Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya.
UPDATE!! Berita di Radar Merauke dapat dibaca langsung lewat Smartphone Android! Baca fiturnya DISINI atau Download aplikasinya disini : LINK Download Android RadarMeraukeCom.APK !!! Baca berita Via Opera Mini Atau Browser Handphone (Blackberry/Iphone/Symbian) : http://www.radarmerauke.com/?m=1 .

Saturday, 6 December 2008

MENELUSURI KOTA AGATS , KABUPATEN ASMAT


Keadaan Kota Agats dan Pelabuhan Agats

Agats adalah salah satu distrik di kabupaten Asmat yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Asmat. Sebagai kota kecil yang baru berkembang, Agats menjadi daya tarik yang begitu besar bagi perantauan yang datang untuk mengadu nasib di kota ini. Setiap kali kapal penumpang berlabuh di Muara Flaminggo, hanya sedikit membawa orang keluar daru kota ini namun menumpahkan begitu banyak orang. Jika ada yang keluar, biasanya adalah pejabat yang akan keluar kota untuk urusan dinas ataupun berlibur, sedangkan penumpang yang turun berusaha mendapatkan kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk mendapatkan pekerjaan kemudian menetap. Agats bagaikan Befak untuk sebagian besar perantau.

Pasar Muyu adalah salah satu pasar sayur di Agats sebelum Asmat dimekarkan menjadi sebuah kabupaten dari kabupaten Induk Merauke. Pada waktu itu pasar ini sangat ramai dan cukup luas arealnya. Berdiri di atas panggung di atas rawa-rawa. Awalnya penjual di pasar ini adalah mama mama Muyu atau yang bersuami orang Muyu yang berkebun menurut kebiasaan dankondisi alam dan geografis di Tanah Merauke sebab itu pasar ini dinamakan Pasar Muyu.
Kondisi saat ini berbeda, penjual di pasar ini juga diramaikan oleh mama-mama Airu Mímika dan mama-mama dari pedalaman papua lain seperti Wamena, Yahukimo dan lainnya. Salah satu keunikan mama-mama Muyu dan Wamena adalah mereka berkebun di atas rawa dan lumpur yang sering digenangi air payau disaat pasang air laut. Tanah berrawa yang datar, letak muara dan laut yang sangat dekat dengan air laut gampang digenagi air hingga beberapa kilometer bahkan berhektar dari batas atau bibir muara kali dan laut.

“Kondisi dan kejadian alam yang tidak diduga sehingga banyak kebun-kebun milik kami hancur dan tanah tak layak diolah. Bahkan Orang Asmat sampai Sekarang tidak berkebun! Tanaman dan kebun-kebun tidak mampu bertahan terhadap air asin. Pohon-pohon kelapa tidak berbuah dan daun-daun mulai menguning hingga menjadi kerdil dan mati. Kelapa tidak bakal tumbuh menjadi tunas kelapa yang subur,” ujar Mama Paola yang berasal dari Muyu. Kondisi alam seperti ini kemudian membuat sebagian besar masyarakat Asmat berpasrah dan mulai meninggalkan usaha berkebun. Akan kemana mencari makanan untuk menghidupi keluarganya? Masih ada jalan lain yaitu sebagai nelayan dan memangkur sagu di hutan.

Sedangkan mama-mama Muyu dan Wamena tidak mempunyai banyak pilihan, mereka harus berani mengambil risiko untuk berkebun. “Seperti baru-baru air laut naik, tanaman dikebun semua terendam dan kami banyak yang rugi karena tidak bisa mengambil hasil yang kami harapkan,” ujar mama Paola. Hasil kebun berupa sayur, cabe, tomat, pisang, keladi, singkong, petatas dan lainya biasanya ia jual di Pasar Muyu dan pasar umum. Jika malam tiba, mama mama yang berjualan Ikan Bakar, Ikan Goreng, Ubi rebus, singkong rebus, dan lainnya akan berjualan di sepanjang jalan Cemnes hingga jalan depan Pelabuhan FERRY (kira-kira sepanjang 2 km) dengan menggunakan pelita atau lilin.

Beberapa tahun terakhir, mama mama penjual sayur dan hasil kebun ini mulai tergeser dengan hadirnya kios-kios dan bangunan sekitarnya membuat Pasar Muyu semakin sempit dibanding tahun-tahun sebelumnya. Akhirnya mama mama terpaksa harus berjualan diatas jembatan yang sebenarnya adalah jalan untuk pejalan kaki “Biar kios-kios orang luar banyak, kami tetap jual disini karena sebelum mereka menjual dan membuat rumah disini kami yang sudah jualan disini dan membuka tempat pasar ini. Mereka tidak bisa macam-macam kami jual didepan mereka punya kios jika perlu.” ungkap mama Paola yang sudah berjualan sejak pasar Muyu mulai dibangun. Kios kios ini miliki warga nonpribumi yang memperjualbelikan sembako, sayuran, buah-buahan dan bahan bumbu lain dipasok dari luar menggenakan kapal laut atau transportasi pesawat dari Merauke, Timika dan dari Ujung Pandang.

Sempitnya pasar tidak mematahkan semangat usaha dan berjualan demi menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anaknya. “Kalau saya tidak jualan, saya tidak bisa membiayai sekolah anak-anak. Kami di sini kebanyakan janda dan anak-anak kami sekolah di SMP, SMA bahkan ada anaknya yang sudah kuliah.” ujar Mama Paola. sempitnya pasar Muyu diakibatkan tidak sebandingnya jumlah penjual dengan luas pasar.

Sebenarnya Agats memiliki Pasar Besar. Letaknya berseberangan dengan lapangan Yos Soedarso yang dipisahkan oleh sebuah terusan kali kecil. Pasar tersebut terdiri dari beberapa deretan meja dengan kapasitas yang tidak memadai. Ukuran pasar yang tidak begitu luas dan besar tersebut tidak cukup menampung banyak penjual tetap dan penjual musiman lainnya.
Para penjual dan pedagang lainnya memilih untuk berjualan di atas jalan jembatan yang lebarnya 1,5meter hingga 2 meter. penjual tidak tetap biasanya adalah laki-laki dan perempuan. Laki-laki ini mereka menjual hasil buruan seperti daging kasuari, ikan, udang, kepiting dan siput, sedangkan para penjual dalam pasar kebanyakan adalah mama-mama Asmat dan wamena. Mereka menjual sayur, cabe, tomat, pisang dan lainnya. Sedangkan bagian depan pasar tersebut ditempati oleh para pedagang dari Buton-makasar, Jawa, Key dan daerah lainnya. Para pedangang dari luar ini memperdagangkan sembako yang kebanyakan didatangkan dari Timika dan Makasar menggunakan Kapal laut ( Kapal Penumpang Kelimutu dan tidak menutup kemungkinan kapal kecil lain dan spidboat). Pasar yang disambung langsung dari jalan jembatan tersebut selalu dipadati oleh penjual/pedagang dan pengunjung pada pagi hari dan pada siang pukul 14.00 wit hingga malam 18.00wit.

“Pasar besar sering tenggelam saat air pasang. Landasan tiang bangunan pasar yang tertanam di atas lumpur tidak mampu berdiri lama karena tiang-tiang bangunan di bagian kali sudah mulai turun akibat beratnya beban dan tanah lumpur yang tidak sama dengan bagian yang lainnya,” ujar Thomas warga Agats. Disitulah tempat mama-mama ini berjualan untuk menghidupi keluarga dan anak-anaknya. Selain itu, menurutnya panggung lapangan Yos Soedarso sangat ramai disaat kapal penumpang sandar/berlabuh di muara kali. Banyak pedagang nonpribumi memperjualbelikan sayur-sayuran, ikan asin, tomat, cabe, wortel, buah apel, jeruk, dan bahan bumbu lainnya. Ada juga yang membuka jualan elektronik seperti jam tangan, jam dinding, tape/radio, kaca mata dan perhiasan lainnya. Selain menjual di panggung lapangan, ada juga yang menjual di atas jalan jembatan utama.

“Jalan semakin sesak dan sempit hingga antrian bermeter-meter pun sering terjadi. Sampai sampai saya pu jualan diinjak ijak, saya berteriak, tapi mau bagaimana” ujar mama Vero dari dari Ewer kecil yang hampir tiap hari jualan ikan dan bahan sembako di jalan-jembatan.
Yang terbaru, Agats memiliki Pasar Baru. Pasar baru ini terdiri dari bangunan kios panjang yang sebagian sudah ditempati para pedagang dari bugis, makasar atau toraja. Pasar baru ini dianggap tidak strategis sehingga sering kali sepi karena terletak beberapa meter dari jalan utama dan belum diresmikan oleh pemerintah daerah. “Pasar baru tersebut sempit dan tidak ada areal lapangan untuk penjual sayur dan ikan lainnya yang bersifat musiman. Bahkan saat ini belumberfungsi sama sekali,” kata Thomas. pasar, jalan dan jembatan di Agats satu kesatuan multifungsi yang susah dipisahkan.

Pagi ini diatas rawa dan lumpur seorang Mama menggendong bayi, bersama beberapa anak-anaknya pergi mencari ikan, udang, kepiting atau kayu bakar. Kadang dia juga menggunakan perahu Asmat untuk menyeberang kali dan laut. Kadang Ia ke Bevak (tempat cari makanan: udang, kepiting, sagu, Ulat sagu dan lainnya) juga bersama keluarga laki-laki yang lain atau bersama dengan teman-teman, saudari perempuan yang lain secara berombongan. Sehabis dari Bevak, perahu tersebut diparkir di Muara dan kali dekat pasar, jalan-jembatan yang biasanya sangat strategis untuk dipasarkan.

Memang sebagai sebuah kabupaten, jalan yang berfungsi juga sebagai pasar di atas jembatan juga berpotensi dampak pada segi kehidupan yang lain. Misalnya aturan lalu lintas dan standar kualitas sebuah kabupaten baru. Daerah yang unik adalah sangat menarik dengan potensi budaya sebagai situs dunia. Asmat memang perluh ditata sesuai potensi budaya dan potensi alam. Artinya kebijakan pemerintah dan swasta di Asmat melihat Azasi, Hakekat dan kodrat potensi wilayah dan manusia Asmat.


Share on :
Silahkan berikan komentar melalui Facebook. Jangan lupa login dulu melalui akun facebook anda. Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel atau berita yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan radarmerauke.com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Ditulis Oleh : ~ Portal Berita Merauke

Artikel MENELUSURI KOTA AGATS , KABUPATEN ASMAT ini diposting oleh Portal Berita Merauke pada hari Saturday, 6 December 2008. Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Copyright berita dalam site ini milik pemilik berita: Kompas, Cenderawasihpos, Tabloid Jubi, Jaringan Pasificpost, Infopublik, Jaringan JPNN dll. Radar Merauke adalah web personal yang merangkum berita dari berbagai media.
 
© Copyright RadarMerauke.com | Portal Berita Merauke @Since 2008 - 2013 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Owner Template | Published by Owner Template and Owner
WWW.RADARMERAUKE.COM - PORTAL BERITA MERAUKE
( www.radarmerauke.me | www.radarmerauke.asia | Email : radarmerauke@gmail.com | radarmerauke@yahoo.com )

Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya. Copyright berita dalam site ini milik pemilik berita: Kompas, Bintang Papua, Cenderawasihpos, Tabloid Jubi, Jaringan Pasificpost, Infopublik, suluhpapua, Jaringan JPNN dll. Radar Merauke adalah web personal yang merangkum berita dari berbagai media.