Perusahaan pertambangan emas dan tembaga PT Freeport Indonesia ternyata tak luput dari imbas krisis keuangan. Perusahaan yang beroperasi di Timika, Papua tersebut berencana mengurangi tiga ribu dari total 11.900 karyawannya.
Rencana tersebut disampaikan langsung Presiden Direktur Freeport Indonesia Armando Mahler kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Soeparno. Karyawan yang hendak dikurangi Freeport tidak saja karyawan local, namun juga karyawan berkebangsaan asing. "Mereka meminta izin untuk melakukan PHK karena order turun akibat krisis keuangan. Selain itu, harga komoditas pertambangan juga rendah sehingga mereka harus melakukan efisiensi," ujar Erman dalam temu wartawan di Jakarta kemarin (26/3).
Namun, permintaan pengurangan karyawan tersebut ditolak pemerintah. Erman justru meminta manajemen dan pemegang saham tidak cengeng menghadapi krisis dengan mengambil jalan pintas pengurangan karyawan. "Saya minta petinggi Freeport memakai tanggung jawab moralnya. Selama ini kan mereka untung besar, mengapa krisis setahun saja sudah membuat mereka mau mem-PHK karyawan" Saya minta mereka melakukan efisiensi dulu," katanya.
Dalam pembahasan, Freeport setuju membatalkan rencana pengurangan karyawan lokal. Mereka akhirnya hanya mengajukan pengurangan tenaga kerja 26 tenaga ahli pertambangan yang berasal dari Amerika Serikat. "Usulan itu langsung saya setujui. Kalau tenaga ahli lokal juga sama kemampuannya, mengapa pakai bule?" terangnya.
Sebagai langkah efisiensi, manajemen Freeport diminta mengurangi biaya overhead, seperti bonus dan tentiem bagi manajemen, pengurangan fasilitas bagi direksi, dan biaya-biaya lain yang tidak berkaitan langsung dengan operasional pertambangan. (noe/nw)
Sumber : Cenderawasih Pos
Rencana tersebut disampaikan langsung Presiden Direktur Freeport Indonesia Armando Mahler kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Soeparno. Karyawan yang hendak dikurangi Freeport tidak saja karyawan local, namun juga karyawan berkebangsaan asing. "Mereka meminta izin untuk melakukan PHK karena order turun akibat krisis keuangan. Selain itu, harga komoditas pertambangan juga rendah sehingga mereka harus melakukan efisiensi," ujar Erman dalam temu wartawan di Jakarta kemarin (26/3).
Namun, permintaan pengurangan karyawan tersebut ditolak pemerintah. Erman justru meminta manajemen dan pemegang saham tidak cengeng menghadapi krisis dengan mengambil jalan pintas pengurangan karyawan. "Saya minta petinggi Freeport memakai tanggung jawab moralnya. Selama ini kan mereka untung besar, mengapa krisis setahun saja sudah membuat mereka mau mem-PHK karyawan" Saya minta mereka melakukan efisiensi dulu," katanya.
Dalam pembahasan, Freeport setuju membatalkan rencana pengurangan karyawan lokal. Mereka akhirnya hanya mengajukan pengurangan tenaga kerja 26 tenaga ahli pertambangan yang berasal dari Amerika Serikat. "Usulan itu langsung saya setujui. Kalau tenaga ahli lokal juga sama kemampuannya, mengapa pakai bule?" terangnya.
Sebagai langkah efisiensi, manajemen Freeport diminta mengurangi biaya overhead, seperti bonus dan tentiem bagi manajemen, pengurangan fasilitas bagi direksi, dan biaya-biaya lain yang tidak berkaitan langsung dengan operasional pertambangan. (noe/nw)
Sumber : Cenderawasih Pos