Tenggelamnya kapal motor Lisman Jaya yang merenggut nyawa 3 orang dokter, Wendy, Hendy dan dr. Boyke di Asmat ternyata mengisahkan ceritera mengharukan dibalik tragisnya peristiwa itu. Dua dokter diantaranya telah ditemukan. Namun naas bagi, Boyke, seorang yang mendedikasikan hidupnya untuk pelayanan umat manusia. Boyke hingga kini belum ditemukan oleh tim Search And Rescue (SAR) setempat.
Oktiovianus Takimai, seorang pemerhati masyarakat Papua di Jayapura mengatakan, dirinya bahkan tidak tahu menahu mengenai kronologis tenggelamnya KM Lisman Jaya. Dikatakan Takimai, hal tersebut disebabkan karena kesimpangsiuran informasi yang diterima pihaknya. Menurutnya, ada dua versi kronologis tenggelamnya KM Lisman Jaya. Pertama, kronologis yang dikeluarkan pihak kepolisian setempat dan informasi yang diberitakan sebuah media lokal di Asmat. Semua informasi tersebut pada akhirnya membuat warga menjadi bingung. "Saya tidak bisa menceritakannya," kata Takimai singkat.
Ditempat terpisah, Kepala Puskesmas Agats, di Asmat, Robertus, MKes kepada JUBI, beberapa waktu lalu mengatakan kesimpangsiuran tenggelamnya KM Lisman Jaya memang telah membuat bingung warga. Namun, yang penting dari peristiwa itu adalah upaya penyelamatan yang dilakukan oleh berbagai pihak. “Bukan mempersalahkan informasi yang simpangsiur,” kata dia.
Pernyataan serupa juga dikatakan Teller, seorang driver speedboat di Agats. Diungkapkannya, seharusnya tim SAR Asmat bisa melakukan pertolongan secepatnya terhadap korban tenggelam. Tapi ternyata hal itu tidak dilakukan pada saat peristiwa itu terjadi. Tim SAR, kata dia, bergerak melakukan pertolongan 5 sampai 6 jam pasca tenggelamnya KM Lisman Jaya. Saat itu, korban tenggelam telah jauh terbawa arus laut. “Saya kaget, sebenarnya SAR harus bergerak cepat ketika mendapat informasi bantuan korban lewat HP namun ini direspon sekitar 5 sampai 6 jam kemudian. Masak kita harus rapat dulu," ujar Teller.
Teller juga mengatakan, kesalahan penyelamatan seharusnya disematkan kepada SAR sebagai badan yang harus siap sedia setiap saat. Menurutnya, jika saja saat itu pihak SAR dapat lebih cepat, tentu peristiwa tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa. "Ini kesalahan dan kelambanan SAR Asmat," ujarnya.
Hal senada juga diutarakan Norbertus Kamona, Kepala Kantor Navigasi Stasiun Radio Pantai di Agats, Selasa kemarin. Menurutnya, tim SAR dengan sumber biaya yang cukup dari pemerintah Asmat seharusnya bisa lebih cekatan dalam upaya menyelamatkan korban dari sebuah kapal tenggelam. Tapi sebaliknya hal itu malah tidak terjadi. "Memang benar. Tidak salah jika kecelakaan yang menelan korban ke tiga dokter ini adalah kelalaian Tim SAR Agats," katanya. Dia berharap semoga kedepan ada perubahan kerja dari pihak SAR dalam menanggulangi korban bencana laut. “Yah, harus ada itu,” tutupnya. (Willem Bobi/Agats)
Sumber : Tabloid Jubi