Saat panen tiba, dr Kery R. Kartosen SpOG mendapatkan sayur dan buah yang berlimpah. Namun, puluhan tahun merasakan panen, Kery tak pernah sekali pun berniat menjual hasil budi daya tersebut. "Tapi, tidak saya habiskan sendiri tentunya. Saya bagi-bagikan ke tetangga," katanya. Tanaman favorit Kery adalah mangga. Tak hanya di kebun, di rumah pribadinya yang di Surabaya pun ada tanaman mangga. Juga, di tempat praktiknya. Beberapa kali, mangga itu menjadi incaran ibu-ibu hamil yang hendak memeriksakan diri ke tempatnya. Ada yang minta langsung kepadanya, ada pula yang diam-diam sudah mengambil.
Selain membagi, tak jarang pria yang suka bercanda tersebut membawa hasil panen ke rumah. Dia mengolah sendiri hasil panen menjadi beragam makanan "baru" seperti asinan maupun selai. "Saya tahu cara buat itu saat membantu ibu waktu kecil," ungkapnya.Tak hanya hasil panen, dia kerap memberikan bantuan baik materi maupun nonmateri kepada orang lain. Selagi dia memiliki kemampuan untuk membantu sesama, itu akan dilakukan. "Semua sudah ada yang mencatat, kita tidak perlu ikut mencatatnya juga, anggap sebagai obat awet muda saja," tutur Kery.
Kery lantas bercerita tentang nasib kambing yang dipeliharanya di belakang kebun. Karena ada keluhan warga tentang bau kambing yang menyengat, dia menghibahkan sekitar 35 ekor kambingnya itu ke sebuah yayasan. "Menjaga kerukunan bertetangga memang tidak boleh egois," ujarnya.Bantuan lain yang juga sering dia lakukan adalah memberikan pemeriksaan gratis bagi ibu hamil di daerah terpencil. Hal tersebut selalu dia lakukan berdua bersama istrinya, Hanny M. Kartosen, yang dokter spesialis mata itu. "Saya memeriksa kesehatan kandungan, Hanny memeriksa mata warga," tuturnya.
Semua itu sudah sering dia lakukan berdua diam-diam. Tanpa bantuan pemerintah dan tanpa permintaan dari pemerintah. Berkat kebesaran hatinya tersebut, keduanya pada 8 Februari mendatang diundang secara resmi oleh bupati Merauke untuk mengadakan pengobatan gratis satu pekan di sana. "Alhamdulillah, kami diberikan kesempatan membantu warga Merauke, tempat kelahiran saya," ujar Kery. (nuq/ayi)
Sumber : Jawa Pos
Selain membagi, tak jarang pria yang suka bercanda tersebut membawa hasil panen ke rumah. Dia mengolah sendiri hasil panen menjadi beragam makanan "baru" seperti asinan maupun selai. "Saya tahu cara buat itu saat membantu ibu waktu kecil," ungkapnya.Tak hanya hasil panen, dia kerap memberikan bantuan baik materi maupun nonmateri kepada orang lain. Selagi dia memiliki kemampuan untuk membantu sesama, itu akan dilakukan. "Semua sudah ada yang mencatat, kita tidak perlu ikut mencatatnya juga, anggap sebagai obat awet muda saja," tutur Kery.
Kery lantas bercerita tentang nasib kambing yang dipeliharanya di belakang kebun. Karena ada keluhan warga tentang bau kambing yang menyengat, dia menghibahkan sekitar 35 ekor kambingnya itu ke sebuah yayasan. "Menjaga kerukunan bertetangga memang tidak boleh egois," ujarnya.Bantuan lain yang juga sering dia lakukan adalah memberikan pemeriksaan gratis bagi ibu hamil di daerah terpencil. Hal tersebut selalu dia lakukan berdua bersama istrinya, Hanny M. Kartosen, yang dokter spesialis mata itu. "Saya memeriksa kesehatan kandungan, Hanny memeriksa mata warga," tuturnya.
Semua itu sudah sering dia lakukan berdua diam-diam. Tanpa bantuan pemerintah dan tanpa permintaan dari pemerintah. Berkat kebesaran hatinya tersebut, keduanya pada 8 Februari mendatang diundang secara resmi oleh bupati Merauke untuk mengadakan pengobatan gratis satu pekan di sana. "Alhamdulillah, kami diberikan kesempatan membantu warga Merauke, tempat kelahiran saya," ujar Kery. (nuq/ayi)
Sumber : Jawa Pos