Para korban merupakan awak kapal KM Cisadane 08 dan KM Mega Jaya yang berlabuh di Merauke. Mereka berpesta sopi, minuman keras khas Papua, yang diduga dioplos dengan spiritus, cairan infus, dan minyak babi. Data dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merauke, Rabu, menunjukkan, akibat pesta miras itu, sebanyak 128 orang dirawat oleh tim medis setempat. Dari jumlah itu, 18 orang meninggal dan 110 orang diopname. Hingga Rabu siang kemarin, sebanyak 94 orang telah diperbolehkan pulang, sedangkan 16 orang lainnya masih dirawat.
Direktur Reserse Kriminal Kepolisian Daerah (Polda) Papua Komisaris Besar Paulus Waterpauw mengatakan, polisi telah meminta keterangan dari tiga saksi yang menjual miras. Awalnya, pada Minggu lalu hanya satu orang yang ditemukan meninggal dalam pesta miras itu. Pada Senin sore korban meninggal menjadi tujuh orang (Kompas, 29/7). Selanjutnya, Rabu, korban meninggal bertambah 11 orang sehingga total korban tewas menjadi 18 orang.
Paulus Waterpauw mengatakan, hasil otopsi menunjukkan, kadar metanol di dalam otak para korban sangat tinggi. Korban juga mengalami dehidrasi. Saat dokter membuka bagian dalam tubuh korban, lambung mereka ternyata kosong. ”Kondisi ini menunjukkan, para korban tidak makan dan hanya minum minuman keras sekitar empat hari berturut- turut.”
Dicermati
Menurut Paulus, pesta yang berujung dengan kematian itu melibatkan 26 nelayan asal Thailand. Ia mengatakan, sejak tahun 2006 hingga pertengahan 2008, sebanyak 30 warga Thailand meninggal di Merauke. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari tercebur di laut hingga minum minuman keras seperti kejadian terakhir.
Mengenai kemungkinan kematian itu ada unsur kesengajaan untuk mendapatkan klaim asuransi, Paulus mengatakan, hal itu akan turut dicermati.Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal FX Bagus Ekodanto menyatakan telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Thailand di Indonesia untuk melihat kondisi korban. Menyangkut pengawasan polisi di Pelabuhan Merauke, ia mengatakan, pesta miras diadakan di dalam kapal sehingga tak terpantau.