Kondisi korban banjir yang melanda warga di Distrik Waan yang berlangsung selama 4 hari berangsur-angsur pulih. Banjir perlahan-lahan mulai surut dan distribusi bantuan telah diterima masyarakat.
Demikian diungkapkan Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Merauke, Drs Daniel Pauta kepada JUBI diruang kerjanya usai melakukan kunjungan lapangan ke Distrik Waan, Selasa (24/2). “Untuk bantuan beras telah kami salurkan, tiap KK mendapatkan 60 kg beras yang diharapkan dapat bertahan selama sebulan. Sedangkan distribusi bantuan lainnya berupa pakaian layak pakai dan bantuan kerusakan lainnya seperti perumahan masih dalam tahap identifikasi yang dilakukan oleh aparat Distrik Waan,” jelas Pauta.
Khusus untuk beras, kata Pauta, dirinya berharap agar warga dapat berhemat mengingat kondisi medan yang cukup sulit untuk melakukan distribusi barang. Pasalnya, untuk mencapainya, harus ditempuh melalui laut dan memakan waktu 2 malam. “Kalau lewat naik speed di Kimaam maka akan memakan waktu 5-6 jam, itupun kalau tidak ada gelombang. Sedangkan jika melalui kapal, maka harus menunggu air pasang barulah kapal dapat merapat ke dermaga,” ungkap Pauta menjelaskan rumitnya kondisi medan di wilayah Kimaam.
Dikatakan, Kondisi infrastruktur lainnya seperti sekolah dan rumah penduduk sebagian masih layak huni, karena menurutnya gelombang pasang yang terjadi tidak mengakibatkan rusak parah seperti gelombang Tsunami yang terjadi didaerah lainnya. Menurut Pauta, yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah bantuan bibit tanaman berupa bibit singkong dan ubi jalar yang dapat dipanen dalam jangka waktu 3 bulan. “Pihak Distrik Kimaam telah menyetujui dalam penyediaan bibit, jadi tidak ada masalah,” tukasnya.
Sedangkan dana sebesar Rp 208.000.000 yang terkumpul dari berbagai sumber, menurut Pauta hingga kini masih utuh dan menunggu petunjuk Pemkab Merauke dalam penggunaannya. “Jika 2 bulan warga kehabisan stok makanan, maka dana tersebut menurut saya bisa digunakan untuk membeli beras,” katanya. Sedangkan mengenai kerugian materil akibat kerusakan, Pauta mengungkapkan pihak Pemkab dan masyarakat tidak dapat memprediksi kerusakan yang terjadi akibat banjir tersebut. (drie/Merauke)
Sumber : Tabloid Jubi
Demikian diungkapkan Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Merauke, Drs Daniel Pauta kepada JUBI diruang kerjanya usai melakukan kunjungan lapangan ke Distrik Waan, Selasa (24/2). “Untuk bantuan beras telah kami salurkan, tiap KK mendapatkan 60 kg beras yang diharapkan dapat bertahan selama sebulan. Sedangkan distribusi bantuan lainnya berupa pakaian layak pakai dan bantuan kerusakan lainnya seperti perumahan masih dalam tahap identifikasi yang dilakukan oleh aparat Distrik Waan,” jelas Pauta.
Khusus untuk beras, kata Pauta, dirinya berharap agar warga dapat berhemat mengingat kondisi medan yang cukup sulit untuk melakukan distribusi barang. Pasalnya, untuk mencapainya, harus ditempuh melalui laut dan memakan waktu 2 malam. “Kalau lewat naik speed di Kimaam maka akan memakan waktu 5-6 jam, itupun kalau tidak ada gelombang. Sedangkan jika melalui kapal, maka harus menunggu air pasang barulah kapal dapat merapat ke dermaga,” ungkap Pauta menjelaskan rumitnya kondisi medan di wilayah Kimaam.
Dikatakan, Kondisi infrastruktur lainnya seperti sekolah dan rumah penduduk sebagian masih layak huni, karena menurutnya gelombang pasang yang terjadi tidak mengakibatkan rusak parah seperti gelombang Tsunami yang terjadi didaerah lainnya. Menurut Pauta, yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah bantuan bibit tanaman berupa bibit singkong dan ubi jalar yang dapat dipanen dalam jangka waktu 3 bulan. “Pihak Distrik Kimaam telah menyetujui dalam penyediaan bibit, jadi tidak ada masalah,” tukasnya.
Sedangkan dana sebesar Rp 208.000.000 yang terkumpul dari berbagai sumber, menurut Pauta hingga kini masih utuh dan menunggu petunjuk Pemkab Merauke dalam penggunaannya. “Jika 2 bulan warga kehabisan stok makanan, maka dana tersebut menurut saya bisa digunakan untuk membeli beras,” katanya. Sedangkan mengenai kerugian materil akibat kerusakan, Pauta mengungkapkan pihak Pemkab dan masyarakat tidak dapat memprediksi kerusakan yang terjadi akibat banjir tersebut. (drie/Merauke)
Sumber : Tabloid Jubi