Memasuki tahun baru, 1 januari 2008 di pusat ibukota Asmat, warga kota Agats punya satu kekhususan tersendiri.
Kekhususan di daerah seni dan budaya yang dikenal dengan situs warisan dunia ini, tiap tahun melakukan aksi gosok-mengosok lumpur dengan sasaran antar warga/penduduk sendiri tanpa kecuali. Entah pegawai, pedagang, polisi tentara dan seluruh warga penduduk yang mendiami kota Agats. ”polisi dan tentara juga ikut main gosok lumpur. Klo tidak main, masyarakat yang gosok dorang pake lumpur ato ludah pinang. Kecuali aparat yang piket di pos. Selain itu semua main lampur. Klo tidak main berarti orang lain yang kejar dan gosok lumpur di badan, pakaian atau dimuka,” ungkap Pasue kepada Tabloid, Jumad(2/01) kemarin.
Pasue yang berpakaian rapi melintasi di jembatan dekat pasar, jumad (2/01) dikejar dan dimandikan dengan ludah pinang oleh warga lain yang sedang melakukan aksi gosok tanpa alasan. Akhirnya Pasue terpaksa turun gabung dengan maksud membalasnya kepada warga masyarakat yang lain. tak satu pun berani keluar rumah di atas jalan-jembatan.
Kebiasaan gosok-mengosok lumpur di akhir tahun/awal tahun baru tersebut dikenal warga Asmat sebagai pengaruh kebiasaan bagian barat yaitu Mimika. ”dulu orang tua tidak melakukan begini, tetapi main lumpur ini dong bawa dari mimika sehingga sudah menjadi kebiasaan di tiap awal tahun baru seperti sekarang ini,” terang Pasue,. Aksi gosok lumpur tersebut dilakukan dengan inisiatif sendiri sehingga bahan gosok juga bermacam-macam, selain lumpur, ludah pinang, minyak oli atau zat air dan basah seadanya. Selain itu juga, masih nampak ada warga yang membawa ular tanah, ular sagu untuk menakuti warga.
”ibu toraja itu tadi beli ikan, ibu ini tidak tahu soal main lumpur. Begitu anak-anak muda datang langsung menggosokan lumpur di muka secara merata,” ungkap pasue. Aksi tersebut warga yang pulang gereja atau berpakaian rapi ataupun yang sedang berjalan di atas jalan-jembatan kota Agats tak bisa luput dari lumpur dan sejenisnya bahan yang dipake. Warga yang tidak rela main gosok memilih untuk tidak keluar rumah atau jika keluar rumah maka pasti saja akan kena lumpur, ludah pinang, minyak oli, dan lain sebagainya sesuka hati dari warga yang melakukan aksi gosok-gosokan. Sebagian warga memilih untuk tidak keluar rumah di teras rumah maupun di jalan utama. Sebagai kota yang dibangun di atas para-para, jalan hampir semuanya di atas jembatan sehingga tidak ada kendaraan bermotor maupun mobil sehingga siapa saja pasti jadi sasarannya.
”tadi saya kejar Martha. Dia orang pendek dan badanya cukup kecil. Jalan-jalan sepi tidak ada orang satupun berkeliaran selain orang-orang yang main gosok. Tapi Martha, dia lari pelor sehingga saya tidak bisa dapatkan dia,” terang Pasue kepada Tabloid (Jumad,2/01). Aktivitas di ibukota Agats macet total selama aksi berlangsung. Semua kios-kios dan pasar juga tutup selama main gosok lumpur, oli maupun ular sebagai salah satu bahan untuk mengejar orang dan menakut-nakuti orang sekitarnya.
Aksi gosok-mengosok tersebut membuat aktivitas kota seperti pasar, kios-kios dan pusat layanan umum lainnya tidak bisa beroperasi seperti biasa. ”terpaksa saya harus tutup kios kalo orang baku gosok begini,” terang salah satu pemilik kios di pusat kota Agats. Aksi gosok lumpur yang awalnya berkembang dari daerah Mimika ini merupakan suatu kebiasaan yang terus dilakukan setiap saat memasuki tahun baru. ”memang dari dulu biasa begitu sampai sekarang juga terus dilakukan,” terang Pilus warga Kota Agats.
Aksi tersebut sudah dijadwalkan sebelumnya oleh pihak keamanan. Pagi dimulai sekitar jam 07 hingga jam 09.00 wit pagi. Dilanjutkan dengan sore jam 15.00wit hingga jam 18.00wit malam.
Sebagai salah satu kebiasan yang terus berlangsung tiap tahun, maka tahun ini diberikan ijin oleh kepala daerah (Bupati) Yuven. A Biakai, BA berkoordinasi dengan pihak keamanan untuk memberikan ijin aksi gosok antar warga sejak tanggal 1 hingga 3 Januari 2009 besok. (Willem B/Asmat)
http://www.tabloidjubi.com/index.php?option=com_content&task=view&id=842&Itemid=9
Kekhususan di daerah seni dan budaya yang dikenal dengan situs warisan dunia ini, tiap tahun melakukan aksi gosok-mengosok lumpur dengan sasaran antar warga/penduduk sendiri tanpa kecuali. Entah pegawai, pedagang, polisi tentara dan seluruh warga penduduk yang mendiami kota Agats. ”polisi dan tentara juga ikut main gosok lumpur. Klo tidak main, masyarakat yang gosok dorang pake lumpur ato ludah pinang. Kecuali aparat yang piket di pos. Selain itu semua main lampur. Klo tidak main berarti orang lain yang kejar dan gosok lumpur di badan, pakaian atau dimuka,” ungkap Pasue kepada Tabloid, Jumad(2/01) kemarin.
Pasue yang berpakaian rapi melintasi di jembatan dekat pasar, jumad (2/01) dikejar dan dimandikan dengan ludah pinang oleh warga lain yang sedang melakukan aksi gosok tanpa alasan. Akhirnya Pasue terpaksa turun gabung dengan maksud membalasnya kepada warga masyarakat yang lain. tak satu pun berani keluar rumah di atas jalan-jembatan.
Kebiasaan gosok-mengosok lumpur di akhir tahun/awal tahun baru tersebut dikenal warga Asmat sebagai pengaruh kebiasaan bagian barat yaitu Mimika. ”dulu orang tua tidak melakukan begini, tetapi main lumpur ini dong bawa dari mimika sehingga sudah menjadi kebiasaan di tiap awal tahun baru seperti sekarang ini,” terang Pasue,. Aksi gosok lumpur tersebut dilakukan dengan inisiatif sendiri sehingga bahan gosok juga bermacam-macam, selain lumpur, ludah pinang, minyak oli atau zat air dan basah seadanya. Selain itu juga, masih nampak ada warga yang membawa ular tanah, ular sagu untuk menakuti warga.
”ibu toraja itu tadi beli ikan, ibu ini tidak tahu soal main lumpur. Begitu anak-anak muda datang langsung menggosokan lumpur di muka secara merata,” ungkap pasue. Aksi tersebut warga yang pulang gereja atau berpakaian rapi ataupun yang sedang berjalan di atas jalan-jembatan kota Agats tak bisa luput dari lumpur dan sejenisnya bahan yang dipake. Warga yang tidak rela main gosok memilih untuk tidak keluar rumah atau jika keluar rumah maka pasti saja akan kena lumpur, ludah pinang, minyak oli, dan lain sebagainya sesuka hati dari warga yang melakukan aksi gosok-gosokan. Sebagian warga memilih untuk tidak keluar rumah di teras rumah maupun di jalan utama. Sebagai kota yang dibangun di atas para-para, jalan hampir semuanya di atas jembatan sehingga tidak ada kendaraan bermotor maupun mobil sehingga siapa saja pasti jadi sasarannya.
”tadi saya kejar Martha. Dia orang pendek dan badanya cukup kecil. Jalan-jalan sepi tidak ada orang satupun berkeliaran selain orang-orang yang main gosok. Tapi Martha, dia lari pelor sehingga saya tidak bisa dapatkan dia,” terang Pasue kepada Tabloid (Jumad,2/01). Aktivitas di ibukota Agats macet total selama aksi berlangsung. Semua kios-kios dan pasar juga tutup selama main gosok lumpur, oli maupun ular sebagai salah satu bahan untuk mengejar orang dan menakut-nakuti orang sekitarnya.
Aksi gosok-mengosok tersebut membuat aktivitas kota seperti pasar, kios-kios dan pusat layanan umum lainnya tidak bisa beroperasi seperti biasa. ”terpaksa saya harus tutup kios kalo orang baku gosok begini,” terang salah satu pemilik kios di pusat kota Agats. Aksi gosok lumpur yang awalnya berkembang dari daerah Mimika ini merupakan suatu kebiasaan yang terus dilakukan setiap saat memasuki tahun baru. ”memang dari dulu biasa begitu sampai sekarang juga terus dilakukan,” terang Pilus warga Kota Agats.
Aksi tersebut sudah dijadwalkan sebelumnya oleh pihak keamanan. Pagi dimulai sekitar jam 07 hingga jam 09.00 wit pagi. Dilanjutkan dengan sore jam 15.00wit hingga jam 18.00wit malam.
Sebagai salah satu kebiasan yang terus berlangsung tiap tahun, maka tahun ini diberikan ijin oleh kepala daerah (Bupati) Yuven. A Biakai, BA berkoordinasi dengan pihak keamanan untuk memberikan ijin aksi gosok antar warga sejak tanggal 1 hingga 3 Januari 2009 besok. (Willem B/Asmat)
http://www.tabloidjubi.com/index.php?option=com_content&task=view&id=842&Itemid=9