Sergious Womsiwor tidak menyangka dirinya termasuk satu di antara beberapa penerima Anugerah Peduli Pendidikan (APP) 2012 yang diberikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Pria berusia 44 tahun ini mengaku bahagia dan terharu perjuangannya di pedalaman Merauke Provinsi Papua mendapat apresiasi pemerintah. "Saya tidak menyangka ketika Pak Bupati Merauke memberi tahu saya mendapat penghargaan dari Kemdikbud," ujar pria kelahiran Biak tersebut. Namun penghargaan bukanlah sesuatu yang ia kejar,melainkan mencerdaskan masyarakat Merauke dan sekitarnya adalah tujuan pengabdiannya.
Sergious mengaku masa kecilnya yang mendapat banyak hambatan dalam menempuh pendidikan, menjadi inspirasinya untuk membangun masyarakat Merauke melalui pendidikan. Pria kelahiran Biak, pulau di sebelah utara Papua, 27 September 1968 itu menceritakan bahwa ia termasuk terlambat mengenyam pendidikan. Masalah adat dan ekonomi adalah alasan baginya dan anak-anak Papua lainnya tidak mudah menempuh pendidikan formal. "Di Papua banyak anak-anak disuruh orang tuanya membantunya di ladang ataupun melaut, sehingga sekolahnya terbengkelai," ujar Sergious.
Selain itu banyaknya upacara adat di Papua yang membuat anak-anak Papua sering tidak hadir ke sekolah. "Hal lain adalah masih rendahnya kesadaran beberapa masyarakat Papua tentang pentingnya pendidikan anak-anak mereka," ujarnya menambahkan. Namun Sergious bertekad untuk pelan-pelan menyadarkan masyarakat di sekitarnya tentang pentingnya pendidikan sebagai jembatan meraih masa depan yang lebih cerah.
Sergious Womsiwor adalah sosok kreatif dan inovatif dalam memberikan pelayanan pendidikan formal, pendidikan nonformal dan hubungan lokal. Sergious saat ini mengelola SMP, SMA, dan pendidikan kesetaraan di Merauke, tanpa membebani anak didiknya dengan pungutan sekolah. Di lingkungannya Sergious juga mengembangkan pendidikan bagi anak-anak jalanan.
"Kalau pemerintah pusat menggaungkan pendidikan yang bebas pungutan, kita di daerah juga menerapkan konsep bebas pungutan tersebut secara benar," ujarnya bersemangat. Jumlah siswa di lembaga pendidikan yang ia kelola termasuk cukup banyak, yaitu 275 siswa SMP, 178 siswa SMA, dan 68 siswa kesetaraan. "Namun jumlah gurunya masih terbatas, hanya 23 orang untuk mengajar siswa sebanyak itu," kata lulusan jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IKIP Manado tersebut.
Lebih jauh Sergious juga memuji peran pemerintah pusat dan daerah dalam memajukan pendidikan. "Dana BOS dari pemerintah pusat lancar kita terima, sangat membantu operasional sekolah," ujar ayah dua anak itu. Selain itu pemerintah Kabupaten Merauke juga banyak membantu dengan penyediaan gedung sekolah yang layak, bantuan fasilitas pembelajaran, dan penyediaan tenaga pengajar. "Walaupun jumlah gurunya masih kurang, 23 guru kami semuanya berstatus PNS, sehingga kesejahteraannya relatif baik." katanya menambahkan.
Perhatian pemerintah pusat dan daerah tersebut memacu dirinya dan guru-guru di sekolahnya untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak didiknya. "Salah satu bentuk perhatian yang sangat saya apresiasi yaitu kunjungan Mendikbud beberapa waktu yang lalu ke sekolah kami," ujar Sergious.
Namun Sergious juga menyadari bahwa banyak hal yang harus dilakukannya untuk sekolahnya, baik dari segi fasilitas pendidikan maupun proses belajar mengajar. "Pembangunan asrama adalah yang akan segera kita selesaikan," ujar Sergious yang pada penyerahan APP 2012 mengenakan baju batik. Fasilitas sekolah seperti komputer dan internet yang sudah tersedia di sekolahnya, akan diupayakan pemanfaatannya secara optimal. "Masih banyak yang harus dilakukan," ujar Sergious. (NW)