TRIBUNNEWS - Setelah 19 hari dianggap hilang, Diah Puspitasari (31) akhirnya ditemukan. Alumnus Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Angkatan 99 tersebut ditemukan di tempat ia diduga hilang, di Merauke, Papua.
Ihwal keberadaan Diah Puspitasari (yang akrab dipanggil Diah oleh pihak keluarga) diungkapkan sang ibunda, Ny Retno Widayati. Menurut Retno, pada Kamis (28/2/2013) sore sebuah nomor tak dikenal menghubungi handphone miliknya dan seorang perempuan berlogat Jawa bicara mengaku sebagai Diah.
"Ada telepon sekitar jam empat sore. Saya kaget, pertamanya (orang itu) langsung bilang, 'Bu, ini Sari'. Saya enggak percaya, terus saya tanya, mosok Sari? Setelah beberapa saat, baru saya percaya itu Sari. Dari suaranya saya tahu benar itu suara Sari, anak saya," ujar Retno saat diwawancara Tribun Jogja, Kamis malam.
Diberitakan sebelumnya, Diah dikabarkan hilang di pedalaman Merauke, sejak 9 Februari lalu. Diah diduga hilang bersama seorang rekannya yang diketahui bernama Ipsan. Saat hilang, keduanya dalam perjalanan pulang seusai melakukan survei di hutan. Diah diketahui oleh keluarganya bergabung sebagai salah satu karyawan PT Merauke Rayon Jaya (MRJ) sejak Januari lalu.
Menurut Retno, melalui sambungan telepon tersebut Diah berbicara dalam Bahasa Jawa, antara lain mengatakan bahwa dirinya tak tersesat dan hilang di hutan di Merauke melainkan 'dibuat tidak bisa melihat' oleh seseorang. "Sari bilang, 'aku digawe ora weruh uwong, bu, ora tersesat'," kata Retno, menirukan ucapan Diah.
Diah mengaku kaget saat ibunya memberitahunya bahwa ia diduga hilang karena tersesat dan diberitakan banyak media massa. "Kowe ki wis ilang 19 dino, kabeh keluarga nggoleki. Tapi malah Sari kaget dan ngga percaya. 'Mosok, to, bu'," kata Retno, menirukan perkataan Diah lagi.
Menurut Retno, Diah mengaku menelepon menggunakan telepon satelit. Hanya, belum sempat Retno bertanya lebih banyak, Diah mengatakan baterai telepon satelit tersebut hampir habis, dan sesaat kemudian sambungan telepon pun terputus.
"Kata Sari, iki telepone nganggo satelit, bateraine wis arep entek, yen ngecharge kudu nganggo genset, neng kene ora ono genset. Lalu teleponnya langsung mati, saya telepon balik sudah tak bisa," kata Retno.
Retno menambahkan, Diah sempat mengatakan dirinya dalam keadaan baik, dan berada di sebuah desa tak dikenalnya bersama Ipsan. Diah akan diantar penduduk setempat ke Merauke.
"Kata Sari, dia baik-baik saja sama temanya Ipsan itu. Besok mau diantar ke Merauke, jadi suruh nunggu di Merauke saja," imbuh Retno.
Secara terpisah, Ketua Persatuan Sarjana Kehutanan Seluruh Indonesia (Persaki) yang juga Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM, Sanafri Awang, membenarkan kabar Diah telah menghubungi ibunya. Sanafri menyatakan baru saja mendapatkan informasi dari Dadang, kepala Balai Taman Nasional Wasur di Papua, bahwa Diah dan Ipsan kini dalam perjalan ke Merauke.