Ketua Pokja Media KPA Papua, Agus Fauzi dan Bagian Program KPA Merauke, Pdt. Stev Lobwair (Jubi/Roberth)
Merauke, 29/10, (Jubi) – Merasa masih kurang pengetahuan tentang masalah HIV dan AIDS, para wartawan di Kabupaten Merauke mengusulkan untuk dibekali pengetahuan tentang jurnalisme HIV dan AIDS.
Hal itu terungkap pada acara penguatan dan pembentukan kelompok kerja (Pokja) media di KPA Merauke atas kerja sama KPA Provinsi Papua dan KPA Kabupaten Merauke, Selasa, (29/10) yang berlangsung di ruang rapat KPA Merauke-Papua.
Lala Fakaubun wartawati SKH Bintang Papua selaku salah satu peserta mengakui kesulitan dalam penulisan berita-berita tentang HIV dan AIDS karena istilah yang rumit.
“Itu sebabnya saya mengusulkan kepada KPA Papua dan Merauke kalau dapat kami diberi pelatihan tentang masalah jurnalisme HIV dan AIDS,” ungkap Lala Fakaubun pada hari kedua pertemuan tersebut. Menanggapi usulan itu, Ketua Pokja Media KPA Papua, Agus Fauzi mengaku usulan tersebut akan ditindaklanjuti untuk mendatangkan instruktur dalam rangka pelatihan jurnalisme HIV dan AIDS bagi wartawan di Merauke.
Bagian program KPA Merauke, Pdt. Stevy Lobwair mengaku pihaknya sejak dulu sudah ada punya rencana ke arah itu, hanya saja belum menemukan waktu yang tepat, karena kesibukan wartawan di daerah itu.
“Untuk pelatihan HIV dan AIDS untuk wartawan sejak 2010 dan 2011 kami sudah usulkan. Yang jadi kesulitan kami adalah dari teman-teman wartawan yang sibuk,” ujar Pdt. Stevy Lobwair, sekaligus menutup kegiatan dua hari mewakili Sekretaris KPA setempat.
Itu sebabnya dia berharap kalau nantinya jadi digelar pelatihan jurnalistik HIV dan AIDS untuk wartawan di Merauke, agar tidak mengganggu tugas-tugas mereka dalam hal mencari berita.
Ans K dari perwakilan wartawan tabloidjubi.com memberi solusi untuk penyelenggara pelatihan nanti agar tidak mengganggu tugas wartawan, undangan pelatihan harus dikirim ke alamat masing-masing media. Hal senada juga diungkapkan wartawan tabloibjubi.com, Agapitus Batbual.
“Ini penting karena kita di Merauke miskin ilmu. Wartawan tidak bisa membaca. Wartawan terlalu cepat puas untuk hasil tulisannya. Sehingga bagi saya dengan pelatihan jurnalisme HIV dan AIDS untuk kami bisa mendapat ilmu,” harap Agapitus Batbual. (Jubi/Roberth Wanggai)