Merauke (6/12)— Kepala Sekolah SMPN Persiapan Wayau, Distrik Anim Ha, Kabupaten Merauke, Paulus Retob mengungkapkan, salah satu persoalan mendasar yang terjadi di sana adalah transportasi.
Anak-anak yang tamat Sekolah Dasar (SD) dan hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP, harus putus ditengah jalan. Pasalnya, untuk sampai ke Wayau, satu-satunya transportasi adalah dengan mendayung perahu melalui rawa.
Hal itu disampaikan Retob yang ditemui tabloidjubi.com, Kamis (6/12). Menurutnya, sampai dengan sekarang, jumlah siswa dan siswi di SMP tersebut, hanya tersisa 44 orang. Padahal, kalau dalam tahun ajaran baru, jumlahnya mencapai ratusan orang. Namun, dalam perjalanan, anak-anak menghilang begitu saja. Setiap hari, mereka harus mendayung perahu tiga sampai empat jam dari kampungnya, menuju ke SMPN Persiapan Wayau.
“Tentunya anak didik juga mengalami kejenuhan dan kelelahan jika setiap hari harus bolak balik dari sekolah ke kampung dengan hanya mendayung perahu. Ya, kami dari pihak sekolah, tidak bisa harus memaksakan mereka secara berlebihan untuk harus ke sekolah. Karena persoalan transportasi yang sangat jauh,” katanya.
Solusinya, demikian Retob, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merauke agar membangun asrama di Wayau. Sehingga anak-anak tinggal dan setiap hari tetap ke sekolah sebagaimana biasa. Tentunya para guru juga akan lebih mudah dalam melakukan pengawasan. Secara umum, katanya, anak-anak yang masuk di SMP tersebut adalah orang asli Papua. “Kami mempunyai suatu komitmen agar mereka harus sekolah,” ungkap dia. (Jubi/Ans)