"Ada yang tidak beres di masyarakat sebab kurang adanya proses pendampingan kepada masyarakat menuju penyambutan pemerintah daerah yang kini berjalan sekitar lima tahun di Asmat," ujarnya kepada JUBI pekan kemarin di Agats, Asmat. Dikatakan Lidi, persaingan ekonomi lokal hingga kini masih didominasi oleh orang dari luar Asmat. Sehingga dirinya sangat berharap proses pendampingan yang dilakukan pemerintah harus bisa berjalan dengan baik pada masa mendatang. Jika pendampingan dapat dilakukan dengan baik, kata dia, tentu bisa membawa perubahan ekonomi pada masyarakat asli ke arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Ditambahkan Lidi, kekayaan alam laut dan di perairan Asmat cukup melimpah. Hal itu dibuktikan dengan selalu tersedianya ikan segar, termasuk udang, dan hasil tangkapan lainnya dari muara-muara kali di wilayah Asmat yang dijual warga setempat kepada masyarakat Agats. Namun demikian, kekayaan alam yang sangat tinggi itu kerap tak mendukung kesejahteraan dari warga Asmat sendiri. Tingginya kandungan sumber daya alam tersebut ternyata berbanding lurus dengan angka kematian akibat kurangnya asupan gizi yang baik pada warga Asmat.
"Persoalannya, trauma lama terus membekas dibenak warga Asmat. Meskipun sejumlah pejabat dan PNS telah melakukan studi banding dengan jurusan dan bidang A sampai Z di luar Papua, kemiskinan tetap milik orang pribumi di Asmat. karena perubahan ekonomi bagi rakyat belum membawa ke arah yang baik," kata Lidi mengakhiri. (WillemBobi/Asmat)
Sumber : Tabloid Jubi