Sejumlah pesinentron kawakan Jakarta akan terlibat secara langsung dalam Film Lost In Papua. Selain itu, akan ditambah putra dan putri Papua yang sedang dilakukan seleksi sekarang. Sekilas dari film ini adalah menggambarkan tentang kehidupan masyarakat Suku Koroway, Kabupaten Boven Digoel yang masih hidup di atas pohon-pohon.” -Iwan Trilaksana Bahtiar- (Produser MEP)
SETELAH sukses ‘mengarsiteki’ penggarapan film Melodi Kota Rusa yang dimainkan dan atau diperankan putra-putri asli daerah dan telah ditayangkan untuk ditonton masyarakat di seantero Kabupaten Merauke, dua sejoli (kakak-beradik) yang adalah putra kelahiran Muting, Irham Acho Bahtiar (sutradara) dan Iwan Trilaksana Bahtiar (produser), kembali membuat gebrakan terbaru dengan merilis Film Lost In Papua. Sekilas film itu menceriterakan tentang sejumlah pemuda nyasar di Papua dan bertemu dengan Suku Koroway di Kabupaten Boven Digoel yang masih hidup di atas pohon.
Film Lost In Papua yang digagas Acho tersebut, mendapat sambutan sangat positif dari Nayacom Mediatama, salah satu rumah produksi di Jakarta. Guna membuktikan akan kesungguhan untuk bergandengan tangan bersama Merauke Enterprice Production (MEP), Nayacom Mediatama tidak tanggung-tanggung menggaet beberapa pemain sinetron asal ibukota yakni Fauzi Badila, Fani Febriana, Didy Pepet, Pet Dagau, Edo Borneo dan beberapa pesinetron kawakan lain untuk berperan secara langsung dalam Film Lost In Papua.
Bahwa meskipun terdapat beberapa pesinetron Jakarta terlibat dalam memerankan film tersebut, namun para kru yang telah mensukseskan Film Melodi Kota Rusa, tetap akan dilibatkan sebagaimana biasa. Selain itu, MEP diberikan tugas dan tanggungjawab membuka audisi pencarian bakat yang diprioritaskan kepada putra dan putrid daerah. Mereka akan mengikuti tes ekting, karakter dan akan dikirim ke Jakarta untuk memberikan penilaian. Target dari penggarapan film dimaksud adalah harus ada kolaborasi antara pesinetron asal Jakarta dengan putra dan putri asli Papua.
Iwan Trikalsana Bahtiar saat bincang-bincang dengan Papua Pos di kediamannya, Senin (23/8), mengungkapkan, inspirasi menggarap Film Lost In Papua, berawal dari Film Melody Kota Rusa yang telah ditayangkan dan di-CD-kan untuk dijual di Bumi Anim Ha. “Kami mencoba berpikir menggarap film yang mengisahkan tentang sejumlah pemuda ketika nyasar dan bertemu Suku Koroway-Boven Digoel. Suku itu masih hidup dan atau tinggal di atas pohon,” ungkap Iwan.
Untuk lokasi pengambilan gambar, demikian Iwan, selain di Jakarta, juga di Merauke seperti Pantai lampu Satu, Jembatan Tujuh Wali-Wali, Tugu LB Moerdani, Suasana dalam Kota Merauke, TN Wasur serta tarian khas orang Marind. Sedangkan di Boven digoel, lokasinya adalah di Penjara Bung Hata, sejumlah obyek wisata, suasana Kota Tanah Merah dan tradisi tarian disana. Sedangkan pengambilan gambar tentang kehidupan masyarakat Suku Koroway, tidak langsung ke kampung yang ada. Karena film tersebut adalah hiburan sehingga nantinya akan diperankan oleh orang yang benar-benar memahami karakter kehidupan suku disana.
“Saya garis bawahi kembali jika Film Lost In Papua adalah film hiburan. Olehnya, kita tidak melakukan syuting langsung di masyarakat Suku Koroway, tetapi nanti ada pemain yang berperan secara maksimal dengan menguasai kehidupan masyarakat ketika tinggal di atas rumah pohon. Jadi, mereka yang berperan itu, nantinya diseleksi secara betul-betul,” ungkap Iwan sambil menambahkan, peluang besar mereka yang mendapatkan peran dimaksud adalah putra dan putri asli Papua.
Saat ini, jelas Iwan, sedang dilakukan syuting di Jakarta setelah dilakukan syukuran secara bersama-sama beberapa hari lalu dan diliput hampir semua televisi swasta di Jakarta. Rencananya, setelah lebaran, kru bersama dengan semua peralatan canggih, akan dibawa ke Merauke dan Boven Digoel untuk syuting lagi. Karena targetnya adalah sebelum Desember, sudah harus naik tayang di televisi swasta maupun bioskop-bioskop. “Memang target kita adalah RCTI dan sudah ada pembicaraan awal. Hanya saja belum ada suatu kesepakatan final,” tuturnya.
Ditanya tentang budget anggaran yang disiapkan untuk kegiatan syuting, Iwan mengungkapkan, pihaknya belum bisa memastikan. Karena MEP bekerjasama dengan Nayacom Media Tama. ‘Ya, meski anggaran belum diketahui, namun kita berharap adanya dukungan penuh dari Pemkab Merauke dan Boven Digoel karena dalam film tersebut, ikut ‘dijual’ ke tingkat nasional bahkan internasional adalah kekhasan daerah serta wisata. [http://papuapos.com | Frans ]
SETELAH sukses ‘mengarsiteki’ penggarapan film Melodi Kota Rusa yang dimainkan dan atau diperankan putra-putri asli daerah dan telah ditayangkan untuk ditonton masyarakat di seantero Kabupaten Merauke, dua sejoli (kakak-beradik) yang adalah putra kelahiran Muting, Irham Acho Bahtiar (sutradara) dan Iwan Trilaksana Bahtiar (produser), kembali membuat gebrakan terbaru dengan merilis Film Lost In Papua. Sekilas film itu menceriterakan tentang sejumlah pemuda nyasar di Papua dan bertemu dengan Suku Koroway di Kabupaten Boven Digoel yang masih hidup di atas pohon.
Film Lost In Papua yang digagas Acho tersebut, mendapat sambutan sangat positif dari Nayacom Mediatama, salah satu rumah produksi di Jakarta. Guna membuktikan akan kesungguhan untuk bergandengan tangan bersama Merauke Enterprice Production (MEP), Nayacom Mediatama tidak tanggung-tanggung menggaet beberapa pemain sinetron asal ibukota yakni Fauzi Badila, Fani Febriana, Didy Pepet, Pet Dagau, Edo Borneo dan beberapa pesinetron kawakan lain untuk berperan secara langsung dalam Film Lost In Papua.
Bahwa meskipun terdapat beberapa pesinetron Jakarta terlibat dalam memerankan film tersebut, namun para kru yang telah mensukseskan Film Melodi Kota Rusa, tetap akan dilibatkan sebagaimana biasa. Selain itu, MEP diberikan tugas dan tanggungjawab membuka audisi pencarian bakat yang diprioritaskan kepada putra dan putrid daerah. Mereka akan mengikuti tes ekting, karakter dan akan dikirim ke Jakarta untuk memberikan penilaian. Target dari penggarapan film dimaksud adalah harus ada kolaborasi antara pesinetron asal Jakarta dengan putra dan putri asli Papua.
Iwan Trikalsana Bahtiar saat bincang-bincang dengan Papua Pos di kediamannya, Senin (23/8), mengungkapkan, inspirasi menggarap Film Lost In Papua, berawal dari Film Melody Kota Rusa yang telah ditayangkan dan di-CD-kan untuk dijual di Bumi Anim Ha. “Kami mencoba berpikir menggarap film yang mengisahkan tentang sejumlah pemuda ketika nyasar dan bertemu Suku Koroway-Boven Digoel. Suku itu masih hidup dan atau tinggal di atas pohon,” ungkap Iwan.
Untuk lokasi pengambilan gambar, demikian Iwan, selain di Jakarta, juga di Merauke seperti Pantai lampu Satu, Jembatan Tujuh Wali-Wali, Tugu LB Moerdani, Suasana dalam Kota Merauke, TN Wasur serta tarian khas orang Marind. Sedangkan di Boven digoel, lokasinya adalah di Penjara Bung Hata, sejumlah obyek wisata, suasana Kota Tanah Merah dan tradisi tarian disana. Sedangkan pengambilan gambar tentang kehidupan masyarakat Suku Koroway, tidak langsung ke kampung yang ada. Karena film tersebut adalah hiburan sehingga nantinya akan diperankan oleh orang yang benar-benar memahami karakter kehidupan suku disana.
“Saya garis bawahi kembali jika Film Lost In Papua adalah film hiburan. Olehnya, kita tidak melakukan syuting langsung di masyarakat Suku Koroway, tetapi nanti ada pemain yang berperan secara maksimal dengan menguasai kehidupan masyarakat ketika tinggal di atas rumah pohon. Jadi, mereka yang berperan itu, nantinya diseleksi secara betul-betul,” ungkap Iwan sambil menambahkan, peluang besar mereka yang mendapatkan peran dimaksud adalah putra dan putri asli Papua.
Saat ini, jelas Iwan, sedang dilakukan syuting di Jakarta setelah dilakukan syukuran secara bersama-sama beberapa hari lalu dan diliput hampir semua televisi swasta di Jakarta. Rencananya, setelah lebaran, kru bersama dengan semua peralatan canggih, akan dibawa ke Merauke dan Boven Digoel untuk syuting lagi. Karena targetnya adalah sebelum Desember, sudah harus naik tayang di televisi swasta maupun bioskop-bioskop. “Memang target kita adalah RCTI dan sudah ada pembicaraan awal. Hanya saja belum ada suatu kesepakatan final,” tuturnya.
Ditanya tentang budget anggaran yang disiapkan untuk kegiatan syuting, Iwan mengungkapkan, pihaknya belum bisa memastikan. Karena MEP bekerjasama dengan Nayacom Media Tama. ‘Ya, meski anggaran belum diketahui, namun kita berharap adanya dukungan penuh dari Pemkab Merauke dan Boven Digoel karena dalam film tersebut, ikut ‘dijual’ ke tingkat nasional bahkan internasional adalah kekhasan daerah serta wisata. [http://papuapos.com | Frans ]