Ukurannya kecil, punya baling-baling dekat sayap, dan kursinya cuma sedikit. Itulah bentuk tipikal pesawat perintis, yang mengantar banyak traveler ke pedalaman Indonesia. Naik pesawat jenis ini ada suka dukanya.
Saat berada di wilayah yang tak terjangkau transportasi air maupun darat, pesawat perintis mungkin jadi satu-satunya penyelamat. Beruntung, Indonesia punya banyak pesawat perintis yang beroperasi di pedalaman dari Sabang sampai Merauke.
Susi Air, Merpati Nusantara Airlines, Wings Air, Trigana Air Service, Riau Airlines, Deraya, Nusantara Buana Air, dan Sabang Merauke Raya Air adalah beberapa di antaranya. Pesawat-pesawat ini beroperasi di pedalaman Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan pastinya bagian timur Indonesia seperti NTT, Maluku dan Papua.
Naik pesawat perintis tak sekadar 'naik pesawat'. Ada sensasi tersendiri saat naik pesawat berbadan kecil, berbaling-baling, dengan kursi sedikit ini. Anda yang biasa naik pesawat berbadan besar pasti uring-uringan karena takut pesawat terbawa angin. Ya, hal itu benar adanya seperti yang dikemukakan seorang traveler, Hasanatul Israr.
"Deg-degan, dari pertama naik sampai selesai juga masih deg-degan. Apalagi pas landing, berasa itu pesawatnya kok nggak napak-napak di darat..." tuturnya dalam perbincangan dengan detikTravel, Kamis (13/12/2012).
Waktu itu Israr, begitu traveler ini biasa dipanggil, naik pesawat perintis Merpati dari Mataram ke Bali. Selama 40 menit perjalanan, ia sempat tersiksa karena suara mesin yang berisik. Tapi ada hal seru yang tak didapatnya kalau naik pesawat berbadan besar.
"Pesawatnya terbang rendah, jadi bisa lebih nikmatin pemandangan," tambahnya.
Wahyudi Panggabean dari komunitas Bali Backpacker termasuk traveler yang sering menggunakan pesawat perintis. Trigana Air, Dirgantara Air Service, Pelita Air Service, Merpati Nusantara Airlines dan Express Air menjadi transportasi selama komunitas tersebut keliling Kalimatan, Sulawesi, dan Bali-Lombok.
"Kesannya, sereeem! Cuma kalo nggak pakai pesawat, di beberapa daerah seperti Kalimantan dan Sumatera, pastinya bakal banyak makan waktu. Apalagi perjalanan darat plus laut," kata Wahyudi kepada detikTravel. Nah, pengalaman paling mengesankan buat Wahyudi adalah saat perjalanan dari Lombok ke Bali.
"Waktu starting engine, mesinnya nggak menyala sebelah! Hahaha! Untungnya ternyata kami hanya 15 menit di udara," ujarnya lega.
detikTravel juga pernah merasakan naik pesawat perintis Susi Air dari Larantuka ke Kupang awal tahun lalu. Naik pesawat perintis bikin 'deg-degan' karena penumpangnya sedikit dan tak ada petunjuk keselamatan. Penumpang di belakang siap-siap terloncat kaget saat landing karena ban pesawat tepat di bawah kaki. Hebatnya, saat itu kedua pilotnya cewek bule dan masih muda.
detikTravel juga pernah mencoba Transnusa, berangkat dari Kupang menuju Ende. Pesawat Transnusa, lebih seperti pesawat komersil dengan banyak penumpang. Ada pramugari berjilbab dan penumpang pun dapat makanan berupa snack.
Trigana Air saat perjalanan dari Wamena ke Jayapura pernah juga dijajal detikTravel. Sensasi naik Trigana Air sangat berbeda dengan pesawat komersil. Sama seperti Transnusa, pesawat Trigana Air juga cukup besar dan punya pramugari. Nah pada praktiknya, di Trigana Air penumpang bebas duduk di mana saja! Bangku detikTravel pernah ditempati orang lain, namun atas permintaan pramugari penumpang itu pergi ke bangku lain.
Deg-degan? Tentu saja. Itulah beberapa pengalaman yang bisa jadi Anda rasakan saat naik pesawat perintis. Seru dan mendebarkan! Pusing karena suara yang bising, mabuk karena pesawat yang terbawa angin. Tapi, pemandangan yang terhampar dari jendela pesawat sungguh tak ada duanya. Penasaran? Coba saja sendiri!

Artikel 