Melonjaknya harga beras di Merauke belakangan ini dikhawatirkan membawa ancaman rawan pangan di Papua. Harga beras di pasar-pasar di Merauke telah mencapai Rp 14.000 per kilogram (kg), jauh dari harga normal Rp 4.000 per kg.
“Kalau di Merauke saja sudah Rp 14.000 per kg, berapa harga di kabupaten lain seperti Asmat, Mappi, Yahukimo, Wamena, dan Boven Digul? Mereka ambil beras di Merauke. Rakyat Merauke sudah mulai gelisah dan mengeluh pada kami. Mereka takut harga beras tidak terjangkau lagi,” ujar mantan Bupati Merauke, Johanes Gluba Gebze, kepada SH, Senin (20/2).
Ia menjelaskan, seperti di Pasar Kampung Matara, harga beras telah mencapai Rp 14.000 per kg. Di pesisir harga beras rata-rata sudah mulai merangkak dari Rp 11.000–13.500 per kg.
“Kami sudah laporkan hal ini kepada kepala pos polisi di Distrik Kemangga. Seharusnya sambil menunggu panen, pemerintah bisa melakukan operasi pasar, apakah nanti ada impor beras dari daerah lain. Kalau ada, tapi di pasar kurang seperti sekarang, berarti ada penumpukan beras,” ujarnya.
Menurutnya, ancaman kerawanan pangan ini sudah juga dilaporkan ke Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B), namun belum ada tindak lanjut dari lembaga tersebut.
“Kami sudah lapor ke UP4B tapi tidak ada kabar dari mereka. Kalau ini dibiarkan dan cepat ditangani, ini akan menaikkan angka kriminalitas dan mengganggu keamanan. Ini juga dapat menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Masyakat dari berbagai kabupaten menunggu sampai Maret, kalau tidak ada tanggapan mereka akan turun ke jalan-jalan,” ujarnya.
Pendamping petani dari Keuskupan Agung Merauke, Pastor Andi Fanumbi, membenarkan laporan tersebut karena beberapa jaringan gereja Katholik dari kabupaten-kabupaten di seluruh Papua melaporkan kenaikan harga beras tesebut.
“Ini sudah meresahkan, rakyat mengeluh. Kemarin Jayawijaya dan Yahukimo datang melaporkan kelangkaan beras di wilayah itu. Mereka tunggu raskin tapi kan lama. Ini sudah tiga bulan berlangsung. Kalau nanti tidak ada panen akan tambah susah lagi, sudah Rp 11.000,” ujar pastor yang mendampingi petani di Kampung Urom, Waningdaknanggo dan Matara, Distrik Semangga, Kabupaten Merauke tersebut.
Hingga saat ini, menurutnya, masyarakat belum punya jalan keluar untuk menghadapi ancaman kerawanan pangan tersebut.
“Kami berencana menggantikan beras dengan pisang, tetapi tentu tidak akan cukup. Kami akan menanam padi, tapi panen baru tiga bulan kemudian. Mau urus raskin tidak tahu bagaimana caranya,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Papua/Papua Barat, Donald Haipon, mengatakan, kekurangan bahan pangan beras dapat mengancam meningkatnya masalah kesehatan di Papua.
“Berbagai penyakit akan mengikuti kerawanan pangan dan mengancam kesehatan rakyat Papua, apabila pemerintah tidak segera mengantisipasi kekurangan beras di Merauke ini,” katanya.