Tanggal 19 Januari lalu, mungkin adalah moment paling berkesan sepanjang usia Lukas Enembe, S.Sip. Bagaimana tidak, jauh-jauh dari pegunungan di pedalaman Papua, ia terbang menembus batas Benua Amerika hanya untuk menyaksikan pelantikan tokoh sentral idolanya, Barack Hussein Obama sebagai Presiden Amerika Serikat. Berikut ini catatannya.
Meski pelantikan Barack Obama sebagai Presiden Amerika telah berlangsung sejak 19 Januari lalu, namun rupanya masih meninggalkan catatan menarik yang tidak ada salahnya untuk disimak. Tidak hanya menjadi pengalaman unik yang mengesankan, tetapi juga ceritera lucu dialami oleh Bupati Puncak Jaya Lukas Enembe, S.Sos yang juga adalah Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Papua.
Kekaguman Lukas Enembe terhadap sosok Obama yang terpilih sebagai Presiden Amerika melalui Partai Demokrat, sesungguhnya bukan setelah ia terpilih menjadi Presiden Amerika, tepapi jauh sebelum Presiden Kulit Hitam pertama itu menjadi orang nomor satu di Amerika. "Saya mengagumi Obama sejak tahun 2004 lalu, ketika itu ia masih menjadi seorang senator," katanya kepada wartawan kemarin.
Banyak hal yang membuat sosok Obama menjadi special di hati Lukas Enembe antara lain sifat Obama yang selalu menghindari masalah hingga Obama yang selalu memperhatikan isri dan anaknya (keluarga). "Saya begitu terkesan dengan sifat dan cara hidup Obama," ujarnya.
Ia lalu memberikan contoh kecil bahwa Obama, meskipun sangat sibuk dengan tugas - tugasnya, tetapi Obama selalu punya waktu setiap hari untuk anak dan isterinya. "Dia begitu mencintai dan memperhatikan anak - anak dan isterinya, sementara saya, dalam sebulan belum tentu saya bisa bertemu keluarga saya," ujarnya seraya tertawa. Itulah salah satu hal kecil yang membuat Lukas Enembe terkesan. Karena cinta keluarga ini, Obama dan keluarganya menjadi icon keluarga bahagia di Amerika. Termasuk sejumlah sikap Obama dalam berpolitik yang selalu dewasa dan patut menjadi teladan bagi tokoh - tokoh politik di Indondesia.
Karena kekagumannya ini, sejak putaran kampanye calon Presiden Amerika berlangsung, Lukas sudah mendukung Obama. Ia bahkan jauh sebelum hari pemungutan suara Pemilihan Presiden Amerika ia telah mencetak baju kaos dan spanduk bergambarkan Obama sebagai bentuk dukungan dan apresiasinya terhadap Obama.
Dan ketika Obama benar - benar terpilih, Lukas mengaku begitu senang seolah - olah kemenangan Obama adalah bagian dari kemenangannya juga dan kekagumannya terhadap Obama yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Indonesia itu semakin bertambah saja. Tak heran kalau kemudian selain sekian Juta warga Amerika yang ingin menyaksikan pelantikan Obama, seorang diantaranya adalah warga negara Indonesia yang juga sangat ingin menyaksikan pelantikan Obama di Washington DC.
Demi menebus keinginannya itu, Lukas tak perduli apapun rintangannya tanggal 13 Januari ia bertolak dari Papua menujuk Jakarta. Di Jakarta, Lukas ingin pamit pada Presiden H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetapi karena SBY terlalu sibuk maka oleh juru bicara Presiden Andi Malarangeng ia disarankan untuk bertemu Mensesneg Hatta Rajasa. "Tetapi ketika itu, waktu saya terlalu mepet untuk mengikuti seluruh birokrasi, saya lalu berpikir yang penting sudah izin, saya langsung mengurus visa," kenangnya.
Dalam sehari visa selesai, dan untungnya Lukas masih mendapatkan tiket untuk terbang ke Dallas (Amerika). Dengan pesawat United Airlines, Lukas yang hanya berbekal kamera untuk foto dan handycam dari pegunungan di pedalaman Papua terbang menembus melintasi samudera dan menembus Benua Amerika melalui Bangkok dan Narita hingga ke Dallas tanggal 17/1. "Tiba di Dallas, saya langsung cari taxi untuk ke Washington DC," kisahnya.
Untungnya, sopir taxi asal Pakistan bernama Badi yang ditumpanginya itu cukup respek terhadap keinginan Lukas. Ia membawa Lukas ke Hotel Reet Roof yang tidak jauh dari Capitol Hill tempat berlangsungnya prosesi pelantikan. "Waktu itu semua hotel sudah penuh dibooking tetapi untungnya saya masih bisa dapat satu kamar tetapi itupun saya hanya bisa menginap sampai tanggal 19 setelah itu saya harus keluar. Tetapi saya tidak perduli yang penting sekarang ada tempat nginap, kalau setelah itu mau diusir terserah saya bisa tidur dimana saja," kenangnya.
Setelah mengurusi semua administrasi di Hotel, Lukas langsung menuju Kantor KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) juga di Washington guna menyampaikan maksud kedatangannya ke Amerika. "Waktu itu saya juga menunjukan kapasitas saya sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Papua, dan mereka sangat senang. Saya pikir, ini langkah pertama bagi saya mewakili negara," katanya.
Esoknya tanggal 18/1, Lukas belum juga tenang karena belum mendapatkan tiket agar bisa masuk menyaksikan pelantikan. Tetapi nasib Lukas memang selalu Hoki, oleh salah seorang petugas KBRI ia dikabari bahwa nanti malam di salah satu Hotel tidak jauh dari tempat ia menginap akan ada pertemuan antara Maya Soetoro saudara tiri Obama dengan empat orang tokoh asal Asia. "Saya langsung tanggap, dan saya berusaha untuk bisa hadir dalam pertemuan itu," ujarnya. Malamnya, dengan style Amerika Lukas benar - benar datang ke Hotel itu, dan berusaha menembus penjagaan yang super ketat dipintu masuk. Kepada petugas Lukas mengaku sebagai utusan khusus Presiden SBY.
Kepada Maya Soetoro Lukas berceritera bahwa dirinya dari Papua Indonesia dan cukup membuat Maya simpati kemudian berjanji memberikan Lukas tiket untuk ke pelantikan. "Waktu itu Maya bilang terima kasih sama saya sampai tiga kali," katanya. Malamnya, tiket diantar salah seorang utusan Maya Soetoro ke hotel tempat Lukas menginap. "Saya surprise sekali, karena dapat tiket dan bisa duduk di kursi publik nomor 15," tuturnya. Kata Lukas, dalam pelantikan itu terdiri dari beberapa tingkatan tempat duduk, antara lain kursi untuk anggota Kongres, kursi untuk para mantan Presiden Amerika dan keluarganya pejabat tinggi negara, para kepala negara yang diundang dan kursi publik yang saat itu hanya tersedia 300 hingga 350 seat. Sebagian besar penonton lainnya hanya berdiri karena tidak disediakan kursi "Saya bangga karena bisa duduk di kursi meskipun kursi publik," katanya.
Dari sana Lukas mengikuti dengan seksama setiap detik jalannya pelantikan Obama menjadi Presiden Amerika. Ia mengaku sangat bangga berada di tempat itu dan bisa menyaksikan langsung jalannya pelantikan sembari terus merekam peristiwa bersejarah itu.Setelah pelantikan, Lukas tak langsung kembali hotel, tetapi ingin menikmati suasana di capitol Hill itu hingga akhirnya berpikir bagaimana caranya ia bisa menyalami Obama. "Saya cari tahu dan orang KBRI kasi tahu saya bahwa nanti malam Obama akan mengikuti jamuan makan malam di 13 tempat, tetapi kita tidak tahu tempat mana yang akan dihadiri oleh Obama," tuturnya.
Lukas lalu menuju ke salah satu dari 13 tempat itu, sayangnya Lukas lupa nama tempat resepsi itu, pukul 19.00 waktu setempat Lukas tiba di tempat itu. Disana Lukas hanya berdiri di depan pintu, meskipun orang - orang disuruh duduk karena Obama tidak bisa dipastikan akan datang ke tempat. "Tetapi waktu itu saya tidak mau duduk, saya hanya mau berdiri dan menunggu di pintu," ujarnya. Sudah beberapa jam berlalu, Obama belum juga datang. "Sekitar pukul 13.00 waktu setempat, kami diberitahu bahwa Obama akan datang. Saya langsung sigap dan berdiri menunggu masih di depan pintu,"katanya.
Dan disaat Obama tiba, rupanya orang - orang juga begitu antusias ingin bertemu Obama dan ingin menyalaminya. Tetapi ketika Obama melewati tempat Lukas berdiri menunggu, Lukas berusaha menyapa Obama. "Saya panggil Mr President, Obama bilang ya sambil melambaikan tangannya kepada saya, saya senang sekali tetapi sayangnya setelah itu saya jatuh kelelahan. Tetapi meskipun jatuh, saya puas bisa menyapa Obama dan Obama membalas sapaan saya," katanya.
Selama di Washington, ia juga menyempatkan diri bertemu beberapa anggota Kongres Amerika Komisi Asia Pasifik pada 23/1. Dengan anggota Kongres itu, Lukas membicarakan banyak hal. Diantaranya, tentang pembangunan di Papua dan komitmen Presiden SBY untuk membangun Papua. "Saya bangga, karena ternyata saya datang mewakili negara ini untuk tugas negara, karena saya bisa bicara dengan mereka tentang Indonesia khususnya Papua," ujarnya.
Dan yang paling penting dari pembicaraannya dengan anggota Kongres itu, mereka mengatakan bahwa Obama memiliki perhatian khusus untuk Indonesia, karena pernah tinggal di sana termasuk Papua. Selanjutnya Lukas kembali ke Indonesia dan tiba di Jakarta 29/1. "Ini peristiwa paling mengesankan dan saya tidak akan pernah lupa karena kita bisa belajar banyak hal dari Obama," tandasnya.*** Laporan RAHMATIA
Website : Lukas Enembe (http://enembe.com/)
Sumber : Cenderawasih Pos
Meski pelantikan Barack Obama sebagai Presiden Amerika telah berlangsung sejak 19 Januari lalu, namun rupanya masih meninggalkan catatan menarik yang tidak ada salahnya untuk disimak. Tidak hanya menjadi pengalaman unik yang mengesankan, tetapi juga ceritera lucu dialami oleh Bupati Puncak Jaya Lukas Enembe, S.Sos yang juga adalah Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Papua.
Kekaguman Lukas Enembe terhadap sosok Obama yang terpilih sebagai Presiden Amerika melalui Partai Demokrat, sesungguhnya bukan setelah ia terpilih menjadi Presiden Amerika, tepapi jauh sebelum Presiden Kulit Hitam pertama itu menjadi orang nomor satu di Amerika. "Saya mengagumi Obama sejak tahun 2004 lalu, ketika itu ia masih menjadi seorang senator," katanya kepada wartawan kemarin.
Banyak hal yang membuat sosok Obama menjadi special di hati Lukas Enembe antara lain sifat Obama yang selalu menghindari masalah hingga Obama yang selalu memperhatikan isri dan anaknya (keluarga). "Saya begitu terkesan dengan sifat dan cara hidup Obama," ujarnya.
Ia lalu memberikan contoh kecil bahwa Obama, meskipun sangat sibuk dengan tugas - tugasnya, tetapi Obama selalu punya waktu setiap hari untuk anak dan isterinya. "Dia begitu mencintai dan memperhatikan anak - anak dan isterinya, sementara saya, dalam sebulan belum tentu saya bisa bertemu keluarga saya," ujarnya seraya tertawa. Itulah salah satu hal kecil yang membuat Lukas Enembe terkesan. Karena cinta keluarga ini, Obama dan keluarganya menjadi icon keluarga bahagia di Amerika. Termasuk sejumlah sikap Obama dalam berpolitik yang selalu dewasa dan patut menjadi teladan bagi tokoh - tokoh politik di Indondesia.
Karena kekagumannya ini, sejak putaran kampanye calon Presiden Amerika berlangsung, Lukas sudah mendukung Obama. Ia bahkan jauh sebelum hari pemungutan suara Pemilihan Presiden Amerika ia telah mencetak baju kaos dan spanduk bergambarkan Obama sebagai bentuk dukungan dan apresiasinya terhadap Obama.
Dan ketika Obama benar - benar terpilih, Lukas mengaku begitu senang seolah - olah kemenangan Obama adalah bagian dari kemenangannya juga dan kekagumannya terhadap Obama yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Indonesia itu semakin bertambah saja. Tak heran kalau kemudian selain sekian Juta warga Amerika yang ingin menyaksikan pelantikan Obama, seorang diantaranya adalah warga negara Indonesia yang juga sangat ingin menyaksikan pelantikan Obama di Washington DC.
Demi menebus keinginannya itu, Lukas tak perduli apapun rintangannya tanggal 13 Januari ia bertolak dari Papua menujuk Jakarta. Di Jakarta, Lukas ingin pamit pada Presiden H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetapi karena SBY terlalu sibuk maka oleh juru bicara Presiden Andi Malarangeng ia disarankan untuk bertemu Mensesneg Hatta Rajasa. "Tetapi ketika itu, waktu saya terlalu mepet untuk mengikuti seluruh birokrasi, saya lalu berpikir yang penting sudah izin, saya langsung mengurus visa," kenangnya.
Dalam sehari visa selesai, dan untungnya Lukas masih mendapatkan tiket untuk terbang ke Dallas (Amerika). Dengan pesawat United Airlines, Lukas yang hanya berbekal kamera untuk foto dan handycam dari pegunungan di pedalaman Papua terbang menembus melintasi samudera dan menembus Benua Amerika melalui Bangkok dan Narita hingga ke Dallas tanggal 17/1. "Tiba di Dallas, saya langsung cari taxi untuk ke Washington DC," kisahnya.
Untungnya, sopir taxi asal Pakistan bernama Badi yang ditumpanginya itu cukup respek terhadap keinginan Lukas. Ia membawa Lukas ke Hotel Reet Roof yang tidak jauh dari Capitol Hill tempat berlangsungnya prosesi pelantikan. "Waktu itu semua hotel sudah penuh dibooking tetapi untungnya saya masih bisa dapat satu kamar tetapi itupun saya hanya bisa menginap sampai tanggal 19 setelah itu saya harus keluar. Tetapi saya tidak perduli yang penting sekarang ada tempat nginap, kalau setelah itu mau diusir terserah saya bisa tidur dimana saja," kenangnya.
Setelah mengurusi semua administrasi di Hotel, Lukas langsung menuju Kantor KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) juga di Washington guna menyampaikan maksud kedatangannya ke Amerika. "Waktu itu saya juga menunjukan kapasitas saya sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Papua, dan mereka sangat senang. Saya pikir, ini langkah pertama bagi saya mewakili negara," katanya.
Esoknya tanggal 18/1, Lukas belum juga tenang karena belum mendapatkan tiket agar bisa masuk menyaksikan pelantikan. Tetapi nasib Lukas memang selalu Hoki, oleh salah seorang petugas KBRI ia dikabari bahwa nanti malam di salah satu Hotel tidak jauh dari tempat ia menginap akan ada pertemuan antara Maya Soetoro saudara tiri Obama dengan empat orang tokoh asal Asia. "Saya langsung tanggap, dan saya berusaha untuk bisa hadir dalam pertemuan itu," ujarnya. Malamnya, dengan style Amerika Lukas benar - benar datang ke Hotel itu, dan berusaha menembus penjagaan yang super ketat dipintu masuk. Kepada petugas Lukas mengaku sebagai utusan khusus Presiden SBY.
Kepada Maya Soetoro Lukas berceritera bahwa dirinya dari Papua Indonesia dan cukup membuat Maya simpati kemudian berjanji memberikan Lukas tiket untuk ke pelantikan. "Waktu itu Maya bilang terima kasih sama saya sampai tiga kali," katanya. Malamnya, tiket diantar salah seorang utusan Maya Soetoro ke hotel tempat Lukas menginap. "Saya surprise sekali, karena dapat tiket dan bisa duduk di kursi publik nomor 15," tuturnya. Kata Lukas, dalam pelantikan itu terdiri dari beberapa tingkatan tempat duduk, antara lain kursi untuk anggota Kongres, kursi untuk para mantan Presiden Amerika dan keluarganya pejabat tinggi negara, para kepala negara yang diundang dan kursi publik yang saat itu hanya tersedia 300 hingga 350 seat. Sebagian besar penonton lainnya hanya berdiri karena tidak disediakan kursi "Saya bangga karena bisa duduk di kursi meskipun kursi publik," katanya.
Dari sana Lukas mengikuti dengan seksama setiap detik jalannya pelantikan Obama menjadi Presiden Amerika. Ia mengaku sangat bangga berada di tempat itu dan bisa menyaksikan langsung jalannya pelantikan sembari terus merekam peristiwa bersejarah itu.Setelah pelantikan, Lukas tak langsung kembali hotel, tetapi ingin menikmati suasana di capitol Hill itu hingga akhirnya berpikir bagaimana caranya ia bisa menyalami Obama. "Saya cari tahu dan orang KBRI kasi tahu saya bahwa nanti malam Obama akan mengikuti jamuan makan malam di 13 tempat, tetapi kita tidak tahu tempat mana yang akan dihadiri oleh Obama," tuturnya.
Lukas lalu menuju ke salah satu dari 13 tempat itu, sayangnya Lukas lupa nama tempat resepsi itu, pukul 19.00 waktu setempat Lukas tiba di tempat itu. Disana Lukas hanya berdiri di depan pintu, meskipun orang - orang disuruh duduk karena Obama tidak bisa dipastikan akan datang ke tempat. "Tetapi waktu itu saya tidak mau duduk, saya hanya mau berdiri dan menunggu di pintu," ujarnya. Sudah beberapa jam berlalu, Obama belum juga datang. "Sekitar pukul 13.00 waktu setempat, kami diberitahu bahwa Obama akan datang. Saya langsung sigap dan berdiri menunggu masih di depan pintu,"katanya.
Dan disaat Obama tiba, rupanya orang - orang juga begitu antusias ingin bertemu Obama dan ingin menyalaminya. Tetapi ketika Obama melewati tempat Lukas berdiri menunggu, Lukas berusaha menyapa Obama. "Saya panggil Mr President, Obama bilang ya sambil melambaikan tangannya kepada saya, saya senang sekali tetapi sayangnya setelah itu saya jatuh kelelahan. Tetapi meskipun jatuh, saya puas bisa menyapa Obama dan Obama membalas sapaan saya," katanya.
Selama di Washington, ia juga menyempatkan diri bertemu beberapa anggota Kongres Amerika Komisi Asia Pasifik pada 23/1. Dengan anggota Kongres itu, Lukas membicarakan banyak hal. Diantaranya, tentang pembangunan di Papua dan komitmen Presiden SBY untuk membangun Papua. "Saya bangga, karena ternyata saya datang mewakili negara ini untuk tugas negara, karena saya bisa bicara dengan mereka tentang Indonesia khususnya Papua," ujarnya.
Dan yang paling penting dari pembicaraannya dengan anggota Kongres itu, mereka mengatakan bahwa Obama memiliki perhatian khusus untuk Indonesia, karena pernah tinggal di sana termasuk Papua. Selanjutnya Lukas kembali ke Indonesia dan tiba di Jakarta 29/1. "Ini peristiwa paling mengesankan dan saya tidak akan pernah lupa karena kita bisa belajar banyak hal dari Obama," tandasnya.*** Laporan RAHMATIA
Website : Lukas Enembe (http://enembe.com/)
Sumber : Cenderawasih Pos