Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya.
UPDATE!! Berita di Radar Merauke dapat dibaca langsung lewat Smartphone Android! Baca fiturnya DISINI atau Download aplikasinya disini : LINK Download Android RadarMeraukeCom.APK !!! Baca berita Via Opera Mini Atau Browser Handphone (Blackberry/Iphone/Symbian) : http://www.radarmerauke.com/?m=1 .

Saturday, 24 November 2012

Wisata Asmat : Agats : Kota Unik di Atas Papan



Agats – Setelah sempat tertahan dua hari di Kota Merauke, alhamdulillah akhirnya, Sabtu, 16 Oktober 2010, saya dan Erwin Yogaswara serta pendamping kami, bang Leo dapat terbang ke Agats. Tertundanya penerbangan kami pun hanya karena alasan klasik penerbangan khas wilayah timur. Biasanya penerbangan menuju bandara Ewer, Asmat tertunda karena jumlah penumpang yang tidak memenuhi kuota dan faktor alam. Sedangkan yang kami alami karena penerbangan beberapa hari sebelumnya yang juga tertunda sehingga banyak penumpang yang juga harus menunggu. Jadi yang di dahulukan terbang adalah para penumpang yang tertunda lebih dahulu dari kami.

Setelah menempuh penerbangan sekitar dua jam dari Bandara Mopah, Merauke, pukul 11.45 WIT pesawat Musamus jenis Twin Otter, Merpati Airlines mendarat mulus di Bandara Ewer. Sebuah bandara kecil berlandaskan tikar baja yang ditumbuhi rerumputan. Bandara yang disebut juga Air Strip ini merupakan peninggalan tentara Jepang pada Perang Dunia II. Inilah bandara kebanggaan masyarakat Kabupaten Asmat.

Begitu turun dari pesawat bagaikan seorang bintang, kami langsung disambut warga sekitar bandara. Yang paling berkesan adalah sambutan sekelompok anak-anak dengan senyumnya yang khas.

Uniknya aktifitas di atas papan

Untuk menuju Kota Agats, kami harus melanjutkan perjalanan kembali dengan menggunakan Speedboat melalui sungai Ajewets dan teluk Flamingo selama 20 menit. Beberapa menit berjalan, dikejauhan telah tampak suasana khas Agats. Tiang-tiang kayu sebagai penyangga rumah dan papan sebagai jalan menjulang tinggi.

Masyarakat Agats sendiri selain dari Suku Asmat dan beberapa suku lain di Papua, juga terdiri dari berbagai suku daerah lainnya di Indonesia. Seperti Jawa, Toraja, Buton dan lain-lain.

Kami berjalan melalui jalan seperti jembatan dari kayu besi selebar dua meter. Seperti itulah kondisi jalan-jalan di Agats. Jalan yang berupa jembatan kayu tersebut menjadi penghubung antara satu tempat dengan tempat lainnya. Ini terjadi lantaran Agats, berdiri di atas rawa-rawa. Ketika berjalan menuju rumah makan, kami dikejutkan dengan lalu lalang kendaraan bermotor berupa motor listrik dan sepeda. Hanya kedua jenis kendaraan itu saja yang boleh digunakan di Agats.

Usai makan siang, kami langsung menuju Hotel Assedu, hotel milik Pemda Kabupaten Asmat. Hotel yang cukup nyaman dengan beberapa ukiran kayu khas Suku Asmat. Dengan di temani Lucky, pemuda dari Desa Syuru, Suku Asmat, saya dan Erwin berkeliling Kota Agats.

Benar-benar unik, melihat berbagai aktifitas sehari-hari warganya yang dilakukan di atas papan. Mulai dari rumah biasa, sekolah hingga pusa pemerintahan semuanya berada di atas papan. Kami sempat masuk ke kantor pemerintahan Kabupaten Asmat. Gedung pemerintahan yang unik karena berada di atas lantai dan jembatan kayu besi. Tiang-tiang kayuny penyangga atap bangunannya semuanya berukir khas Suku Asmat. Lapangan terbuka yang berada di tengah-tengah kantor pun berupa papan.

Menurut Ainur Rofiq – pegawai Bagian Hukum pemda Kab. Asmat – Agats merupakan kota yang adil. “Agats itu merupakan kota yang adil, karena dulu sebelum ada motor listrik dan sepeda, semua orang dari tinkat bawah hingga pejabat semua berjalan kaki,” ceritanya kepada kami. Motor listrik dan sepeda sendiri baru di perbolehkan di Agats sekitar dua tahun belakangan ini.

Kemudian perjalanan kami lanjutkan lagi menuju beberapa tempat lainnya di Agats. Berbagai kegiatan seperti di lembaga pendidikan dan rumah sakit pun dilakukan di atas papan. Namun, ada satu jalan yang oleh masyarakat setempat disebut jalan tol. Jalan tersebut berupa jembatan beton sepanjag sekitar 100 meter yang berada pada bagian tengah Kota Agats. Saat kami berada di sana, ditengah-tengahnya sedang dibangun sebuah tugu berupa patung yang akan menjadi kebanggan masyarakat Kab. Asmat atau Kota Agats khususnya.

Sebelum perjalanan berakhir di pasar Agats, kami sempatkan terlebih dahulu berkunjung ke Kampung Suru – kampung Suku Asmat yang terdekat dari pusat Kota Agats. Disana dapat di jumpai Jews atas rumah bujang – rumah panjang dan besar tempat berkumpulnya orang-orang Suku Asmat untuk melakukan berbagai kegiatan bersama.

Pasar di Agats, seperti pada pasar-pasar tradiisonal lain umumnya. Berbagai kebutuhan pokok dapat dengan mudah kita jumpai disini. Yang membedakannya hanyalah tempat berjualannya yang dilakukan di atas papan serta harganya yang sedikit lebih tinggi. Pasar adalah salah satu tempat di Agat yang paling ramai aktifitasnya. Disini kita dapat memperoleh Karaka - kepiting bakau berwarna merah berukuran besar khas Agats dengan harga murah. Karaka ini jika sudah sampai restoran di Jakarta dan kota besar lainnya harganya bisa mencapai ratusan ribu.

Tidak jauh dari pasar kami mampir ke alun-alun Kota Agats. Disana kami menyaksikan para pemuda sedang bermain bola. Permainan bola yang unik karena juga dilakukan di atas papan. Sehingga jika para pemainnya berlari dan mengejar bola akan terdengar cukup berisik suara papan terinjak.

Berada di Agats memang unik. Kita harus terbiasa dengan suara sedikit bising papan terinjak oleh lalu lalang orang, motor listrik dan sepeda. Namun, yang pasti Agats merupakan salah satu keunikan yang dimiliki oleh Indonesia, Papua pada khususnya.
Share on :
Silahkan berikan komentar melalui Facebook. Jangan lupa login dulu melalui akun facebook anda. Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel atau berita yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan radarmerauke.com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Ditulis Oleh : ~ Portal Berita Merauke

Artikel Wisata Asmat : Agats : Kota Unik di Atas Papan ini diposting oleh Portal Berita Merauke pada hari Saturday, 24 November 2012. Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Copyright berita dalam site ini milik pemilik berita: Kompas, Cenderawasihpos, Tabloid Jubi, Jaringan Pasificpost, Infopublik, Jaringan JPNN dll. Radar Merauke adalah web personal yang merangkum berita dari berbagai media.
 
© Copyright RadarMerauke.com | Portal Berita Merauke @Since 2008 - 2013 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Owner Template | Published by Owner Template and Owner
WWW.RADARMERAUKE.COM - PORTAL BERITA MERAUKE
( www.radarmerauke.me | www.radarmerauke.asia | Email : radarmerauke@gmail.com | radarmerauke@yahoo.com )

Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya. Copyright berita dalam site ini milik pemilik berita: Kompas, Bintang Papua, Cenderawasihpos, Tabloid Jubi, Jaringan Pasificpost, Infopublik, suluhpapua, Jaringan JPNN dll. Radar Merauke adalah web personal yang merangkum berita dari berbagai media.