPNS karena mendengar dari seorang temannya di Jayapura. Norbertus lalu memutuskan untuk kembali ke Agats untuk mengikuti tes tersebut. “Ya, dengan 9 teman saya yang lain hanya pakai ijazah SMA, jadi tidak tahu hasilnya nanti,” jelas Norbertus, seorang mahasiswa yang kini sementara menyelesaikan skripsi di Uncen (Universitas Cenderawasih) Jayapura.
Dikatakannya, tidak adanya kebijakan pemerintah daerah terhadap orang asli Asmat, telah menunjukkan bahwa kesempatan Tes PNS ternyata hanya terbuka untuk mereka yang datang dari luar papua. Dia berharap, pemerintah setempat dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penduduk asli yang berpendidikan baik. (Willem Bobi/Agats)
Sumber : Tabloid Jubi