Sejumlah warga di Kampung Bokem Kelurahan Rimba Jaya Distrik Merauke mengeluh lantaran sumber air yang terdapat di kampung mereka tercemar oleh limbah gundukan sampah yang masih berada di wilayah pemukiman warga. Tercemarnya air itu, disebabkan oleh hujan deras yang terjadi akhir-akhir ini di Kabupaten Merauke. Akibatnya, sebagian anak-anak mulai terjangkit penyakit gatal-gatal karena menggunakan air limbah itu untuk keperluan mandi sehari-hari.
“Di sini warga sudah biasa mandi air kotor dan sering menderita gatal-gatal, tapi langsung pergi berobat ke puskesmas terdekat”, tutur Mama Hermina Samma ketika dijumpai dikediamannya di Kampung Bokem (25/3). Warga disekitar tempat pembuangan sampah (TPS) mengaku sangat terganggu oleh hujan yang membawa limbah sampah ke pekarangan warga. Namun sejauh ini, warga setempat hanya dapat pasrah menerima keadaan. “Ya ini kejadian setiap tahunnya, jadi mau bagaimana lagi?”, ujar mama Hermina.
Dirinya mengatakan, genangan air yang hampir melebihi lutut orang dewasa itu belum juga surut hingga kini. Dampak yang paling dirasakan warga, sebagian besar warga tak lagi dapat melakukan produktifitas pertanian. Begitu pula dengan hewan ternak milik warga, kebanyakan hanyut terbawa banjir karena tidak ada tempat perlindungan. “Anjing saya mati 5 ekor karena banjir, begitu juga dengan ternak babi terpaksa kami buat kandang lebih tinggi karena babi kami ketakutan lantaran banjir,sehingga selama 4 hari ternak babi saya tidak dapat tidur lantaran banjir”, ujarnya polos.
Menyikapi masalah ini, Novinus Kaize seorang warga Bokem lainnya mengaku pernah mengeluhkan pada aparat pemerintah terutama mengenai ketersediaan air bersih. Namun sayangnya hingga kini belum ada realisasi dari pemerintah setempat. “Untuk air minum, warga berharap dari air hujan, jika ada yang mampu maka bisa beli air PAM. Namun sayangnya warga disini lebih banyak yang tidak mampu. Jadi kami sangat berharap ini menjadi perhatian pemerintah”, tuturnya. (drie/Merauke)
Sumber : Tabloid Jubi
“Di sini warga sudah biasa mandi air kotor dan sering menderita gatal-gatal, tapi langsung pergi berobat ke puskesmas terdekat”, tutur Mama Hermina Samma ketika dijumpai dikediamannya di Kampung Bokem (25/3). Warga disekitar tempat pembuangan sampah (TPS) mengaku sangat terganggu oleh hujan yang membawa limbah sampah ke pekarangan warga. Namun sejauh ini, warga setempat hanya dapat pasrah menerima keadaan. “Ya ini kejadian setiap tahunnya, jadi mau bagaimana lagi?”, ujar mama Hermina.
Dirinya mengatakan, genangan air yang hampir melebihi lutut orang dewasa itu belum juga surut hingga kini. Dampak yang paling dirasakan warga, sebagian besar warga tak lagi dapat melakukan produktifitas pertanian. Begitu pula dengan hewan ternak milik warga, kebanyakan hanyut terbawa banjir karena tidak ada tempat perlindungan. “Anjing saya mati 5 ekor karena banjir, begitu juga dengan ternak babi terpaksa kami buat kandang lebih tinggi karena babi kami ketakutan lantaran banjir,sehingga selama 4 hari ternak babi saya tidak dapat tidur lantaran banjir”, ujarnya polos.
Menyikapi masalah ini, Novinus Kaize seorang warga Bokem lainnya mengaku pernah mengeluhkan pada aparat pemerintah terutama mengenai ketersediaan air bersih. Namun sayangnya hingga kini belum ada realisasi dari pemerintah setempat. “Untuk air minum, warga berharap dari air hujan, jika ada yang mampu maka bisa beli air PAM. Namun sayangnya warga disini lebih banyak yang tidak mampu. Jadi kami sangat berharap ini menjadi perhatian pemerintah”, tuturnya. (drie/Merauke)
Sumber : Tabloid Jubi