Merauke, InfoPublik - Direktur Jenderal Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi (P2KTrans) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Ir. H. Jamaluddin Malik, MM, menilai Kota Terpadu Mandiri (KTM) Salor akan memiliki prospek yang cerah ke depan.
Jamaluddin Malik seusai melakukan peninjauan ke KTM Salor bersama rombongan, belum lama ini, mengatakan, kawasan Salor akan menjadi kawasan ibu kota dari Kabupaten Merauke, jika kelak Kota Merauke terbentuk.
Menurutnya, KTM Salor dibangun sejak tahun 2009 dengan luas wilayah sekitar 96.340 hektar, yang terdiri dari areal pembangunan dan pengembangan sekitar 36.500 hektar dan areal pengembangan investasi perkebunan seluas 59.840 hektar dengan komoditas yang dikembangkan padi, tebu dan palawija.
Dalam pelaksanaannya, kawasan KTM Salor diintegrasikan dengan Program Merauke Integrated Food and Energi Estate (MIFEE), yang merupakan program pemerintah untuk memenuhi swasembada pangan nasional. Ia menilai sejak KTM Salor dibangun sampai saat sekarang ini telah banyak mengalami kemajuan.
Namun diakuinya, akan lebih cepat lagi berkembang jika ada sinergisitas dalam membangun infrastrukturnya.
Dikatakan, diminta atau tidak diminta, Merauke tetap menjadi perhatian pemerintah. Selain karena salah satu daerah tertinggal di Indonesia, dan terpencil, juga karena Merauke adalah daerah perbatasan yang sangat strategis.
‘’Dari transmigrasi, kami memang ada hambatan dengan adanya moratorium. Namun kami menyesiasati dengan program pengembangan dan pembangunan kawasan daerah transmigrasi yang terintegrasi. Sehingga dana-dana dari kementerian bisa tetap mengalir ke Papua,’’ katanya.
Menyangkut pembangunan KTM Muting, menurut Jamaluddin, sudah masuk dalam agenda pengembangan. Namun karena berada di daerah perbatasan, maka pengembangannya akan dilakukan secara bersinergi dengan Badan Perbatasan Pusat.
Mewakili Bupati, Staf Ahli Bupati Tangke Mangi, SE, mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Merauke tidak menutup mata atas apa yang sudah diberikan Pemerintah Pusat selama ini, dimana daerah-daerah transmigrasi selama ini sebagai embrio untuk menggerakan masyarakat lokal.
Ia berharap, pola pengembangan dan pembangunan transmigrasi untuk tetap dilanjutkan karena dengan pola ini tidak mendatangkan penduduk baru tapi dengan pembinaan masyarakat lokal. (02/mcmerauke/Kus)