Melintasi daerah Papua membutuhkan pribadi yang memiliki kekuatan fisik dan mental, jika tidak maka akan banyak mengalami kesulitan bahkan lebih bisa bencana bagi dirinya, itulah ciri khas alam Papua, akan tetapi lantas bukan untuk ditakuti, terbukti banyak pengunjung ke daerah merauke ini cukup membawa sejuta kesan bagi dirinya seakan-akan pingin kembali lagi ke daerah Gerbang Timur Nusantara ini
Saudara mungkin tidak akan pernah membayang bagaimana bisa sebuah sebuah motor dapat saja dengan leluasa melintas di atas selembar papan yang dijadikan sarana penyeberangan pada kali/sungai kecil musiman yang kurang lebih jaraknya 100 Meter. Ini sebuah pemandangan menarik, tapi bagi saudara kita yang hidup dan juga beraktivitas di sekitar pinggiran kota Merauke yakni dari kampung Tomer menuju Tomerauw merupakan rutinitas.
Bagi kami masyarakat yang sering melintasi kawasan ini yang sekaligus merupakan kawasan hutan lindung, sangatlah menghibur dan menyenangkan, dan bukan lagi merupakan tantangan lagi. Tapi mau dibilang apa lagi, itulah keseharian kami yang sering melintas bersama dengan masyarakat yang berada di pinggiran kota Merauke yakni tomer Tomerauw dan kondo yang adalah daerah perbatasan RI dan negara tetangga PNG, mana kala musim penghujan datang. tak ada pilihan mungkinnya bagi masyarakat sekitar pemukiman kawasan ini dalam aktifitas kesehariannya dan juga bagi masyarakat yang hendak melintasi daerah ini. Yakni untuk dapat tiba di kampung tomerauw dan Kondo melalui kampung tomer yang jaraknya dari kota merauke kurang lebih 40 Km-60 Km, melintasi begitu banyak rintangan alam di bumi Animha Merauke.
Sungai yang dibilang musiman di atas tadi mengingat sungai-sungai kecil ini akan dipenuhi air kurang lebih 2 meter setiap musim hujannya, jika musim penghujan selesai dan mulai memasuki kemarau panjang di kota Merauke.Maka kali/sungai tersebut akan kering benar dan kembali masyarakat pelintas tidak lagi menggunakan jembatan itu lagi, akan tetapi kembali melintas di atas permukaan tanah biasa yang tadinya adalah sebuah sungai.
Jembatan satu papan inipun sendiri dibuat atas insiatif masyarakat yang sering melintasi daerah ini, secara khusus masyarakat yang adalah kelompok pemburu Rusa di kota Merauke yang terbilang terampil dan cekatan bangat dalam mengendarai motor untuk pemburuan kawanan Rusa di tengah hutan belantara di kota Merauke, adapun jenis motor yang mereka gunakan adalah motor 4 (empat) Tack seperti DT-125, RX-King, RX-Special. Bagi kelompok pemburu ini, hanya motor-motor inilah yang memiliki kemampuan jelejah terbaik untuk proses pemburuan rusa di tengah hutan.
Jembatan satu papan ini biasanya di buat kelompok pemburu menggunakan kulit papan yang adalah buangan dari sisa hasil penebangan liar hutan sekitar. Dimana papan yang lebarnya kurang lebih 25 cm, dirancang mereka yang adalah kelompok pemburu tadi dengan memasang semacam bingkai ditepi papan tersebut dengan kayu biasa dari pohon kecil sekitar yang kira-kira berdiameter 4 cm, yang berfungsi mengamankan kondisi Ban motor mereka ketika melintas di atas papan tersebut, karena jika tidak maka akan sangat berbahaya atau beresiko bagi mereka kelompok pemburu dengan resiko ban motor akan keluar dari papan yang ukurannya kurang lebih 25 Cm tadi. Kayu yang dibingkai pada papan tersebut, hanyalah berfungsi sebagai rel yang mengamankan ban motor sehingga tidak keluar dari lintasan papan. Jelas selanjutnya saudara akan bertanya bagaimana sih? dengan jarak kurang lebih 100 m motor mereka dapat lewat dengan aman dengan lebar papan yang segitu yakni 25 Cm, bahkan yang lebih mengejutkan lagi sudah jadi kebiasaan bagi para pemburu untuk melintas di atas jembatan 1 (satu) papan tersebut dalam cuaca apapun sekalipun dengan muatan hasil buruan mereka yakni daging rusa yang bisanya di antara 50-150 kg.
Untuk pertanyaan saudara di atas, maka jika saudara perhatikan baik pada tampilan foto yang saya pajang di atas, tampak di sebelah kiri dan kanan dari jembatan satu papan tersebut diberi tempat meletakkan kaki mereka guna menjaga keseimbangan saat mereka melintas dengan muatan berat adanya sehingga mereka tidak mudah kehilangan kesimbangan bahkan terperosok jatuh dari atas papan tersebut, yang biasanya dibuat dari pohon kayu disekitar lokasi tersebut yang kurang lebih diameternya 4 Cm pula saudara.
Demikian jembatan penyeberangan 1 (satu) lembar papan sejauh 100 meter sungai musiman di kota Merauke. Dan gambar yang saya tampilkan adalah gambar yang saya klik pada saat seorang guru junior sedang melintasi jalan tersebut hendak pulang ke pusat kota Merauke dari kampung Tomerauw yang adalah seusai melakukan kunjungan kunjungan kerja disalah satu SD di kampung Tomerauw.
(Goresan Putera Timur Nusantara, 19 Feb 2012)
Artikel 
