Kelangkaan BBM kembali terjadi di Tanah Merah, ibukota Kabupaten Boven Digoel. Kelangkaan ini dikarenakan Kapal Tanker milik Pemkab Boven Digoel yang selama ini sekali dalam sebulan mengangkut BBM dari Merauke ke daerah tersebut tidak berani berlayar akibat cuaca di sekitar Laut Arafura buruk dalam beberapa pekan terakhir ini.
Tidak hanya Tanker Wambon, kapal lainnya ukuran kecil yang selama melayani daerah pedalaman tidak berani berlayar. Akibat kelangkaan BBM di daerah tersebut khususnya jenis preminium yang banyak digunakan masyarakat, harganya jadi melambung tinggi. Berdasarkan informasi yang diterima Cenderawasih Pos, dari salah satu warga Tanah Merah saat dihubungi lewat telpon selulernya, Minggu (15/2) kemarin, mengatakan, harga preminium berkisar antara Rp 30-50 ribu yang bila dalam keadaan normal harga berkisar Rp 8.000-Rp 9.000.
Kelangkaan ini, lanjutnya, membuat sebagian besar kendaraan roda dua maupun empat tidak bisa beroperasi lagi. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung satu dua bulan kedepan tergantung cuaca di sekitar Laut Lepas Arafura. Karena kapal-kapal yang dari Merauke hendak ke Tanah Merah melalui Kali Digoel harus melewati laut lepas tersebut. Apalagi, tidak ada jalan alternative sebab, beberapa titik jalan darat yang menghubungkan antara Merauke-Tanah Merah yang merupakan Jalan Nasional sepanjang kurang lebih 400 Km, yang dapat menjadi alternative, saat ini juga mengalami rusak parah akibat hujan yang terus menerus. (ulo)
Sumber : Cenderawasih Pos
Tidak hanya Tanker Wambon, kapal lainnya ukuran kecil yang selama melayani daerah pedalaman tidak berani berlayar. Akibat kelangkaan BBM di daerah tersebut khususnya jenis preminium yang banyak digunakan masyarakat, harganya jadi melambung tinggi. Berdasarkan informasi yang diterima Cenderawasih Pos, dari salah satu warga Tanah Merah saat dihubungi lewat telpon selulernya, Minggu (15/2) kemarin, mengatakan, harga preminium berkisar antara Rp 30-50 ribu yang bila dalam keadaan normal harga berkisar Rp 8.000-Rp 9.000.
Kelangkaan ini, lanjutnya, membuat sebagian besar kendaraan roda dua maupun empat tidak bisa beroperasi lagi. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung satu dua bulan kedepan tergantung cuaca di sekitar Laut Lepas Arafura. Karena kapal-kapal yang dari Merauke hendak ke Tanah Merah melalui Kali Digoel harus melewati laut lepas tersebut. Apalagi, tidak ada jalan alternative sebab, beberapa titik jalan darat yang menghubungkan antara Merauke-Tanah Merah yang merupakan Jalan Nasional sepanjang kurang lebih 400 Km, yang dapat menjadi alternative, saat ini juga mengalami rusak parah akibat hujan yang terus menerus. (ulo)
Sumber : Cenderawasih Pos