Saya terpanggil untuk menjadi guru, saya harus menjalankan sepenuhnya sebagai seorang guru”. Ungkapan yang sangat sederhana, namun telah menjadi pemicu semangat Ibu Oda Mitakda dalam menggeluti profesinya dalam dunia pendidikan sebagai seorang guru selama 42 tahun. Tepatnya tanggal 31 Juli 2007, Ibu yang berpenampilan sederhana namun berwibawa ini akan memasuki masa pensiun setelah mengabdi sebagai guru dengan penuh suka duka, namun semua itu dijalaninya tanpa tuntutan yang berlebihan.
Semangat untuk terus berkarya di bidang pendidikan sampai saat ini belum padam namun kondisi kesehatanlah yang tidak memungkinkan ibu dari 4 orang putri dan 2 orang putra ini untuk melanjutkan pekerjaan rutinnya di sekolah sebagai Kepala Sekolah dan sebagai Seorang Pendidik. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter sejak 1 tahun terakhir ini ibu Oda Mitakda divonis menderita penyakit parkinson . Dengan bantuan Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke Ibu Oda telah menjalani proses pengobatan di Rumah Sakit Cikini Jakarta namun itu tidak membuat perubahan yang berarti.
Sakit yang dideritanya menyebabkan dirinya sulit menggerakkan tubuhnya secara normal namun itu tidak menyurutkan semangatnya. Ibu Oda yang selalu aktif dalam kegiatan rohani ini untuk terus berada di sekolah dengan tepat waktu bahkan jauh lebih awal dari guru lainnya.
Sebagai kepala sekolah, beliau masih juga sering mengambil bagian sebagai pengajar di kelas jika ada guru yang berhalangan hadir. Jabatan sebagai kepala sekolah sebenarnya bukan jabatan yang terlalu disukai sebab menurutnya lebih banyak mengurusi administrasi sekolah. “Saya terpanggil sebagai seorang guru bukan untuk mengurusi administrasi”, ini salahsatu pendapatnya tentang jabatannya saat ini yang menurutnya mengurangi peranannya dalam melakukan pendidikan terhadap anak.
Lebih baik mengurusi murid 60 orang dalam satu kelas daripada mengurusi 3 orang guru kenangnya……….
Berikut adalah petikan wawancara kami (YPLHC Papua) dengan Ibu Oda Mitakda pada tanggal 26 Juli 2007 tentang pengalamannya sebagai guru selama 42 tahun mengabdi mulai dari pedalaman hingga kota.
YPLHC : Bagaimana keadaan keluarga Ibu saat ini ?
OM : Baik-baik saja, saya memiliki 6 orang anak yang terdiri dari 2 putra dan 4 putri.
YPLHC : Bagaimana awal mula Ibu menjalani provesi sebagai guru?
OM : Saya merasa terpanggil sejak di pedalaman Merauke, orang tua saya adalah guru yang mengajar kelas 1 hingga kelas 3.
YPLHC: Apa latar belakang pendidikan Ibu?
OM: Saya tamatan SD jaman Belanda dan melanjutkan ke SGB (Sekolah Guru B) dengan pendidikan tambahan yaitu mengikuti Kursus Pendidikan Guru (KPG) yang diikuti setelah menjadi guru. Selain itu saya juga pernah mengikuti pelatihan kurikulum dan managemen kepala sekolah.
Saya mulai menjadi guru di Pedalaman selama 5 tahun. Kondisi pendidikan di pedalaman saat saya bertugas dulu berbeda dengan di Kota. Fasilitas yang dimiliki sangat minim namun perhatian masyarakat terhadap pendidikan di Kampung lebihg tinggi daripada di Kota.
Di pedalaman sebetulnya enak, tergantung gurunya saja, jika guru bekerja dengan baik pasti masyarakat akan membantu tapi jika tidak mana mungkin orang mau baik kepada kita. Tergantung hatinya, apakah mau mengabdi atau tidak. Di pedalaman yang paling di utamakan adalah anak datang ke sekolah dulu, bisa tulis dan baca sudah cukup, beda dengan dikota yang tuntutannya sudah lebih banyak.
YPLHC : Apa perbedaan utama pendidikan saat ini dengan pendidikan di jamannya Ibu atau biasa disebut pendidikan di Jaman Belanda?
OM : Berbeda jauh sekali, dulu orang sekolah dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil tapi sekarang orang yang bodohpun bisa memegang ijasah bahkan ada ijasah yang bisa dibeli.
YPLHC: Ibu telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum pendidikan mulai dari Kurikulum 1975 – saat ini Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut ibu apa dampak perubahan kurikulum terhadap kemajuan dunia pendidikan.
OM: Dampaknya sangat besar, karena kurikulum yang satu belum selesai dan satu sudah mulai lagi. Dulu yang dipentingkan di Sekolah Dasar untuk kelas 1 – 2 adalah kemampuan baca, tulis hitung sehingga di kelas 3 bisa mengikuti pelajaran dengan mudah.
YPLHC: Menurut Ibu, apa kemampuan yangharus diberikan kepada murid dalam pendidikan dasar?
OM : Yang dipentingkan di pendidikan dasar adalah kemampuan membaca, tulis, hitung kemudian keterampilan lain. Pendidikan nilai atau moral juga perlu diberikan kepada murid di sekolah dasar.
YPLHC: Saat ini berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia mulai dengan menaikkan porsi anggaran pendidikan sehingga pendidikan bagi masyarakat semakin murah, melakukan penyesuaian kurikulum, pendidikan penyetaraan guru dll. Menurut ibu apa sebenarnya faktor utama yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan kita?
OD: Untuk murid sudah cukup banyak bantuan, mulai dari dana bagi murid, pembangunan gedung, penambahan tenaga pengajar, ada dana BOS (Bantuan Operssional Sekolah). Untuk guru, ini yang masih banyak tuntutan. Bila dibandingkan dengan pegawai negeri lain, guru sebenarnya lebih banyak berkorban, korban waktu, tenaga tapi kesejahteraan tidak baik. Sekarang setelah tidak ada guru baru pememrintah mau merangsang untuk orang menjadi guru, sudah terlambat. Pak Gluba (Bupati Merauke sekarang) tanya pada 1000 orang murid ternyata yang berminat untuk menjadi guru hanya 2 orang. Orang berfikir kalau jadi guru saya punya kesejahteraan kurang.
YPLHC: Perhatian pemerintah bagi guru di Kabupaten Merauke ini sudah sangat baik, banyak fasilitas sudah diberikan pemerintah kepada guru mulai dari kendaraan, perumahan, tunjangan dll. Apakah ada perubahan dari segi peningkatan provesi.
OM: Saya tidak terpengaruh dengan ada tidaknya fasilitas yang diberikan kepada saya, sebagai seorang guru saya jalankan tugas saya sebagai panggilan hidup.
YPLHC: Bagaimana menurut ibu bantuan pemerintah yang begitu banyak kepada murid saat ini sehingga pendidikan boleh dikatakan sudah mendekati gratis. Apa dampak positifnya dan apa dampak negatifnya.
OM: Yang positif itu adalah murid terbantu dan orangtua juga terbantu, anak bisa sekolah dengan baik. Yang negatif adalah orangtua menganggap bahwa pendidikan ini merupakan urusannya pemerintah, orangtua melepas tanggunjawab. Anak-anak bukannya lebih rajin datang ke sekolah tapi malah tambah malas, di SD YPPK St. Theresia Buti ini sejak dulu tingkat absen murid tinggi, tingkat bolos juga tinggi, setelah ada dana BOS sama saja bukannya tingkat absen makin berkurang sama seperti dana BOS belum ada. Perubahan itu hampir tidak ada, orangtua lepas tanggungjawab pendidikan anak kepada sekolah.
YPLHC: Bagaimana peranan masyarakat sekitar sekolah terhadap pendidikan?
OM: Peranan masyarakat terhadap pendidikan bisa dibilang tidak ada, anak dilepas di sekolah kepada guru, orangtua yang perhatikan pendidikan misalnya mendorong anak jika malas sekolah, tapi itu tidak ada samasekali. Kita selalu menekan bahwa sekolah bukan hanya untuk menjadi seorang bupati tapi yang paling penting anak-anak mempunyai sikap lebih bagus, dan dapat menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar. Mungkin karena faktor alam sehingga murid menjadi malas. Daerah Marind alamnya sangat kaya mulai dari laut, darat dan udara, sehingga mereka menganggap pendidikan itu nomor dua karena tanpa sekolah pun mereka dapat tetap hidup dan bisa menikmati hasil alam yang berlimpah.
YPLHC : Apa harapan ibu terhadap peran masyarakat dalam pendidikan?
OM: Memberikan perhatian penuh pada anaknya agar bisa sekolah dengan baik dan rajin.
YPLHC: Bagaimana peran komite sekolah dan pemerintah
OM : Komite sekolah tidak begitu berperan. Sudah dibentuk tapi kalau diundang rapat sampai saat ini tidak pernah datang. Jika ada kebutuhan tandatangan dari sekolah maka diantar ke rumah seperti tandatangan rekening bank, RAB (Rencana Anggaran dan Belanja, red). Peranan pemerintah dan yayasan sudah sangat baik bagi pendidikan, sekarang tergantung dari anak dan orangtua apakah mereka dapat memanfaatkan fasilitas yang sudah diberikan itu dengan baik atau tidak.
YPLHC: Apa moto Ibu selama 42 tahun menjalankan tugas sebagai guru.
OM: Saya terpanggil untuk menjadi guru), saya menjalankan tugas saya sepenuhnya sebagai seorang guru. Bagaimana sifat seorang guru yang baik, yang disiplin, yang rajin dalam mendidik, kalau mengajar saja itu sebetulnya semua orang bisa tapi untuk mendidik, ini yang susah. Pendidik harus memberikan contoh yang baik sebagai pendidik, moralnya harus baik.
YPLHC: Pengalaman apa yang paling berkesan sebagai guru,
OM : yang paling berkesan adalah ketika anak didik kita berhasil. Jika ada anak yang nakal kita juga prihatin . Dan bertanya pada diri sendiri apakah saya sudah menjadi pendidik yang baik, saya perlu refleksi diri.
YPLHC: Saat ini tinggal hitungan hari dan jam, ibu akan meninggalkan dunia pendidikan yang sudah ditekuni selama 42 tahun. Bagaimana perasaan ibu?
Wawancara sejenak terhenti, ibu Oda Mitakda tertunduk sejenak, dari kedua pelupuk matanya linangan air mata tak mampu lagi ditahannya ........ dengan tangan gemetar dia menyeka airmata yang membasahi kedua pipinya dengan selembar tisu.
Dengan terbata Ibu Oda menjawab..
OM: Yang pertama saya rasa sedih, sebab waktu saya sudah akan berakhir, karena sebagai guru saya sudah mencintai pekerjaan ini sebagai panggilan hidup saya dalam hidup ini. Yang kedua saya merasa bahagia karena selama 42 tahun saya menjadi guru saya tidak pernah absen , saya merasa bahagia sekali saya bisa menjalankan tugas itu dengan sepenuh hati dan saya begitu mencintai murid-murid saya. Saya masih memiliki semangat untuk mau mengaja, tapi kondisi fisik saya saat ini tidak memungkinkan lagi. Ini menyebabkan saya harus meninggalkan dunia yang saya cintai ini. Tapi saya bersyukur pada Tuhan sebab saya bisa berbuat sesuatu untuk orang lain walau mungkin kecil saja.
YPLHC: Apa pesan Ibu buat teman-teman guru?
OM : Jadilah seorang guru yang baik, yang mencurahkan perhatian, waktu untuk anak didik. Mencintai mereka sepenuhnya, mengajar mereka dengan sepenuhnya, mendidik mereka agar menjadi anak yang bertaqwa, mempunyai moral yang baik. Kalau ilmu itu semua bisa memiliki, tapi moral yang baik yang susah didapat pada jaman sekarang. Itu saja yang bisa saya sampaikan di akhir saya sebagai seorang guru.