MERAUKE - Puluhan bocah pemakai lem aibon dikumpulkan untuk dididik dan dibina di SMP-SMA Satu Atap Wasur, Merauke. Mereka dibawa dari komunitasnya sehari-hari di Jl. Aru Merauke oleh kepala SMP-SMA Satu Atap Wasur, Sergius Womsiwor bersama Kepala UPTD Wilayah I Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Merauke, Moses Maniagasi, kemarin.
Kepala SMP-SMA Satu Atap Wasur, Sergius Womsiwor mengatakan, anak-anak penikmat aibon umumnya bocah bawah umur yang berusia sekolah. Kondisi mereka sangat memprihatinkan dan seharusnya mendapat perhatian pemerintah. Lem aibon yang dihirup dapat merusak mental dan kesehatan anak.”Ini saya lakukan setelah berdiskusi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, dr. Stev Osok. Karena kepeduliannya, dia meminta kesediaan saya untuk menjaring mereka memberikan pembinaan di SMP-SMA Satu Atap,” kata Womsiwor.
Diungkapkan Wamsior, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke sendiri bersedia menjadi orangtua asuh khusus bagi anak-anak yang memiliki ketergantungan terhadap aibon.
“Saya pun terus mendekati anak-anak aibon yang berkeliaran di depan Toko Adil, Toko Dua, Jl. Garuda dan sebagainya,” ungkapnya.
Selain mendapat pendidikan moral, anak-anak tersebut juga mendapat perhatian dari Kepala Dinas Kesehatan selaku orangtua asuh dengan membantu seragam sekolah, alat tulis, sepatu dan lainnya.”Awal hanya 12 anak, tapi setelah kami lakukan pendekatan jumlahnya bertambah menjadi 21 anak yang kami bina. Kami berharap ada perhatian dari semua pihak terhadap anak-anak aibon ini,” akunya.
Sementara Kepala UPTD wilayah 1 Dinas Pendidikan dan Pengajaran, Moses Maniagasi menambahkan, apresiasi perlu diberikan kepada kepala SMP-SMA Satu Atap Wasur yang memberikan pembinaan kepada anak-anak aibon yang mana memiliki gangguan secara psikologis akibat kerap menikmati aibon.
“Tanggung jawab terhadap anak-anak itu sangat besar dan tak mudah menanganinya,” beber Moses. (lea/jir/lo1)
Kepala SMP-SMA Satu Atap Wasur, Sergius Womsiwor mengatakan, anak-anak penikmat aibon umumnya bocah bawah umur yang berusia sekolah. Kondisi mereka sangat memprihatinkan dan seharusnya mendapat perhatian pemerintah. Lem aibon yang dihirup dapat merusak mental dan kesehatan anak.”Ini saya lakukan setelah berdiskusi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, dr. Stev Osok. Karena kepeduliannya, dia meminta kesediaan saya untuk menjaring mereka memberikan pembinaan di SMP-SMA Satu Atap,” kata Womsiwor.
Diungkapkan Wamsior, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke sendiri bersedia menjadi orangtua asuh khusus bagi anak-anak yang memiliki ketergantungan terhadap aibon.
“Saya pun terus mendekati anak-anak aibon yang berkeliaran di depan Toko Adil, Toko Dua, Jl. Garuda dan sebagainya,” ungkapnya.
Selain mendapat pendidikan moral, anak-anak tersebut juga mendapat perhatian dari Kepala Dinas Kesehatan selaku orangtua asuh dengan membantu seragam sekolah, alat tulis, sepatu dan lainnya.”Awal hanya 12 anak, tapi setelah kami lakukan pendekatan jumlahnya bertambah menjadi 21 anak yang kami bina. Kami berharap ada perhatian dari semua pihak terhadap anak-anak aibon ini,” akunya.
Sementara Kepala UPTD wilayah 1 Dinas Pendidikan dan Pengajaran, Moses Maniagasi menambahkan, apresiasi perlu diberikan kepada kepala SMP-SMA Satu Atap Wasur yang memberikan pembinaan kepada anak-anak aibon yang mana memiliki gangguan secara psikologis akibat kerap menikmati aibon.
“Tanggung jawab terhadap anak-anak itu sangat besar dan tak mudah menanganinya,” beber Moses. (lea/jir/lo1)