Merauke –Melania Gebze (38), warga Kampung Wasur, Kelurahan Rimba Jaya, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke sudah 18 tahun menderita kelenjar gondok. Sulit berobat, warga miskin ini meminta bantuan para dermawan untuk biaya pengobatannya.
Menurutnya, penderitaannya ini harus diakhiri dengan operasi. Penyakit gondok ini mengganjal leher kanannya sejak dia mengandung putra ke tiga, gondoknya itu kian membesar hingga menyesakan nafasnya. Akibat tidak punya biaya untuk berobat, sakitnya itu semakin menjadi dan membesar. “Sakitnya itu terasa sekali pas saat kerja ambil kayu bakar atau tidak pangkur sagu. Itu macam napas terasa sesak dan agak ngilu di bagian leher,” curhatnya kepada Bintang Papua saat bincang-bincang di kediamnnya, belum lama ini.
Selama ini gondok Melania tidak bisa diatasi karena keterbatasan biaya. Kendati sudah ada jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) yang diberikan Pemerinta, namun jaminan tersebut tidak cukup membantu dirinya untuk biaya operasi. “Ya kurang tahu juga kenapa pihak rumah sakit tidak mau terima. Mungkin biaya operasi mahal kah, sehingga Jamkesmas pun tidak bisa mengakomodir,” terangnya.
Melania menceritakan kronologi penyakit gondoknya ini, dimana berawal dari temuan benjolan kecil dibelakang telinganya. Namun, lambat laun benjolan itu semakin membesar dan nyaris menutupi seluruh leher bagian depannya. Kemudian ia memeriksakan benjolan itu melalui pemeriksaan Endokkrinologi, dan hasilnya dokter memvonis ia mengidap penyakit kelenjar gondok.
“Dulu waktu dapat keterangan dari dokter, saya dianjurkan operasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Merauke. Tetapi begitu sudah, karena keterbatasan biaya jadi sampai saat ini masih begini-begini saja,” ungkapnya.
Saat ini, Melania hanya berharap ada donator yang mau membiayai pengobatan dirinya. “Kalau persyaratan administrasi seperti Jamkesmas, KK (Kartu Keluarga), KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan surat pendukung lainnya sudah siap. Tinggal menunggu bantuan dari para dermawan untuk biaya operasi saja,” ucap Paskalis Kaize, suami Melania yang berharap ada donatur yang bersedia mengulurkan tangannya. (lea/don/lo2)
Menurutnya, penderitaannya ini harus diakhiri dengan operasi. Penyakit gondok ini mengganjal leher kanannya sejak dia mengandung putra ke tiga, gondoknya itu kian membesar hingga menyesakan nafasnya. Akibat tidak punya biaya untuk berobat, sakitnya itu semakin menjadi dan membesar. “Sakitnya itu terasa sekali pas saat kerja ambil kayu bakar atau tidak pangkur sagu. Itu macam napas terasa sesak dan agak ngilu di bagian leher,” curhatnya kepada Bintang Papua saat bincang-bincang di kediamnnya, belum lama ini.
Selama ini gondok Melania tidak bisa diatasi karena keterbatasan biaya. Kendati sudah ada jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) yang diberikan Pemerinta, namun jaminan tersebut tidak cukup membantu dirinya untuk biaya operasi. “Ya kurang tahu juga kenapa pihak rumah sakit tidak mau terima. Mungkin biaya operasi mahal kah, sehingga Jamkesmas pun tidak bisa mengakomodir,” terangnya.
Melania menceritakan kronologi penyakit gondoknya ini, dimana berawal dari temuan benjolan kecil dibelakang telinganya. Namun, lambat laun benjolan itu semakin membesar dan nyaris menutupi seluruh leher bagian depannya. Kemudian ia memeriksakan benjolan itu melalui pemeriksaan Endokkrinologi, dan hasilnya dokter memvonis ia mengidap penyakit kelenjar gondok.
“Dulu waktu dapat keterangan dari dokter, saya dianjurkan operasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Merauke. Tetapi begitu sudah, karena keterbatasan biaya jadi sampai saat ini masih begini-begini saja,” ungkapnya.
Saat ini, Melania hanya berharap ada donator yang mau membiayai pengobatan dirinya. “Kalau persyaratan administrasi seperti Jamkesmas, KK (Kartu Keluarga), KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan surat pendukung lainnya sudah siap. Tinggal menunggu bantuan dari para dermawan untuk biaya operasi saja,” ucap Paskalis Kaize, suami Melania yang berharap ada donatur yang bersedia mengulurkan tangannya. (lea/don/lo2)