Ruas jalan tanah sepanjang 500 kilometer Merauke-Boven Digul yang membelah hutan Papua menjadi berlumpur dan licin akibat hujan pada akhir pekan lalu. Waktu yang diperlukaan kendaraan roda empat untuk menempuh jarak itu pun mulur, dari 12 jam menjadi 24 jam.
Waktu tempuh selama ini dialami Kompas yang mencapai Tanah Merah, ibu kota Kabupaten Boven Digul, Senin (13/8), setelah bertolak dari Merauke Minggu lalu. Sebanyak 25 penumpang bus yang hendak menuju perkebunan sawit Asiki di Distrik Jair—300 kilometer dari Merauke—lebih tidak beruntung.
Rombongan itu harus berhenti di jalan untuk menunggu jalan mengering karena bus tak dapat bergerak di ruas yang penuh tanjakan dan turunan itu dalam kondisi berlumpur dan licin.Para penumpang menginap di perhentian terdekat yaitu di Distrik Muting, Merauke. Di tempat itu terdapat pasar, warung, dan pondok kayu untuk tidur.
Menurut Burhanuddin, sopir mobil yang mengantar Kompas, hujan sehari dapat mengubah kondisi jalan dengan ekstrem. Dalam kondisi hujan atau setelahnya, hanya kendaraan berpenggerak empat roda yang dapat melalui jalan. Itu pun sesekali mobil terjebak kubangan lumpur. Sehingga para penumpang harus turun untuk membebaskan mobil dari kubangan.Hujan yang turun akhir pekan lalu merupakan hujan di tengah musim kering. Beberapa pekan sebelumnya hujan tidak turun di kawasan itu sehingga perjalanan di jalur tersebut dapat ditempuh dengan lancar.
Bila musim hujan, tutur Mansur, sopir yang lebih dari lima tahun melayani rute Merauke-Boven Digul, kondisi jalan menjadi sangat parah sehingga butuh waktu lebih dari dua hari untuk tiba di Tanah Merah atau Merauke.Kini, beberapa ruas jalan sedang dalam proses pengaspalan, yang mengurangi titik-titik rawan ketika musim hujan tiba.