MERAUKE - Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Merauke secara terus menerus mengoptimalkan pelayanan persalinan guna menekan angka kematian ibu dan bayi. Namun, upaya peningkatan kualitas pelayanan itu perlu ditunjang juga dengan peningkatan pendidikan bidan sehingga berimbas bagi kualitas pelayanan yang dilakukan sesuai standar pelayanan, kewenangan, kode etik dan prosedur yang berlaku.
Ketua IBI Cabang Merauke, Bidan Serofina M. Dumatubun, mengatakan, seluruh bidan di Kabupaten Merauke akan dihimpun untuk ditingkatkannya kualitas bidan dan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat khusus di wilayah pedesaan. Melalui IBI, bidan didorong untuk meningkatkan pendidikannya, dari jenjang diplomat satu (D1) ke jenjang diplomat tiga (D3) kebidanan. Peningkatan kualitas itu diharapkan akan berpengaruh pada peningkatan kinerja bidan.
“Melalui wadah ini, kami secara khusus akan memperhatikan peningkatan pendidikan bagi bidan. Terus terang, kami semua masih D1 kebidanan. Prospek ke depan, semua bidan Indonesia minimal D3 kebidanan, sehingga peningkatan profesi itu berpengaruh pada kinerja kami. Kami berkomitmen memperbaiki kinerja kami dan meningkatkan pelayanan kepada ibu dan bayi, ibu sehat bayi pun selamat,” kata Serofina.
Dikatakannya, secara bertahap, bidan akan direkomendasikan ke Pemerintah Kabupaten Merauke untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang D3 kebidanan. Menurutnya bidan perlu dibekali kemampuan yang optimal sesuai standar kebidanan. Peningkatan kualitas pelayanan diimbangi peningkatan kualitas bidan untuk mewujudkan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
“Angka kematian ibu dan anak sangat meningkat, banyak faktor yang mempengaruhi hal itu. Kualitas pelayanan, prilaku hidup masarakat dan perhatian dari pemerintah. Kualitas pelayanan berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan bidan, prilaku hidup masyarakat yang cenderung menggunakan jasa dukun dalam persalinan dan perhatian dalam hal ini, kami mengharapkan pemda memperhatikan kebutuhan bidan,” ujarnnya.
Lebih gamblang dalam meningkatkan kualitas pelayanan persalinan, masyarakat harus dijejeli dengan pendekatan budaya dan agama guna membangun pola pikir masyarakat untuk tidak menggunakan jasa dukun dalam persalinan.
Masyarakat perlu mendapatkan sosialisasi untuk mendahulukan pelayanan bidan dari pada dukun beranak. Karena itu, bidan perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baik secara formal maupun melalui pelatihan dan seminar.
“Bidan perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan, lewat wadah ini kami dapat berbagi informasi kepada semua bidan. Tugas kemanusiaan ini harus ditunjang dengan kebutuhan bidan, misalnya keamanan dan keselamatannya di tempat tugas. Hal ini mutlak harus diperhatikan, sehingga dia (bidan) dapat menjalankan tugasnya secara profesional,” tandasnya. (lea/achi/LO1)