Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya.
UPDATE!! Berita di Radar Merauke dapat dibaca langsung lewat Smartphone Android! Baca fiturnya DISINI atau Download aplikasinya disini : LINK Download Android RadarMeraukeCom.APK !!! Baca berita Via Opera Mini Atau Browser Handphone (Blackberry/Iphone/Symbian) : http://www.radarmerauke.com/?m=1 .

Tuesday, 9 December 2008

Boven Digoel , Kota Bersejarah yang Terlupakan







Sejarah mencatat Boven Digoel (kemudian disebut Boven Digul) sebagai bagian 
integral dalam lintasan sejarah Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Di tempat itu 
banyak bukti sejarah yang terdiam kaku tak terawat. Padahal, benda-benda 
bernilai historis itu merupakan alat bukti, bahkan bisa dijadikan bahan 
pelajaran sejarah perjuangan pendiri bangsa ini bagi generasi sekarang. 

Sejarah mencatat pula, pada zaman Belanda, Digul merupakan tempat yang 
menakutkan, jauh terisolasi di tengah lebatnya hutan belantara. Mengerikan. 
Bukan hanya karena alamnya demikian keras, namun juga ada siksaan kaum 
kolonialis, ada tangisan kesedihan, kegeraman dan kertakan gigi, bahkan 
darah yang tertumpah untuk sebuah perjuangan membebaskan diri dari belenggu 
kolonialis. 

Kini, Boven Digul bukanlah Digul yang dulu. Saat ini Digul telah menjadi 
kabupaten baru yang disebut Kabupaten Boven Digul. 

Bila ditilik sejarahnya, sesungguhnya ada hal yang terlupakan. Nusantara ini 
seharusnya dihitung dari Sabang di ujung barat, hingga Boven Digul di ujung 
timur, sebagai bingkai Negara Kesatuan RI. 

Melalui catatan sejarah itulah kita diingatkan bingkai Negara Kesatuan RI 
sudah saatnya diperlebar hingga ke Boven Digul, sehingga tempat itu tidak 
boleh dilupakan. 


Kota Sejarah 

Kabupaten Boven Digul dibentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 
26 Tahun 2002, hasil pemekaran dari Kabupaten Merauke, bersamaan dengan 
sejumlah kabupaten lain di bagian selatan Pulau Cenderawasih, yakni 
Kabupaten Asmat dan Kabupaten Mappi. Kabupaten Boven Digul tercatat sebagai 
salah satu kabupaten di wilayah Perbatasan RI - Papua Nugini, dengan ibu 
kotanya di Tanah Merah. 

Kabupaten Boven Digul, terdiri atas Distrik Kouh, Distrik Waropko, Distrik 
Mindiptana, Distrik Jair, dan Distrik Mandobo, yang akan bertambah dengan 
sejumlah distrik karena pemekaran. Wilayah itu juga terdiri atas 88 kampung, 
namun juga akan ada penambahan seiring kebutuhan dan perkembangan 
kemasyarakatan dan perencanaan Tata Pemerintahan dan Pembangunan. 

Sesuai dengan UU No 26 Tahun 2002, disebutkan kabupaten ini mempunyai batas 
wilayah. Sebelah utara berbatasan dengan Distrik Suator Kabupaten Asmat, dan 
Distrik Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang. Sebelah timur berbatasan 
dengan Negara Papua Nugini. Sebelah selatan berbatasan dengan Distrik Muting 
dan Distrik Okaba Kabupaten Merauke. Sebelah Barat berbatasan dengan Distrik 
Edera, Distrik Obaa, dan Distrik Citak Mitak Kabupaten Mappi. 

Semasa penjajahan Belanda, Kabupaten Boven Digul, yang dahulu dikenal dengan 
sebutan Digul Atas, merupakan lokasi pengasingan tokoh-tokoh pejuang 
kemerdekaan Indonesia. Digul Atas, terletak di tepi Sungai Digul Hilir, 
Tanah Papua bagian selatan. 

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 4, disebutkan Boven Digoel 
dipersiapkan dengan tergesa-gesa oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk 
menampung tawanan "pemberontakan November 1926". Boven Digul kemudian 
digunakan pula sebagai tempat pembuangan pemimpin-pemimpin pergerakan 
nasional. Jumlah tawanannya tercatat 1.308 orang. 

Tokoh-tokoh pergerakan nasional yang pernah dibuang ke sana antara lain 
Sayuti Melik (1927-1938), Mohammad Hatta (1935-1936), Muchtar Lutffi, Ilyas 
Yacub (tokoh Permi dan PSII Minangkabau). 

Luas Boven Digul sekitar 10.000 hektare. Daerah itu berawa-rawa, berhutan 
lebat, dan sama sekali terasing. Hubungan ke daerah lain sulit, kecuali 
melalui laut. Berbagai suku Irian (Papua) yang masih primitif berdiam di 
sepanjang tepian sungai. 

Karena belum tersedia sarana kesehatan, penyakit menular sering berjangkit. 
Penyakit malaria membawa banyak korban dengan serangan demam dan kencing 
hitam. Sebagai contoh, Ali Arkham meninggal dunia karena penyakit ini. 

Tempat pembuangan pejuang kemerdekaan itu terbagi atas beberapa bagian, 
yakni Tanah Merah, Gunung Arang (tempat penyimpanan batu bara), zone militer 
yang juga menjadi tempat petugas pemerintah), dan Tanah Tinggi. Sewaktu 
rombongan pertama datang, Digul sama sekali belum merupakan daerah 
permukiman. 

Rombongan pertama sebanyak 1.300 orang, sebagian besar dari Pulau Jawa, 
diberangkatkan pada Januari 1927. Dan akhir Maret 1927 menyusul rombongan 
yang lain dari Sumatera, jumlahnya ratusan orang. Mula-mula mereka 
ditempatkan di Tanah Merah. Dua tahun kemudian, melalui seleksi ketat, 
sebagian dipindahkan ke Tanah Tinggi. 

Pada tahun-tahun pertama, ratusan orang meninggal karena kelaparan dan sakit 
Penderitaan itu menyebabkan banyak orang buangan mencoba melarikan diri ke 
Australia. Mereka menggunakan perahu-perahu kecil buatan sendiri, tetapi 
sedikit saja yang berhasil. Sebagian terpaksa kembali, lainnya mati 
tenggelam. Selain itu, muara sungai dijaga kapal Belanda, sementara orang 
Irian, ketika itu menunjukkan sikap tak bersahabat. 

Pada waktu Perang Pasifik meletus dan Jepang menduduki Indonesia, tawanan 
Boven Digul diungsikan oleh Belanda ke Australia. Pemindahan itu didasari 
kekhawatiran tahanan akan memberontak jika tetap di Boven Digul. Diharapkan, 
orang-orang Indonesia yang dibawa ke Australia akan membantu Belanda. 
Ternyata, tahanan politik itu mempengaruhi serikat buruh Australia untuk 
memboikot kapal-kapal Belanda yang mendarat di Benua Kanguru. Nantinya 
setelah Sekutu berhasil memperoleh kemenangan, tawanan itu dikembalikan ke 
tempat asalnya di Indonesia. 

Monumen 

Di kabupaten itu ada sejumlah peninggalan Pemerintah Belanda dan juga para 
tawanan politik ketika itu. Di antaranya rumah sakit Belanda, rumah para 
bestuur (pengurus), penjara bawah tanah, dan makam tawanan. Untuk untuk 
mengenang kaum Digulist di kabupaten itu didirikan monumen yang dikenal 
dengan nama Digul Dalam Tembaga di Taman Makam Pahlawan di Ujung B Desa 
Sokanggo Distrik Mandobo. 

Sayangnya, kata Bupati Boven Digul Yusak Yaluwo, SH, MSi, 
peninggalan-peninggalan semasa Pemerintahan Hindia Belanda itu, saat ini tak 
terawat. Peninggalan-peninggalan itu tidak mendapat perhatian dari 
pemerintah pusat maupun provinsi dan kabupaten sebelumnya. Padahal, konsep 
pendirian bangsa ini sedikitnya pernah tercetus dari Boven Digul, yang 
merupakan penyatuan ribuan nusa menuju Indo- nesia Raya. 

Ketiadaan perhatian terhadap peninggalan sejarah itu menimbulkan 
kekhawatiran, dalam waktu yang relatif singkat Bangsa Indonesia akan 
kehilangan sejumlah bukti sejarah perjuangan kemerdekaan, yakni lenyapnya 
bangunan bersejarah di Tanah Merah di sisi Sungai Digul. Abrasi sungai 
selebar 500 meter itu menjadi ancaman serius. Makam para tawanan lainnya 
dikhawatirkan akan hilang lenyap, tanpa pernah tersentuh perawatan. Padahal, 
sejarah mencatat, para tahanan di daerah itu mempunyai kontribusi "memajukan 
penduduk setempat, mulai dari memperkenalkan cara bercocok tanam modern, 
perdagangan sederhana, hingga membaca dan menulis kepada masyarakat sekitar.


Share on :
Silahkan berikan komentar melalui Facebook. Jangan lupa login dulu melalui akun facebook anda. Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel atau berita yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan radarmerauke.com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Ditulis Oleh : ~ Portal Berita Merauke

Artikel Boven Digoel , Kota Bersejarah yang Terlupakan ini diposting oleh Portal Berita Merauke pada hari Tuesday, 9 December 2008. Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Copyright berita dalam site ini milik pemilik berita: Kompas, Cenderawasihpos, Tabloid Jubi, Jaringan Pasificpost, Infopublik, Jaringan JPNN dll. Radar Merauke adalah web personal yang merangkum berita dari berbagai media.
 
© Copyright RadarMerauke.com | Portal Berita Merauke @Since 2008 - 2013 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Owner Template | Published by Owner Template and Owner
WWW.RADARMERAUKE.COM - PORTAL BERITA MERAUKE
( www.radarmerauke.me | www.radarmerauke.asia | Email : radarmerauke@gmail.com | radarmerauke@yahoo.com )

Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya. Copyright berita dalam site ini milik pemilik berita: Kompas, Bintang Papua, Cenderawasihpos, Tabloid Jubi, Jaringan Pasificpost, Infopublik, suluhpapua, Jaringan JPNN dll. Radar Merauke adalah web personal yang merangkum berita dari berbagai media.