Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Merauke, Thobias Walong mengatakan, dalam program dinasnya memang tidak bersinggungan langsung dengan keberadaan anak jalanan karena mereka menjadi tanggung jawab penuh Dinas Sosial. Namun sebagai dinas yang menaungi pemuda, pihaknya patut memberikan atensi kepada anak-anak yang tidak jelas juntrungannya itu.
“Kami pastinya akan memberikan perhatian untuk anak-anak yang jalan kesana kemari tanpa arah dan tujuan yang jelas. Ya, mungkin kalau ada kegiatan-kegiatan kami akan melibatkan mereka sehingga mereka punya aktivitas yang jelas dan pastinya positif,” ungkap Thobi kepada Bintang Papua, kemarin, soal nasib anak-anak jalanan yang notabene adalah generasi produktif untuk membangun negeri ini.
Menurut Thobi jika anak-anak jalanan itu hanya nongkrong semata, pastinya tidak terlalu menyita keprihatinan. Tetapi ketika dalam ajang nongkrong itu mereka melakukan hal-hal negatif, seperti menghirup aibon, nontong film blue dan lainnya. Maka tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja.
“Yang menjadi kekhawatiran kan soal anak-anak yang suka hirup aibon itu. Ini tidak boleh dikasih biar, karena masalahnya menyangkut dengan kesehatan yang berujung pada kematian. Apalagi mereka itu berada di usia produktif, seharusnya masa-masa itu mereka didoktrin dan dibina dengan baik agar bias menjadi generasi unggul untuk membangun negerinya,” terangnya.
Lebih jelas dengan kemampuan anggaran Dispora yang terbatas karena harus fokus dengan program-program yang sudah diagendakan, namun Thobias berjanji akan mewadahi anak-anak yang didominasi putra lokal itu untuk mereka tidak ‘beredar’ sembarangan.
“Dengan wadah yang nanti kita bentuk, kita akan amati mereka. Nah dengan begitu kita akan tahu apa sih bakat mereka yang bisa kita eksplor. Kalau arahnya ke olah raga, ya mari kita asah biar mereka bisa jadi atlit,” ucapnya bersemangat.
Kembali dikatakan Thobi, memang tidak mudah dan butuh waktu yang banyak untuk membentuk karakter anak-anak jalanan ini, agar bisa menjadi anak-anak yang dibanggakan. Dan semua itu perlu keterlibatan semua pihak, khususnya orang tua yang tidak lain memiliki fungsi sebagai ‘rumah’ bagi anak-anak tersebut.
“Kekhawatiran kita akan masa depan anak jalanan, sangat beralasan karena masa depan mereka ditentukan oleh apa yang dikerjakan mereka hari ini.
Jika 100 orang hari ini menjadi anak jalanan, maka bukan tidak mungkin 10 tahun kemudian akan tercipta 100 orang preman apabila tidak diarahkan ke yang lebih baik,” tandasnya. (lea/achi/LO1)