Sampah anorganik yang bergelimpangan di atas air dan lumpur di kota Agats, Asmat, Papua diperkirakan jika tidak dimanfaatkan secara baik, dapat merusak lingkungan di wilayah itu. Sampah yang tertumpuk diatas air tidak hanya merusak pemandangan kota Agats, tapi juga dapat menjadi sarang nyamuk yang bisa menyebabkan warga terserang penyakit Malaria.
Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Agats, Asmat, Pater Ruben Lidi di Kantor Keuskupan Agats, Rabu (11/2) kemarin mengatakan, sampah anorganik sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi rakyat kecil. Yakni dengan cara menjual ke pabrik daur ulang berbahan plastik di Pulau Jawa. “Di kota-kota besar termasuk di Jayapura sampah-sampah tersebut telah merubah nasib orang kecil. Kalau di Agats masih belum bisa terealisasi karena dihalangi banyak faktor,” ujar Pater Ruben, seraya menunjuk sampah anorganik berbahan plastik dan botol alumunium.
Dikatakannya, gagasan untuk memanfatkan sampah anorganik pernah tercetus dalam pertemuan antara Delsos (Delegatus Sosial) Keuskupan Agats dan Sekertariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Agats bekerja sama dengan Yayasan Satu Nama Yogyakarta. Pertemuan dengan agenda Musyawarah Pastoral (Muspas) Keuskupan Agats itu digelar pada 2008 lalu. Menurut Pater Ruben, untuk mendaur ulang sampah tersebut, diperlukan adanya kerja sama antara Delsos Keuskupan Agats, SKP, Pemerintah Daerah setempat dan lembaga adat. "Untuk memanfaatkan sampah anorganik yang hingga kini belum berarti apa-apa diperlukan kerjasama dari segenap pihak agar dapat meningkatkan pendapatan dan bisa sebagai pupuk sintesis," ujarnya.
Sementara itu ditempat yang sama, Staff Delsos Keuskupan Agats, Jhon Ohoiworin menuturkan, sampah-sampah anorganik tersebut sengaja dibiarkan terhanyut hingga ke laut. Sejumlah sampah yang dikumpulkan pihak Keuskupan Agats bahkan telah dimusnahkan sebagai usaha pembersihan lingkungan. “Tahun lalu kami menghabiskan minyak tanah sekitar 120 liter untuk membakar sampah-sampah tersebut,” ujar Jhon. (Willem Bobi/Agats)
Sumber : Tabloid Jubi
Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Agats, Asmat, Pater Ruben Lidi di Kantor Keuskupan Agats, Rabu (11/2) kemarin mengatakan, sampah anorganik sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi rakyat kecil. Yakni dengan cara menjual ke pabrik daur ulang berbahan plastik di Pulau Jawa. “Di kota-kota besar termasuk di Jayapura sampah-sampah tersebut telah merubah nasib orang kecil. Kalau di Agats masih belum bisa terealisasi karena dihalangi banyak faktor,” ujar Pater Ruben, seraya menunjuk sampah anorganik berbahan plastik dan botol alumunium.
Dikatakannya, gagasan untuk memanfatkan sampah anorganik pernah tercetus dalam pertemuan antara Delsos (Delegatus Sosial) Keuskupan Agats dan Sekertariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Agats bekerja sama dengan Yayasan Satu Nama Yogyakarta. Pertemuan dengan agenda Musyawarah Pastoral (Muspas) Keuskupan Agats itu digelar pada 2008 lalu. Menurut Pater Ruben, untuk mendaur ulang sampah tersebut, diperlukan adanya kerja sama antara Delsos Keuskupan Agats, SKP, Pemerintah Daerah setempat dan lembaga adat. "Untuk memanfaatkan sampah anorganik yang hingga kini belum berarti apa-apa diperlukan kerjasama dari segenap pihak agar dapat meningkatkan pendapatan dan bisa sebagai pupuk sintesis," ujarnya.
Sementara itu ditempat yang sama, Staff Delsos Keuskupan Agats, Jhon Ohoiworin menuturkan, sampah-sampah anorganik tersebut sengaja dibiarkan terhanyut hingga ke laut. Sejumlah sampah yang dikumpulkan pihak Keuskupan Agats bahkan telah dimusnahkan sebagai usaha pembersihan lingkungan. “Tahun lalu kami menghabiskan minyak tanah sekitar 120 liter untuk membakar sampah-sampah tersebut,” ujar Jhon. (Willem Bobi/Agats)
Sumber : Tabloid Jubi