Merauke, kota paling ujung timur Indonesia. Kota asri dengan budaya yang masih terjaga serta persaudaraan yang terjalin kuat antar penduduknya merupakan salah satu kota dari sekian kota-kota Indonesia yang dapat didatangi ketika liburan.
Asal mula terbentuknya nama kota merauke diawali dengan kedatangan bangsa Belanda yang berlayar di sungai Maro. Kedatangan bangsa belanda inipun menarik perhatian suku Marind (suku asli Merauke). Bangsa belanda yang mengira bahwa suku Marind dapat mengerti bahasa melayu bertanya “sungai apakah ini?” suku Marind yang belum begitu paham dengan bahasa itu, namun mengerti dari gerak tubuh bangsa Belanda yang menunjuk sungai Maro kemudian menjawab “Maro Ka Ehe” yang berarti “ini sungai Maro”, dari kata “Maro ka ehe” itu lah nama Merauke sekarang terbentuk.
Untuk mencapai kota merauke, dapat menggunakan transportasi laut maupun udara. Biasanya melalui perjalanan laut ini agak lama, bisa memakan waktu lebih dari seminggu. Sedangkan melalui jalur udara biasanya saya menghabiskan waktu sekitar 12 jam perjalanan (dari bandara Adi sucipto-Yogyakarta). Selama perjalanan saya transit di Makasar yang membutuhkan waktu cukup lama (bisa sampai 6 jam).Sampainya di Merauke, kita akan melihat sebuah patung hati kudus Yesus yang berdiri setinggi 17 meter di bandara merauke yang baru-baru ini dibangun oleh bupati Merauke yang baru yaitu Romanus Mbaraka. Selain patung hati kudus Yesus yang berdiri di bandara Merauke yang biasa dijadikan tempat untuk berfoto, tugu perbatasan antara papua dan papua nugini ataupun tugu kembar dari sabang-merauke pun akan menarik perhatian untuk dikunjungi. Untuk melihat tugu kembar yang hanya ada di Sabang dan di Merauke tersebut yang berlokasi di distrik Sota sekitar 80 km dari kota Merauke dapat di tempuh dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Selama perjalanan menuju sota, kita akan melewati taman nasional wasur. Suatu taman nasional yang didalamnya terdapat berbagai macam anggrek yang di budidayakan, hewan-hewan khas papua seperti kasuari, kangguru maupun rusa, dan juga rumah semut atau yang biasa orang Merauke sebut Musamus.
Rumah semut disini cukup menarik perhatian, karena tingginya yang kadang-kadang bisa melampaui tinggi manusia dan itu bisa di temui selama perjalanan menuju Sota. Selain tugu perbatasan Papua dengan PNG, kita pun dapat mengunjungi tugu perjuangan LB Moerdani dalam merebut kembali Irian Barat dari tangan penjajah Belanda di Distrik Tanah Miring yang jaraknya sekitar 25 km dari kota Merauke. Tidak hanya tugu-tugu bersejarah saja yang dapat di datangi ketika mengunjungi kota ini. Sebuah pantai yang letaknya tidak jauh dari pusat kota Merauke pun bisa didatangi. Biasanya dipantai ini atau yang dikenal dengan nama pantai lampu satu akan ramai dikunjungi waktu sore hari, karena suasana sunsetnya yang sangat indah yang bisa membuat sesal kalau tidak di abadikan. Pantai ini pun di ramaikan oleh perahu-perahu nelayan, karena memang penduduk yang bermukim di sekitar pantai lampu satu ini berprofesi sebagai nelayan.
Dari tempat-tempat wisata yang ada di kota merauke, rasanya tidak akan lengkap kalau tidak mencoba makanan khas Papua. Daging rusa dapat kita cicipi sebagai makanan khas dari kota yang memang di kenal sebagai kota rusa ini. Untuk mencari daging rusa tidak sulit, karena memang rumah-rumah makan maupun penjual daging di pasar tradisional banyak yang menjual daging rusa disamping daging sapi maupun kambing. Selain daging rusa, papeda pun tidak kalah nikmat untuk dicoba sebagai kuliner khas dari Papua. Selain itu Batik papua, tas noken, dendeng rusa, tas, ikat pinggang, sepatu dari kulit satwa asli bisa jadi referensi oleh-oleh untuk di bawa pulang sebagai kenang-kenangan dari kota paling timur Indonesia ini.
rumah semut/musamus
tugu kembar
tugu perbatasan Papua-PNG
jembatan Kali Maro
tugu Lb. Moerdani