Perusahaan minyak dan gas Medco Group memperkenalkan pengolahan sawah yang menggunakan sistem intensifikasi yang disebut System of Rice Intensification (SRI), kepada masyarakat Kabupaten Merauke, Papua.
Menggunakan sistem hemat air dan bibit padi unggulan, petani diharapkan memperoleh hasil panen 30 persen lebih banyak dibandingkan pola konvensional. Sistem ini pun mampu menghemat air hingga 60 persen dari kebutuhan sawah biasa. Dan karena itu, sistem ini tidak akan mengenal krisis air saat kemarau seperti yang terjadi pada akhir 2006 dan awal 2007.
Pengenalan terhadap padi SRI tersebut, dilakukan pendiri Yayasan Medco sekaligus Ketua Dewan Penasihat Medco Group Arifin Panigoro dan Menteri Kehutanan MS Kaban, Senin (26/11) di Merauke. Bupati Merauke Johanes Gluba Gebze menyatakan dukungan terhadap usaha Medco Foundation dalam pengembangan padi SRI organik di wilayahya. "Kami telah menggodok konsep pengembangan Merauke Integrated Rice Estate (MIRE), sebagai dukungan terhadap pengembangan padi organik. Dalam sistem tersebut, diajarkan pula cara bercocok tanam, pemanfaatan limbah padi, hingga pengolahan pupuk organik, dan limbah," kata Johanes.
Dengan luas lahan yang ditawarkan hingga 1,9 juta hektar, kata Johanes, Merauke merupakan masa depan cadangan untuk masa depan. "Kami yakin dengan dukungan Merauke, maka Indonesia dapat swasembada pangan," kata dia. Wijajanto dari Medco Foundation mengatakan, penanaman sistem SRI pada tahap awal dilakukan di lahan 20 hektar di kawasan Tanah Miring. "Niat Medco untuk memperkenalkan padi SRI ini, dilengkapi dengan proposal MIRE dari Kabupaten Merauke yang menawarkan lahan seluas 1,2 juta hektar," kata Wijajanto. Medco Foundation berkeinginan mengembangkan persawahan dengan sistem SRI, dengan konsep kemitraan dengan petani dan perbankan di lahan 10.000 hektar dengan anggaran Rp 100 miliar. Selain di Merauke, dikembangkan pula sistem ini di Jawa Barat, Aceh, Bali, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara. Sistem SRI pertama ditemukan seorang pastor dan beberapa petani di Madagaskar. Sistem ini kemudian dipelajari tim Harvard University yang dipimpin Profesor Norman Uphoff. Setelah itu, SRI dikembangkan juga di India dan Sri Lanka. Uphoff memperkenalkan sistem ini ke Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor. Pengembangan SRI pertama di Indonesia dilakukan di Tasikmalaya, Jawa Barat. (From Kompas)