MERAUKE,-Sekda Kabupaten Merauke Drs.Daniel Pauta mengemukakan bahwa keberhasilan sebuah perguruan tinggi salah satunya dapat dilihat dari aktivitas meluluskan para peserta didiknya dan harus disadari bahwa meluluskan mahasiswa menjadi seorang sarjana bukanlah hal yang mudah. Tetapi perlu adanya dedikasi yang tinggi dan pengorbanan, baik materi maupun waktu sehingga proses belajar mengajar dalam sebuah perguruan tinggi dapat berlangsung dengan baik dan pada akhirnya mampu meluluskan peserta didik. Kampus adalah tempat menempa insan yang bermoral tinggi sekaligus sebagai generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu sangat diharapkan agar semua alumni dari STIA Karya Dharma dapat menjadi perekat bangsa serta NKRI, bukan malah sebaliknya. “Menjadi seorang sarjana memang butuh pengorbanan namun dengan diwisuda maka semuanya telah terbayarkan. Sebab mahasiswa sudah beralih status menjadi sarjana saat ini,”ujar Sekda dalam sambutannya pada acara wisuda 147 mahasiswa STIA KD Merauke angkatan XXVII di Hotel Rose Permai, Selasa (23/10).
Menurutnya, rasa bangga sebagai seorang sarjana memang diperbolehkan, namun perlu diingat bahwa para sarjana tersebut saat ini sudah berada di tengah-tengah masyarakat.
Jadi ujian terberat bagi penyandang gelar sarjana adalah berkarya di dalam masyarakat, setelah sebelumnya menjalani ujian skripsi. Oleh sebab itu para lulusan harus mampu memposisikan diri sebagai seorang sarjana yang patut diteladani sehingga bisa menggerakkan masyarakat untuk melakukan hal-hal yang positif.
Selain itu bagi para sarjana yang berstatus sebagai PNS agar setelah kembali ke daerahnya masing-masing dapat memiliki nilai tambah, jadi tidak sama lagi ketika mereka belum mengenyam pendidikan di STIA. Pasalnya, kalau hanya menggunakan gelar sarjana dan tidak mengabdi dengan baik di tempat tugas maka belum dapat disebut sebagai sarjana yang sejati.
Sementara itu, Ketua Yayasan Karya Dharma Merauke Drs.Nicholaus Freddy Talubun, M.Pd mengungkapkan, satu perubahan bukan diawali dari pemikiran banyak orang. Tetapi berawal dari pemikiran satu atau dua orang yang mempunyai komitmen kuat atau yang biasa disebut sebagai penggagas atau pendiri pada suatu organisasi, gerakan atau pendidikan.
Demikian pula halnya dengan pendirian STIA Karya Dharma Merauke sejak tahun 1984 dimana gagasan pendiriannya berawal dari sebuah keprihatinan terkait masa depan PNS. Khususnya anggota KORPRI yang bertugas di daerah ini, untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuannya.
Apalagi ketika itu belum ada satupun perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta sehingga hal inilah yang mendorong sejumlah PNS dan didorong oleh pejabat pemerintahan yang ada di era tersebut untuk memperjuangkan pendirian STIA yang penyelenggaraannya adalah Yayasan Karya Dharma Merauke.
Dalam perjalanannya STIA KD tidak hanya diperuntukkan bagi para PNS namun telah berkembang bagi seluruh warga masyarakat yang ada di daerah ini, termasuk generasi muda. Dengan demikian kiprah STIA yang dilandasi dengan semangat pendiri dan penerusnya harus tetap berorientasi pada peningkatan kapasitas SDM dengan berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi serta visi misi STIA KD.
Oleh sebab itu pihaknya mengajak seluruh pengelola dan Civitas Akademika STIA untuk tetap mengembangkan kreativitas dalam pengembangan lembaga ini sehingga menjadi pilihan terbaik para mahasiswa dan calon mahasiswa ke depan.(iis)
Menurutnya, rasa bangga sebagai seorang sarjana memang diperbolehkan, namun perlu diingat bahwa para sarjana tersebut saat ini sudah berada di tengah-tengah masyarakat.
Jadi ujian terberat bagi penyandang gelar sarjana adalah berkarya di dalam masyarakat, setelah sebelumnya menjalani ujian skripsi. Oleh sebab itu para lulusan harus mampu memposisikan diri sebagai seorang sarjana yang patut diteladani sehingga bisa menggerakkan masyarakat untuk melakukan hal-hal yang positif.
Selain itu bagi para sarjana yang berstatus sebagai PNS agar setelah kembali ke daerahnya masing-masing dapat memiliki nilai tambah, jadi tidak sama lagi ketika mereka belum mengenyam pendidikan di STIA. Pasalnya, kalau hanya menggunakan gelar sarjana dan tidak mengabdi dengan baik di tempat tugas maka belum dapat disebut sebagai sarjana yang sejati.
Sementara itu, Ketua Yayasan Karya Dharma Merauke Drs.Nicholaus Freddy Talubun, M.Pd mengungkapkan, satu perubahan bukan diawali dari pemikiran banyak orang. Tetapi berawal dari pemikiran satu atau dua orang yang mempunyai komitmen kuat atau yang biasa disebut sebagai penggagas atau pendiri pada suatu organisasi, gerakan atau pendidikan.
Demikian pula halnya dengan pendirian STIA Karya Dharma Merauke sejak tahun 1984 dimana gagasan pendiriannya berawal dari sebuah keprihatinan terkait masa depan PNS. Khususnya anggota KORPRI yang bertugas di daerah ini, untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuannya.
Apalagi ketika itu belum ada satupun perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta sehingga hal inilah yang mendorong sejumlah PNS dan didorong oleh pejabat pemerintahan yang ada di era tersebut untuk memperjuangkan pendirian STIA yang penyelenggaraannya adalah Yayasan Karya Dharma Merauke.
Dalam perjalanannya STIA KD tidak hanya diperuntukkan bagi para PNS namun telah berkembang bagi seluruh warga masyarakat yang ada di daerah ini, termasuk generasi muda. Dengan demikian kiprah STIA yang dilandasi dengan semangat pendiri dan penerusnya harus tetap berorientasi pada peningkatan kapasitas SDM dengan berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi serta visi misi STIA KD.
Oleh sebab itu pihaknya mengajak seluruh pengelola dan Civitas Akademika STIA untuk tetap mengembangkan kreativitas dalam pengembangan lembaga ini sehingga menjadi pilihan terbaik para mahasiswa dan calon mahasiswa ke depan.(iis)

Artikel 