Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya.
UPDATE!! Berita di Radar Merauke dapat dibaca langsung lewat Smartphone Android! Baca fiturnya DISINI atau Download aplikasinya disini : LINK Download Android RadarMeraukeCom.APK !!! Baca berita Via Opera Mini Atau Browser Handphone (Blackberry/Iphone/Symbian) : http://www.radarmerauke.com/?m=1 .

Tuesday 16 December 2008

Kehidupan di Boven Digoel Di antara Mandobo, Muyu, dan Auyu

penduduk papua asli

Boven Digoel memang baru dua tahun berdiri sebagai kabupaten dengan ibu kota Tanah Merah. Namun, penduduk di "kota muda" itu sudah heterogen. Di luar tiga suku besar Papua, yaitu Mandobo, Muyu, dan Auyu, terselip suku-suku asli Papua yang datang dari luar Digoel dan pendatang dari pulau lain.Para leluhur mewariskan sebagian besar tanah ulayat di Tanah Merah kepada marga-marga suku Mandobo. Kini di sana tercipta para "tuan tanah" yang disebut juga dengan "tuan dusun". Merekalah tokoh yang berperan besar atas pelepasan tanah-tanah ulayat kepada pendatang untuk bermukim, berusaha, atau untuk keperluan pembangunan daerah.

Jika suku Mandobo menguasai sebagian besar tanah adat di ibu kota kabupaten, orang-orang suku Muyu menduduki mayoritas posisi penting dalam struktur birokrasi Boven Digoel. Dari lebih kurang 1.800 pegawai negeri sipil di Boven Digoel, sekitar 45 persennya dari suku Muyu, sekitar 15 persen dari suku Mandobo, dan sisanya dibagi-bagi, seperti Biak, Asmat, Serui, Maluku, Kei, Toraja, Batak, Aceh, Minahasa, Bugis, Buton, dan Jawa.

Komposisi para pegawai yang lebih dari separuhnya merupakan orang-orang asli Papua tersebut sekaligus menunjukkan bahwa di sanalah sesungguhnya orientasi pekerjaan penduduk asli. Sebaliknya, sejak kabupaten berdiri dua tahun lalu, para pendatang terus membanjir mengisi kekosongan di sektor informal.

Mengunjungi Tanah Merah saat ini seperti menyaksikan metamorfose sebuah kawasan distrik menjadi ibu kota kabupaten. Kios-kios kelontong berisi barang-barang konsumsi, pakaian jadi, alat-alat elektronik, warung makan, hingga telepon seluler berikut aksesorinya.

Dua minimarket sekelas Alfamart dan Indomart juga ada di pusat keramaian di Jalan Piere Tendean, Distrik Mandobo, meski usianya belum satu tahun. Jarak keduanya sekitar 100 meter saja.Tak mudah menemukan pemilik kios-kios yang merupakan penduduk asli Papua. Di antara mereka yang mengelola kios kelontong kecil-kecilan adalah seorang "tuan dusun" di kawasan Kampung Wet, Paulus Kaat, dan tetangganya, Fidelis.

Mayoritas penduduk asli Papua yang berdagang, baik yang secara turun-temurun tinggal di Boven Digoel maupun pendatang dari kabupaten lain, menempati kios sederhana atau menggelar dagangannya. Jenis yang dijual pun umumnya lebih sederhana, berupa hasil bumi seperti aneka sayur-mayur dan buah-buahan yang mereka petik dari kebun dan hutan.Sedangkan para pedagang pendatang biasanya lebih agresif. Mereka secara khusus mendatangkan barang dagangan langsung dari Merauke, Makassar, bahkan Surabaya. Barang dagangan mereka mendominasi kios-kios yang buka hingga pukul 21.00 WIT.

Tempat tinggal penduduk

Kekayaan hasil hutan dan Sungai Digoel merupakan sumber protein warga. Setiap hari, ikan- ikan segar sungai berukuran besar dipasarkan di pasar tradisional yang secara alami terbentuk di tepi Digoel.

Di sana pula penduduk asli Papua yang masih tinggal di kampung-kampung sekitar Tanah Merah menjual daging buruan, seperti daging rusa dan daging babi dengan harga Rp 30.000-Rp 35.000 per kilogram.Beberapa kali dalam sepekan, penduduk asli Papua membawa kasuari, mambruk, dan maleo, yang berhasil mereka jerat, ke pasar. Pada musim-musim tertentu juga dijual burung cenderawasih, yang umumnya dalam keadaan mati karena ditembak. Unggas buruan itu mereka jual Rp 150.000-Rp 800.000/ekor.

Di Tanah Merah, wilayah seputar pasar yang belum bernama itu merupakan pusat interaksi warga. Di sana pula muda-mudi menghabiskan akhir pekan, sekadar berkumpul dan bercengkerama.Kawasan tersebut merupakan pusat kegiatan ekonomi dengan keberadaan minimarket dan kios-kios penjual pakaian jadi, alat elektronik, dan compact disk bajakan. Lagu-lagu yang ditembangkan grup-grup band kenamaan di Jakarta atau band lokal diputar kencang hingga malam hari.

Khusus pada hari-hari sekitar peringatan kemerdekaan RI di bulan Agustus seperti sekarang, pusat keramaian berpindah ke lapangan otsus di Jalan Trans Irian KM 1. Hampir sebulan terakhir ini digelar pasar malam yang berisi panggung hiburan.Setiap malam, kerumunan manusia tua, muda, dan anak- anak memadati lapangan. Pada akhir pekan, pendatang dan penduduk asli yang sebagian bertelanjang kaki mengarahkan langkah ke sana.

Di sana aneka permainan ketangkasan mendominasi keramaian dengan hadiah rokok, minuman ringan, dan alat-alat elektronik, serta sepeda. Kios-kios penjual makanan bisa dihitung dengan jari.Seluruh kios permainan dikelola para pendatang dan Jamer, sebutan untuk penduduk suku Jawa yang lahir atau besar di Merauke. Sebagian kecil saja penduduk asli Papua yang menjadi operator permainan atau menggelar buah pinang di atas karung plastik dengan penerangan pelita.


Share on :
Silahkan berikan komentar melalui Facebook. Jangan lupa login dulu melalui akun facebook anda. Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel atau berita yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan radarmerauke.com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Ditulis Oleh : ~ Portal Berita Merauke

Artikel Kehidupan di Boven Digoel Di antara Mandobo, Muyu, dan Auyu ini diposting oleh Portal Berita Merauke pada hari Tuesday 16 December 2008. Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Copyright berita dalam site ini milik pemilik berita: Kompas, Cenderawasihpos, Tabloid Jubi, Jaringan Pasificpost, Infopublik, Jaringan JPNN dll. Radar Merauke adalah web personal yang merangkum berita dari berbagai media.
 
© Copyright RadarMerauke.com | Portal Berita Merauke @Since 2008 - 2013 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Owner Template | Published by Owner Template and Owner
WWW.RADARMERAUKE.COM - PORTAL BERITA MERAUKE
( www.radarmerauke.me | www.radarmerauke.asia | Email : radarmerauke@gmail.com | radarmerauke@yahoo.com )

Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya. Copyright berita dalam site ini milik pemilik berita: Kompas, Bintang Papua, Cenderawasihpos, Tabloid Jubi, Jaringan Pasificpost, Infopublik, suluhpapua, Jaringan JPNN dll. Radar Merauke adalah web personal yang merangkum berita dari berbagai media.