Untuk memberikan gambaran kepada pemilih tentang tata cara pemilihan di TPS, KPUD Merauke menggelar simulasi perdana, Jumat (27/2), kemarin. Simulasi yang dilakukan di halaman Kantor Bupati Merauke itu, disaksikan langsung Anggota KPU Provinsi Papua, Ferry Kareth, SH, M.Hum dan Tjipto Wibowo, S.Pd, M.Si. Pencentangan awali Asisten II Julius Noya yang mewakili bupati dan Kajari Merauke Sudiro Husodo, kemudian masyarakat yang diundang oleh KPUD untuk melakukan simulasi. Asisten II Setda Merauke Yulius Noya saat membuka simulasi tersebut menilai simulasi ini sangat penting bagi pemilih karena melalui simulasi itu akan memberikan gambaran kepada setiap pemilih tata cara pemilihan.
''Ini karena tata cara Pemilu 2004 lalu dengan yang akan kita hadapi 9 April mendatang sangat berbeda. Kalau sebelumnya dilakukan dengan cara ditusuk maka nanti kita memberi tanda cotreng atau centang pada surat suara,'' terangnya. Disamping itu, ukuran surat suara juga berbeda. ''Surat suara yang akan kita cotreng nanti tampaknya lebih lebar dengan lipatan yang mungkin sedikit rumit,''jelasnya. Yulius Noya berharap simulasi tersebut tidak hanya dilakukan di tingkat kabupaten tapi juga dilakukan di tingkat distrik dan kampung. Karenanya, ia meminta 20 kepala distrik, 168 kepala kampung dan 8 kelurahan yang ada di Merauke untuk dapat melakukan simulasi agar warga pemilih dapat memahami tata cara pemilihan untuk memberikan hak suara sesuai hati nurani atau pilihan masing-masing tanpa paksaan.
Ditempat sama, Anggota KPU Provinsi Papua, Ferry Kareth mengakui, khusus di Papua, simulasi tersebut belum dilakukan secara maksimal. ''Tentunya disamping KPU sebagai penyelenggara, tanggung jawab ini juga ada di Parpol dan Caleg itu sendiri yang memiliki kepentingan sehingga berkewajiban untuk melakukan simulasi kepada pendukungnya,'' terangnya.
Diakui pula, ada kesulitan tersendiri yang dialami pemilih dengan tata cara cotreng karena merupakan hal pertama. ''Tapi itu sudah diakomodir bahwa dalam memberikan suara hanya satu kali dengan cara centang. Tapi jika ternyata pada saat perhitungan ada tanda lain seperti silang atau tanda datar atau titik termasuk dicoplos, itu dianggap sah,'' tambahnya. (ulo)
Sumber : Cenderawasih Pos
''Ini karena tata cara Pemilu 2004 lalu dengan yang akan kita hadapi 9 April mendatang sangat berbeda. Kalau sebelumnya dilakukan dengan cara ditusuk maka nanti kita memberi tanda cotreng atau centang pada surat suara,'' terangnya. Disamping itu, ukuran surat suara juga berbeda. ''Surat suara yang akan kita cotreng nanti tampaknya lebih lebar dengan lipatan yang mungkin sedikit rumit,''jelasnya. Yulius Noya berharap simulasi tersebut tidak hanya dilakukan di tingkat kabupaten tapi juga dilakukan di tingkat distrik dan kampung. Karenanya, ia meminta 20 kepala distrik, 168 kepala kampung dan 8 kelurahan yang ada di Merauke untuk dapat melakukan simulasi agar warga pemilih dapat memahami tata cara pemilihan untuk memberikan hak suara sesuai hati nurani atau pilihan masing-masing tanpa paksaan.
Ditempat sama, Anggota KPU Provinsi Papua, Ferry Kareth mengakui, khusus di Papua, simulasi tersebut belum dilakukan secara maksimal. ''Tentunya disamping KPU sebagai penyelenggara, tanggung jawab ini juga ada di Parpol dan Caleg itu sendiri yang memiliki kepentingan sehingga berkewajiban untuk melakukan simulasi kepada pendukungnya,'' terangnya.
Diakui pula, ada kesulitan tersendiri yang dialami pemilih dengan tata cara cotreng karena merupakan hal pertama. ''Tapi itu sudah diakomodir bahwa dalam memberikan suara hanya satu kali dengan cara centang. Tapi jika ternyata pada saat perhitungan ada tanda lain seperti silang atau tanda datar atau titik termasuk dicoplos, itu dianggap sah,'' tambahnya. (ulo)
Sumber : Cenderawasih Pos