Merauke (5/12)—Persoalan tentang kekurangan tenaga guru di daerah pedalaman, hampir dialami di semua distrik yang tersebar. Dengan minimnya para guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan belum lagi sikap mereka yang malas bertugas di kampung, tentunya akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar bagi anak didik.
Pengawas Sekolah di Distrik Ilwayab, Kabupaten Merauke, Esebius Dumuye yang ditemui tabloidjubi.com, Rabu (5/12) menuturkan, berdasarkan monitoring yang dilakukan dari satu kampung ke kampung lain, yang terjadi adalah kekurangan guru. Olehnya, salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan memberdayakan anak-anak yang memiliki ijazah SMA untuk bisa berdiri di depan kelas.
“Memang yang paling banyak yang mengabdikan diri di SD adalah anak-anak yang memiliki ijazah SMA. Karena kenyataannya bahwa guru bantu tidak ada sama sekali dan hanya tersisa kepala sekolah (Kepsek). Tentunya seorang Kepsek tidak harus merangkap tugas secara berlebihan. Karena harus membagi waktu yang baik untuk urusan lain dan mengajar,” tandasnya.
Ditambahkan, jika tenaga anak-anak tersebut tidak digunakan, maka otomatis kegiatan belajar juga akan tersendat-sendat. Meskipun dengan segala keterbatasan yang dimiliki, namun mereka tetap menjalankan tugasnya sebagaimana biasa untuk mendidik dan mengasuh anak-anak. (Jubi/Ans)