MERAUKE-Sisiwi SMK Negeri I Merauke, Yulita Maryati Tefa (19) di pukul oleh Muryani warga Kelurahan Maro, bersama Ira yang notabene teman sekelas Yulita. Akibat pengeroyokan itu, Yulita tak sadarkan diri dan terpaksa dilarikan ke UGD RSUD Merauke, Jumat (1/2). Kemudian pada Sabtu (2/2), Yulita kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Bunda Pengharapan Merauke untuk perawatan intensif.
Peristiwa itu terjadi di depan Bank BNI Cabang Merauke, saat Yulita usai pulang sekolah siang, Jumat (1/2) sekitar pukul 17.00 Wit.
Guru Bagian kesiswaan SMKN I Merauke, Sri Sunarti membenarkan peristiwa itu. Menurut Sri, pihaknya mengantar Yulita ke UGD RSUD karena pingsan setelah di pukul. Sekolah juga telah meminta keterangan dari Ira dan Muryani. Kasus itu terjadi karena Yulita dianggap telah menyebar rumor bahwa Ira dan Muryani menjalin hubungan antar sesama jenis alias lesbian.
“Dari pihak sekolah kemarin sudah panggil anaknya itu, sebenarnya teman kelasnya, tapi yang satunya itu bukan anak sekolah yang pukul si Yulita. Kami sudah selesaikan di sini kemarin, mereka mengaku akan membiayai perawatan rumah sakit. Menurut Ira, bahwa Yulita mengisukan dirinya bersama Muryani berhubungan sejenis, tetapi menurut Yulita , ia tidak pernah mengatakan hal itu,” kata Sri diruang kerjanya, Sabtu (2/2) kemarin.
Dikatakan, pihaknya telah menghubungi keluarga terdekat berhubung orang tua korban tinggal di SP3. Pristiwa itu terjadi di luar sekolah, sehingga apabila keluarga menuntut pelaku sekolah tidak bertanggung jawab.
Peristiwa itu terjadi di depan Bank BNI Cabang Merauke, saat Yulita usai pulang sekolah siang, Jumat (1/2) sekitar pukul 17.00 Wit.
Guru Bagian kesiswaan SMKN I Merauke, Sri Sunarti membenarkan peristiwa itu. Menurut Sri, pihaknya mengantar Yulita ke UGD RSUD karena pingsan setelah di pukul. Sekolah juga telah meminta keterangan dari Ira dan Muryani. Kasus itu terjadi karena Yulita dianggap telah menyebar rumor bahwa Ira dan Muryani menjalin hubungan antar sesama jenis alias lesbian.
“Dari pihak sekolah kemarin sudah panggil anaknya itu, sebenarnya teman kelasnya, tapi yang satunya itu bukan anak sekolah yang pukul si Yulita. Kami sudah selesaikan di sini kemarin, mereka mengaku akan membiayai perawatan rumah sakit. Menurut Ira, bahwa Yulita mengisukan dirinya bersama Muryani berhubungan sejenis, tetapi menurut Yulita , ia tidak pernah mengatakan hal itu,” kata Sri diruang kerjanya, Sabtu (2/2) kemarin.
Dikatakan, pihaknya telah menghubungi keluarga terdekat berhubung orang tua korban tinggal di SP3. Pristiwa itu terjadi di luar sekolah, sehingga apabila keluarga menuntut pelaku sekolah tidak bertanggung jawab.
“ Sebenarnya ini sudah di luar sekolah karena kasusnya terjadi saat pulang, depan BNI. Tetapi karena dia masih pakai seragam sekolah kami masih bertanggungjawab. Kami mengantarnya ke UGD, sudah diperiksa dan hari ini sepertinya di foto hasilnya dari situ,” ujarnya.
Ditambahkan, Peristiwa tersebut telah merusak citra sekolah, padahal siswa-siswi telah dibekali pembinaan, arahan dan pendidikan karakter. Pihaknya sesalkan periastiwa itu, karena siswa tidak terbuka dengan [pihak sekolah jika ada persoalan.
“Kami selalu ingatkan pada saat apel hari Senin, kalau sudah di luar jam sekolah tidak bertanggung jawab. Tapi kalau ada peristiwa seperti ini biasanya di selesaikan sekolah, saya kecewa karena mereka tidak terbuka, padahal sekolah ini merupakan keluarga atau orang tua kedua. Kalau tidak dibicarakan seperti itu, namanya merusak sekolah atau keluarga,” tandasnya.
Sementara itu, ibu korban, Karolina Taulasik, saat ditemui di rumah keluarga mengatakan, setelah Yulita keluar dari UGD RSUD Merauke pada hari Jumat malam (1/2) masih dalam kondisi lemas dan syok. Tetapi, pada Sabtu siangnya, pukul 11.00 WIT, Yulita kembali dilarikan ke RS Bunda Pengharapan, karena muntah dan sesak napas.
“Menurut Yulita, dia dipukul oleh Ira dan Muryani. Dagu kirinya ditumbuk, kepala belakang dan rusuk di pukul. Dan yang memukul paling banyak di kepala belakang adalah Muryani. Kami ingin menempuh jalur keluarga, tapi saya khawatir anak saya ada apa-apa. Karena sampai hari ini dia masih di oksigen di rumah sakit, kalau lepas maka dia akan sesak napas. Kami belum melaporkan ke polisi, nanti lihat perkembangannya,” ungkapnya. (lea/achi/lo1)
Ditambahkan, Peristiwa tersebut telah merusak citra sekolah, padahal siswa-siswi telah dibekali pembinaan, arahan dan pendidikan karakter. Pihaknya sesalkan periastiwa itu, karena siswa tidak terbuka dengan [pihak sekolah jika ada persoalan.
“Kami selalu ingatkan pada saat apel hari Senin, kalau sudah di luar jam sekolah tidak bertanggung jawab. Tapi kalau ada peristiwa seperti ini biasanya di selesaikan sekolah, saya kecewa karena mereka tidak terbuka, padahal sekolah ini merupakan keluarga atau orang tua kedua. Kalau tidak dibicarakan seperti itu, namanya merusak sekolah atau keluarga,” tandasnya.
Sementara itu, ibu korban, Karolina Taulasik, saat ditemui di rumah keluarga mengatakan, setelah Yulita keluar dari UGD RSUD Merauke pada hari Jumat malam (1/2) masih dalam kondisi lemas dan syok. Tetapi, pada Sabtu siangnya, pukul 11.00 WIT, Yulita kembali dilarikan ke RS Bunda Pengharapan, karena muntah dan sesak napas.
“Menurut Yulita, dia dipukul oleh Ira dan Muryani. Dagu kirinya ditumbuk, kepala belakang dan rusuk di pukul. Dan yang memukul paling banyak di kepala belakang adalah Muryani. Kami ingin menempuh jalur keluarga, tapi saya khawatir anak saya ada apa-apa. Karena sampai hari ini dia masih di oksigen di rumah sakit, kalau lepas maka dia akan sesak napas. Kami belum melaporkan ke polisi, nanti lihat perkembangannya,” ungkapnya. (lea/achi/lo1)