Bincan-bincang dengan H. M Idris, Pengusaha Jasa Pelayaran di Merauke
Menjadi pejabat di suatu Bank tidaklah mudah, berbagai tes dan pengalaman menjadi pertimbangan untuk dapat duduk di bangku kehormatan. Namun berbeda dengan H. M Idris seorang pengusaha jasa pelayaran yang justru meninggalkan jabatannya sebagai Kepala Kredit dan Pemasaran Bank BNI 46 Cabang Merauke. Nah, bagaimana ceritanya ?
Oleh : Lidya Salmah Ahnazsyiah-Merauke
Menjadi seorang entrepreneur sering kali menjadi pilihan karier seseorang, disaat yang tak terduga. Acap kali, seorang entrepreneur harus memilih untuk menjalankan usaha sendiri disaat tenaganya sebagai seorang karyawan, sudah tidak dibutuhkan lagi oleh perusahaan tempatnya bekerja. Namun lain hal dengan Pak Haji, begitu pria ini disapa, dimana ia justru memutuskan pensiun dini dari pegawai bank, untuk mengunduh peruntungan sebagai seorang pengusaha. Padahal, saat itu posisinya cukup menjanjikan, yakni ia diamanahkan Pimpinan Bank tempat ia bekerja, untuk menjalakan tugas sebagai Kepala Kredit dan Pemasaran.
“Jadi saat itu tahun 2002 saya memutuskan untuk pensiun dini sebagai pegawai bank. Sebenarnya posisi saya kala itu bisa dibilang bagus, tetapi saya sudah bertekad untuk melepaskan karier saya dan mencoba peruntungan sebagai pengusaha. Alhamdulilah, semuanya berjalan baik dan bisa eksis sampai sekarang,” ujarnya kepada Bintang Papua di kediamannya di kawasan Gudang Arang, Merauke, Senin (18/2) siang.
Beda dengan orang kebanyakan yang lebih memilih bisnis kuliner, pria kelahiran Makassar 5-Januari-1962 ini justru lebih tertarik dengan usaha di bidang jasa pelayaran dan perhubungan laut yang terbilang kesohor di kota rusa. Lantas, di bawah bendera PT. Samudra Harapan Nusantara ini, armada berhasil menjadi penyambung transportasi laut bagi masyarakat yang kerap hilir mudik dari daerah pedalaman ke kota Merauke.
Mulai membangun usaha sejak tahun 2002, Pak Haji harus jatuh bangun untuk bisa bertahan membesarkan usahanya. Kini, lambat laun usahanya mulai berbuah manis. Sebagai bukti, Pak Haji sekarang sudah memiliki tiga buah kapal.
Beda dengan orang kebanyakan yang lebih memilih bisnis kuliner, pria kelahiran Makassar 5-Januari-1962 ini justru lebih tertarik dengan usaha di bidang jasa pelayaran dan perhubungan laut yang terbilang kesohor di kota rusa. Lantas, di bawah bendera PT. Samudra Harapan Nusantara ini, armada berhasil menjadi penyambung transportasi laut bagi masyarakat yang kerap hilir mudik dari daerah pedalaman ke kota Merauke.
Mulai membangun usaha sejak tahun 2002, Pak Haji harus jatuh bangun untuk bisa bertahan membesarkan usahanya. Kini, lambat laun usahanya mulai berbuah manis. Sebagai bukti, Pak Haji sekarang sudah memiliki tiga buah kapal.
Pengalaman bekerja sebagai bankir, menjadi suatu pelajaran yang cukup besar bagi lelaki asal Kabupaten Baru, Sulawesi Selatan ini. Hijrah dari bankir ke bisnis memang tidaklah gampang, namun Pak Haji begitu optimis bahwa kesuksesan itu akan menghampiri jika apa yang dilakukan itu untuk kemaslahatan dan memberikan dampak positif bagi banyak orang.
”Memang kebiasaan bekerja di bankir masih terkadang saya bawa dalam kegiatan pekerjaan saya saat itu, pilihan akan bekerja menjadi seorang pengusaha atau pedagang memang sudah keputusan bulat saya. Yang penting saya sudah berusaha,” ucapnya.
Yang menarik dari cerita sukses Ketua Kerukunan Keluarga Daerah Baru (KKDB) ini, dimana ia bersyukur karena bisa memberikan lapangan pekerjaan buat orang lain. Bahkan, yang membuatnya bangga, karena perusahaannya memberdayakan tenaga kerja asal warga pribumi (asli Papua).
“Kebanyakan karyawan saya disini asli Papua. Saya pelan-pelan mendorong mereka untuk bisa maju. Ya, walaupun ada kebiasaan-kebiasaan negatif yang masih sulit untuk ditinggalkan tetapi saya yakin pelan-pelan mereka bisa. Ya, merubah kebiasaan orang itu kan tidak bisa instan, sama dengan bisnis yang saya jalani ini kan dimulai dari nol,” ungkapnya.
Masih menurut Pak Haji, untuk menjadi pengusaha tangguh harus melalui berbagai cobaan dan rintangan. Cobaan tersebut, seperti ia pernah ditipu kolega bisnisnya hingga merugi ratusan juta rupiah. Kemudian, lanjutnya, bisnis pelayaran seperti ini juga menantang lantaran kondisi cuaca laut yang kadang esktrim sehingga faktor keamanan dan kenyamanan menjadi tanggung jawab pengelola kapal.
“Namanya hidup pasti banyak cobaan, tidak ada yang mulus, dan ini berlaku juga di dunia usaha. Prinsip saya kita jalani saja karena semua sudah diatur oleh Tuhan. Yang penting kembali ke niat tulus kita dalam mengelola usaha kita,” ujarnya.
Tak hanya sederhana dalam bertutur kata, pria paruh baya ini juga selalu tampil sederhana nan jauh dari kesan glamour yang menjadi ciri khas para eksekutif kebanyakan. Karena kesannya yang simple itu, ia begitu familiar mulai dari kalangan akar rumput hingga pejabat. Tak ayal, kediamannya yang megah di pinggir pantai Gudang Arang itu selalu ramai di kunjungi orang untuk bersilaturahim.
“Kalau dulu waktu masih kerja di Bank tampilan saya selalu kemeja dengan dasi. Tapi menjadi pengusaha saya memilihi gaya santai sehingga saya bisa berbaur dengan siapa saja,” akunya.
Selanjutnya disinggung soal persaingan antar pengusaha yang notabene berasal dari Sulawesi, Pak Haji mengaku dalam kamus hidupnya tidak pernah menganggap persaingan itu sebagai musuh. “Bagi saya rejeki setiap orang itu sudah diatur, jadi tidak usah kita merasa takut kehilangan,” tutupnya penuh makna. (***)
”Memang kebiasaan bekerja di bankir masih terkadang saya bawa dalam kegiatan pekerjaan saya saat itu, pilihan akan bekerja menjadi seorang pengusaha atau pedagang memang sudah keputusan bulat saya. Yang penting saya sudah berusaha,” ucapnya.
Yang menarik dari cerita sukses Ketua Kerukunan Keluarga Daerah Baru (KKDB) ini, dimana ia bersyukur karena bisa memberikan lapangan pekerjaan buat orang lain. Bahkan, yang membuatnya bangga, karena perusahaannya memberdayakan tenaga kerja asal warga pribumi (asli Papua).
“Kebanyakan karyawan saya disini asli Papua. Saya pelan-pelan mendorong mereka untuk bisa maju. Ya, walaupun ada kebiasaan-kebiasaan negatif yang masih sulit untuk ditinggalkan tetapi saya yakin pelan-pelan mereka bisa. Ya, merubah kebiasaan orang itu kan tidak bisa instan, sama dengan bisnis yang saya jalani ini kan dimulai dari nol,” ungkapnya.
Masih menurut Pak Haji, untuk menjadi pengusaha tangguh harus melalui berbagai cobaan dan rintangan. Cobaan tersebut, seperti ia pernah ditipu kolega bisnisnya hingga merugi ratusan juta rupiah. Kemudian, lanjutnya, bisnis pelayaran seperti ini juga menantang lantaran kondisi cuaca laut yang kadang esktrim sehingga faktor keamanan dan kenyamanan menjadi tanggung jawab pengelola kapal.
“Namanya hidup pasti banyak cobaan, tidak ada yang mulus, dan ini berlaku juga di dunia usaha. Prinsip saya kita jalani saja karena semua sudah diatur oleh Tuhan. Yang penting kembali ke niat tulus kita dalam mengelola usaha kita,” ujarnya.
Tak hanya sederhana dalam bertutur kata, pria paruh baya ini juga selalu tampil sederhana nan jauh dari kesan glamour yang menjadi ciri khas para eksekutif kebanyakan. Karena kesannya yang simple itu, ia begitu familiar mulai dari kalangan akar rumput hingga pejabat. Tak ayal, kediamannya yang megah di pinggir pantai Gudang Arang itu selalu ramai di kunjungi orang untuk bersilaturahim.
“Kalau dulu waktu masih kerja di Bank tampilan saya selalu kemeja dengan dasi. Tapi menjadi pengusaha saya memilihi gaya santai sehingga saya bisa berbaur dengan siapa saja,” akunya.
Selanjutnya disinggung soal persaingan antar pengusaha yang notabene berasal dari Sulawesi, Pak Haji mengaku dalam kamus hidupnya tidak pernah menganggap persaingan itu sebagai musuh. “Bagi saya rejeki setiap orang itu sudah diatur, jadi tidak usah kita merasa takut kehilangan,” tutupnya penuh makna. (***)
Artikel 
