Berkaitan dengan sosialisasi dan simulasi tata cara pemberian hak suara kepada wakil rakyat di kabupaten Asmat, kini SMAN 01 Agats memlih untuk tak memberikan suara alias Golput kepada siapa-siapa kandidat DPRD Kabupaten Asmat.
Berpolitik adalah hak seseorang dan memberikan suara atau tidak, mencoblos atau tidak, ikut pemilu atau tidak itu adalah hak setiap orang. Demikian kata-kata yang keluar dari si Jerry, salah satu siswa kelas X SMAN 01 Agats ketika diberi kesempatan untuk bertanya oleh KPUD Asmat dalam pertemuan sosialisasi dan simulasi Pemilu tersebut di Agats, Sabtu (28/2) lalu. ”Selama ini pimpinan DPRD dan Bupati tidak memperhatikan kami punya sekolah jadi kami akan memilih diam dan tidak akan kasih suara ke siapa-siapa jadi jangan marah,” ujar Jery kepada Tim Sosialisasi dan Simulasi KPUD Asmat di Gedung Aula SMAN 01 Agats.
Jerry dan rekan-rekan lainnya yang terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilu 2009 tidak memberikan suara ke pemilu 2009 yang akan berlangsung tanggal 9 april di kabupaten Asmat khususnya dan seluruh Indonesia. ”Kami memilih untuk Golput,” terang Jerry kepada JUBI ketika itu dengan memberi alasan bahwa tidak perahtian pemerintah dalam membangun sekolah seperti dana BOS yang biaya lainnya yang sangat tidak jelas, pada hal satu-satunya SMA Negeri di kota Kabupaten Asmat.
Kesakitan tak adanya perhatian Pemda tersebtu membekas hingga kepada siswa dan siswi karena siswa/i kelas 1 sampai kelas 3 harus menanggung kapur tulis tiap bulan dengan membayarkan Rp 25 Ribu per orang. ”Jangankan fasilitas belajar praktek komputer, untuk pak guru mengajar kami saja, mesti kami keluarkan uang sendiri untuk membeli kapur,” Ujar Hengki, salah seorang siswa kelas XII yang merasa terbeban dengan membayarkan uang kapur Rp.25.ribu perbulan. ”Masa pak kami harus membayar uang kapur, tidak bisa jalan keluar cari bantuankah?” ujar Hendrik kepada JUBI.
Untuk itu, ”Kami akan memilih untuk diam dan tidak memilih siapa-siapa dalam pemilu ini,” ungkap Hengki. Ketika Ketua Osis SMAN 01 Agats Martinus ditemui JUBI di halaman sekolahnya mengatakan bahwa ”Berpolitik adalah hak kami. Jadi jangan mau pemilu baru perhatikan kami punya sekolah. Berhenti dengan politik semacam ini. Kami tidak akan kasi suara ke siapa-siapa. Ingat itu,” ujar Tinus kepada JUBI di halaman sekolahnya, Senin (2/3) lalu.
Politik sebagai hak masing-masing orang wajar saja kalau setiap orang dalam pengalaman hidup merasa sakit hati dan tidak puas dengan kepemimpinannya yang jelas tidak akan pernah meraih suara dari kaum pesakitan tersebut. Kepala Sekolah SMAN 01 Agats, Leo Serewi, SPd.MPd mengatakan ”wajar saja kalau itu para siswa dan siswi berkehendak tidak memberikan suara. Itu hak mereka,” terang Leo di ruang kerjanya, Senin (2/3) lalu. (Willem Bobi/Agats)
Sumber : Tabloid Jubi
Berpolitik adalah hak seseorang dan memberikan suara atau tidak, mencoblos atau tidak, ikut pemilu atau tidak itu adalah hak setiap orang. Demikian kata-kata yang keluar dari si Jerry, salah satu siswa kelas X SMAN 01 Agats ketika diberi kesempatan untuk bertanya oleh KPUD Asmat dalam pertemuan sosialisasi dan simulasi Pemilu tersebut di Agats, Sabtu (28/2) lalu. ”Selama ini pimpinan DPRD dan Bupati tidak memperhatikan kami punya sekolah jadi kami akan memilih diam dan tidak akan kasih suara ke siapa-siapa jadi jangan marah,” ujar Jery kepada Tim Sosialisasi dan Simulasi KPUD Asmat di Gedung Aula SMAN 01 Agats.
Jerry dan rekan-rekan lainnya yang terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilu 2009 tidak memberikan suara ke pemilu 2009 yang akan berlangsung tanggal 9 april di kabupaten Asmat khususnya dan seluruh Indonesia. ”Kami memilih untuk Golput,” terang Jerry kepada JUBI ketika itu dengan memberi alasan bahwa tidak perahtian pemerintah dalam membangun sekolah seperti dana BOS yang biaya lainnya yang sangat tidak jelas, pada hal satu-satunya SMA Negeri di kota Kabupaten Asmat.
Kesakitan tak adanya perhatian Pemda tersebtu membekas hingga kepada siswa dan siswi karena siswa/i kelas 1 sampai kelas 3 harus menanggung kapur tulis tiap bulan dengan membayarkan Rp 25 Ribu per orang. ”Jangankan fasilitas belajar praktek komputer, untuk pak guru mengajar kami saja, mesti kami keluarkan uang sendiri untuk membeli kapur,” Ujar Hengki, salah seorang siswa kelas XII yang merasa terbeban dengan membayarkan uang kapur Rp.25.ribu perbulan. ”Masa pak kami harus membayar uang kapur, tidak bisa jalan keluar cari bantuankah?” ujar Hendrik kepada JUBI.
Untuk itu, ”Kami akan memilih untuk diam dan tidak memilih siapa-siapa dalam pemilu ini,” ungkap Hengki. Ketika Ketua Osis SMAN 01 Agats Martinus ditemui JUBI di halaman sekolahnya mengatakan bahwa ”Berpolitik adalah hak kami. Jadi jangan mau pemilu baru perhatikan kami punya sekolah. Berhenti dengan politik semacam ini. Kami tidak akan kasi suara ke siapa-siapa. Ingat itu,” ujar Tinus kepada JUBI di halaman sekolahnya, Senin (2/3) lalu.
Politik sebagai hak masing-masing orang wajar saja kalau setiap orang dalam pengalaman hidup merasa sakit hati dan tidak puas dengan kepemimpinannya yang jelas tidak akan pernah meraih suara dari kaum pesakitan tersebut. Kepala Sekolah SMAN 01 Agats, Leo Serewi, SPd.MPd mengatakan ”wajar saja kalau itu para siswa dan siswi berkehendak tidak memberikan suara. Itu hak mereka,” terang Leo di ruang kerjanya, Senin (2/3) lalu. (Willem Bobi/Agats)
Sumber : Tabloid Jubi