MERAUKE – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Merauke Matheus Liem Gebze didampingi dua Anggota, Bambang Sudji dan, Rabu (21/2) pagi, mengunjungi sejumlah lokasi banjir di Kota Merauke.
“Kami, ikut prihatin, dan ingin melihat langsung kondisi rill di lapangan. Dengan begitu ada aspirasi yang bisa kita berikan kepada Pemerintah untuk mencari solusi tepat bagaimana mengatasi banjir yang selalu terjadi ketika hujan dengan intensitas tinggi seperti tadi malam (Selasa),” kata Liem Gebze kepada Bintang Papua saat peninjauan di kawasan pemukiman di Jalan Asmat, Merauke.
Menurut wakil rakyat asal Partai Demokrat ini, persoalan banjir jangan diremehkan karena jika dibiarkan berlarut-larut kota Merauke bisa tenggelam. Karena itu, Liem menyarankan agar Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke melalui instansi teknis harus segera menyikapinya dengan mencari solusi.
“Saya melihat Kepala dinas terkait itu sepertinya tidak tanggap. Ini (banjir) kan sudah sering terjadi kalau hujan deras, nah coba kah cari solusi dengan membenahi saluran-saluran air yang sudah tidak berfungsi atau tidak begitu lancar jalannya. Jangan nanti tunggu sudah kejadiannya begitu heboh baru berbuat,” sarannya Pemerintah jangan bertindakn seperti petugas pemadam kebakaran, yakni ketika terjadi kebakaran baru bertindak.
“Kami, ikut prihatin, dan ingin melihat langsung kondisi rill di lapangan. Dengan begitu ada aspirasi yang bisa kita berikan kepada Pemerintah untuk mencari solusi tepat bagaimana mengatasi banjir yang selalu terjadi ketika hujan dengan intensitas tinggi seperti tadi malam (Selasa),” kata Liem Gebze kepada Bintang Papua saat peninjauan di kawasan pemukiman di Jalan Asmat, Merauke.
Menurut wakil rakyat asal Partai Demokrat ini, persoalan banjir jangan diremehkan karena jika dibiarkan berlarut-larut kota Merauke bisa tenggelam. Karena itu, Liem menyarankan agar Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke melalui instansi teknis harus segera menyikapinya dengan mencari solusi.
“Saya melihat Kepala dinas terkait itu sepertinya tidak tanggap. Ini (banjir) kan sudah sering terjadi kalau hujan deras, nah coba kah cari solusi dengan membenahi saluran-saluran air yang sudah tidak berfungsi atau tidak begitu lancar jalannya. Jangan nanti tunggu sudah kejadiannya begitu heboh baru berbuat,” sarannya Pemerintah jangan bertindakn seperti petugas pemadam kebakaran, yakni ketika terjadi kebakaran baru bertindak.
“Saya berjanji akan menyampaikan aspirasi warga ke Pak Bupati langsung biar ada solusi yang tepat,” imbuhnya.
Sementara itu kedatangan Liem Gebze dan dua Anggota lainnya secara spontan disambut antusias warga Jalan Asmat, yang rumah mereka terendam banjir.
Pak Guru, salah satu warga Jalan Asmat ketika menyampaikan uneg-unegnya kepada wakil rakyat itu, mengaku banjir yang menimpa kawasan pemukimannya ini sudah terjadi dua kali dalam bulan ini. Ia pun memohon agar para Anggota DPRD Merauke sebagai wakil rakyat itu bisa melanjutkan aspirasi mereka ke Pemerintah.
“Persoalannya ini karena saluran air yang tidak berjalan optimal. Coba Pemerintah buat terobosan baru untuk menangani masalah (banjir) ini. Supaya tahu ya, saya tinggal disini sejak tahun 1962, dulu itu kita punya saluran pake sistem Belanda tidak ada banjir seperti ini. Tetapi karena saluran Belanda itu sudah tidak difungsikan lagi akhirnya seperti ini,” akunya pemukiman terendam banjir jelas merugikan warga karena merusak perabotan rumah tangga dan benda-benda berharga lainnya. (lea/achi/lo1)
Sementara itu kedatangan Liem Gebze dan dua Anggota lainnya secara spontan disambut antusias warga Jalan Asmat, yang rumah mereka terendam banjir.
Pak Guru, salah satu warga Jalan Asmat ketika menyampaikan uneg-unegnya kepada wakil rakyat itu, mengaku banjir yang menimpa kawasan pemukimannya ini sudah terjadi dua kali dalam bulan ini. Ia pun memohon agar para Anggota DPRD Merauke sebagai wakil rakyat itu bisa melanjutkan aspirasi mereka ke Pemerintah.
“Persoalannya ini karena saluran air yang tidak berjalan optimal. Coba Pemerintah buat terobosan baru untuk menangani masalah (banjir) ini. Supaya tahu ya, saya tinggal disini sejak tahun 1962, dulu itu kita punya saluran pake sistem Belanda tidak ada banjir seperti ini. Tetapi karena saluran Belanda itu sudah tidak difungsikan lagi akhirnya seperti ini,” akunya pemukiman terendam banjir jelas merugikan warga karena merusak perabotan rumah tangga dan benda-benda berharga lainnya. (lea/achi/lo1)